Welcome to MAGISTER AKUNTANSI - The Perfect Partner For Your Business
Contact : Phone 0821-2566-2195 Wa 0821-2566-2195 Harga Pokok Penjualan | Cost of Goods Sold - Basic | Magister Akuntansi

Labels

Harga Pokok Penjualan | Cost of Goods Sold - Basic

Harga Pokok Penjualan | Cost of Goods Sold - Basic - Hallo sahabat Magister Akuntansi , Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Harga Pokok Penjualan | Cost of Goods Sold - Basic , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Harga Pokok Penjualan , yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Harga Pokok Penjualan | Cost of Goods Sold - Basic
link : Harga Pokok Penjualan | Cost of Goods Sold - Basic

Baca juga


Harga Pokok Penjualan | Cost of Goods Sold - Basic

Pengertian Harga Pokok Penjualan

Harga Pokok Penjualan adalah semua biaya yang muncul dalam rangka menghasilkan suatu produk hingga produk tersebut siap dijual. dengan bahasa sederhana, Harga Pokok Penjualan yang biasa disingkat HPP merupakan biaya yang dikeluarkan dalam suatu proses produksi barang dan jasa yang dapat dihubungkan secara langsung dengan aktivitas prosess yang membuat produk barang dan jasa siap jual.

harga pokok penjualan
Harga Pokok Penjualan HPP

Struktur Harga Pokok Penjualan


Dari definisi Harga Pokok Penjualan diatas, bisa kita dapatkan strukture dasar dalam harga pokok penjaualan umumnya terdiri dari tiga elemen besar:
  • Persediaan atau Inventori
  • Tenaga Kerja Langsung atau Direct Labour Cost
  • Biaya Overhead (Overhead Cost)

Persediaan | Inventory


Dalam perusahaan dagan, element persediaan (inventory) hanya terdiri atas Persedian Barang Jadi saja, dikenal dengan istilah Inventori

Sedangkan pada perusahaan manufakture, elemen persediaan meliputi:
  • Raw Materials (Persedian Bahan Baku)
  • Work In Process atau WIP (Persidiaan Barang Dalam Proses)
  • Inventory (Persediaan Barang Jadii)

Elemen Persediaan yang dimaksud adalah besarnya Persediaan Terjual. Untuk mengetahui besaran nilai jumlah persediaan yang telah terjual, maka beberapa unsur dibawah ini perlu diketahui lebih dulu:
  • Persidiaan Awal
  • Pembelian (dalam usaha dagang)
  • Harga Pokok Produksii (dalam perusahaan manufakture)
  • Persediaan Akhir.
  • Persediaan yang digunakan atau disebut juga Barang Tersedia untuk Dijual

Persediaan Awal

Persediaan Awal merupakan nilai jumlah persediaan yang telah dimiliki sebelum proses pada periode berjalan dimulai. Artinya, persediaan telah ada dahulu sebelum operasi pada periode sekarag dimulai

Pembeliaan

Perlu diingat, bahwa yang diakui adalah merupakan pengeluaran atau 'cost yang terjadi', sehingga jumlah pembelian yang diakui sebesar cost yang muncul saja, ini diwujudkan dalam bentuk Pengeluaran Kas ataupun pengakuan Utang Dagang. jadi besarnya nilai pembelian yang diakui sebesar nilai net purchase atau nilai bersihnya saja. Hal seperti ini perlu dipertegas karena dalam prakteknya sangat sering perusahaan sbagai pembeli, ntah itu pembelian untuk barang jadi (dalam perusahaan dagnag) ataupun dalam pembelian raw material (bahan baku) dalam perusahaan manufakture mendapatkan diskon (potongan harga), atau bisa terjadi juga return barang (pengembalian) kepada penjual. untuk mendapatkan nilai bersihnya (net purchase) maka diperlukan strukture menjadi,:
  • Gross Purchases (atau biasanya tertulis Purchase saja)
  • Discount (potongan harga)
  • Return (pengembalian barang)
  • Net Purchase (pembelian bersih)

Persediaan Akhir

Persediaan akhir merupakan besarnya nilai persediaan yang dibukukan sebagai 'persediaan' pada akhir periode

Persediaan yang Digunakan atau Persediaan Tersedia Untuk Dijual

Persediaan tersedia untuk dijual (BTOD) merupakan besarnya nilai persediaan:
  • Barang dagang yang terjual, ini berlaku untuk usaha dagang
  • Besarnya Raw Maeterial atau bahan baku yang digunakan & barang dagan yang terjual, ini berlaku untuk perusahaan manufakture.

Direct Labour Cost (Tenaga Kerja Langsung).


Tenaga Kerja Langsung merupakan upah yang diberikan atau dibayarkan kepada karyawan/tenaga kerja yang terlibat secara langsung dalam aktivitas pengolahan barang dagang. Disebut Biaya Tenaga Kerja Langsung apabila besar kecilnya upah yang dibayar terrgantung pada jumlah unit produk yang dihasilkan

Biaya yang dikelompokkan kedalam direct labor cost merupakan tenaga kerja yang bayarannya berdasarkan pada: Upah Satauan atau Upah Harian per jam

Dalam direct labor yang dibayar dengan upah satuan bisa kita lihat dengan jelas sekali kalau tenaga kerja model ini bisa dibebankan secara langsung pada produk yang dihasilkan

Apabila upah yang dibayar berdasar pada jumlah jam kerja,maka umumnya perusahaan sudah menentukan satuan jumlah yang harus diproduksi untuk rentang waktu tertentu baik itu perjam atau perhari. sehingga di akhir perhitungan bisa diketahui berapa besar biaya tenaga kerja langsung yang dibebankan untuk satu unit produk dan total biaya tenaga kerja langsung untuk akumulasi produk yang diproduksi/dihasilkan.

Dalam perusahaan dagang yang kecil, biaya tenaga kerja langsung cenderung sulit agar dapat dialokasikan dengan semestinya, sehingga biaya tenaga kerja langsung hanya dapat ditemukan pada perusahaan manufaktur atau perusahaan tambang.

Overhead Cost


Biaya Overhead adalah biaya yang muncul selain dari elemen elemen yang telah disebut diatas, biasanya diistilahkan dengan indirect cost. jenisnya sangat bervariasi tergantung dari skala usaha, jenis usaha serta jenis sumber daya yang digunakan oleh perusahaan. yang paling sering ditemui dalam usaha manufakture ataupun usaha dagang ialah:
  • Biaya Sewa/rental cost
  • Depresiasi Mesin dan Peralatan. 
  • Penyusutan Gedung Pabrik. 
  • Biaya Listrik dan Air pabrik  atau Factory’s Utilities
  • Biayta Pemeliharaan Pabrik dan mesin (Maintenance)
  • Biaya Pengemasan (Packaging)
  • Gudang
  • Sampelproduksi (Preproduction sampling)
  • Biaya/Ongkos kirim
  • Kontainer (Continer)

Siklus serta Alur Jurnal Harga Pokok Penjualan


Inventory

Inventori yang ada pada neraca periode sebelumnya menjadi persediaan awal di periode saat ini. Apabila persediaan berhasil terjual diperiode berjalan, maka persedian tersebut di-biaya-kan serta diakui sebagai HPP (harga pokok penjualan).

Proses pem-bebanan persediaan dilakukan saat barang diserahkan (terjual) dengan penjurnalan seperti ini:

Debet | HPP
Kredit |
Inventory

Notes:
Untuk membebankan persediaan terjual kedalam HPP, jurnal tersebut:
  • Sisi Debet akan menambah HPP pada laporan laba rugi
  • Sisi Kredit akan menguraangi persediaan dalam neraca pada akhir periode.
Jurnal diatas berpasangan dengan jurnal:

Debit|Kas atau Piutang
Kredit|Penjualan

Notes: guna mengakui adanya penjualan serta piutang atau penerimaan kas pada periode tsb

Apabila dalam periode yang sama ada penambahan persediaan karena pembelian barang dagang, maka pembelian itu menambah jumlah nilai inventory (persediaan barang dagang). jurnal atas pembelian tersebut dicatat:

Debit|Inventory
Kredit|Kas / Utang Dagang


Notes:
Sisi Debit menambah nilai persediaan dalam neraca
Sisi Kredit mengurangi kas atau menambah akun utang dagang di neraca

Dan apabila sebagian dari barang tersebut terjual, maka bagian persediaan yang terjual akan dibebankan kepada HPP seperti alur pertama tadi dan jurnalnya sama saja.

Barang Dalam Proses dan Bahan Baku (Work In Process & Raw Material)


Dalam perusahaan manufakture, selain persediaan barang jadi, terdapat juga work in process atau persediaan barang dalam proses serta persediaan raw material (bahan baku)

Persediaan barang dalam proses dan raw material yang ada dalam neraca periode lalu akan jadi persediaan awal di periode berjalan. apabila persediaan terpakai ketika aktivitas pada periode berjalan, maka persediaan yang telah terpakai tersebut dibebankan pada harga pokok penjualan, dengan penjurnalan:

Jurnal untuk Raw Material (Bahan Baku):

Debit | Persediaan Barang Dalam Proses
Kredit | Persediaan Bahan Baku

Jurnal untuk barang dalam proses:

Debit | Inventory
Kredit | Persediaan Barang Dalam Proses


Apabila terjadi suatu pembelian bahan baku, maka pembelian itu akan menambah persediaan raw material dalam neraca, pembelian tersebut dijurnal dengan:

Debit | Bahan Baku
Kredit | Kas / Utang Dagang


Selanjutnya, apabila sebagian dari raw material yang dibeli tadi digunakan, maka dicatat dengan jurnal sama seperti pembebanan persedian baan baku kedalam persediaan barang dalam proses diatas.

Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Biaya Overhead (direct labor cost and over head cost)


Biaya tenaga kerja langsung diakumulasikan raw material usage serta work in proces usage akan menghaslkan Harga Pokok Produksi, dan selanjutnya Harga pokok poroduksi dan inventori akan menghasilkan Harga Pokok Penjualan

Perhitungan Dasar HPP | Harga Pokok Penjualan


perhitungan HPP bisa dirumuskan dengan berikut ini:

HPP = Inventori Usage + Direct Labor Cost + Overhead Cost.

Inventori Usage bisa diturunkan menjadi:

Saldo Awal + Pembelian atau Penambahan – Saldo Akhir

Pembelian bisa diturunkan menjadi:

Purchases atau invoice - Discount - Return


Format Pelaporan Harga Pokok Penjualan


Melihat Strukture, alur serta perhitungan HPP seperti tadi, maka format laporan HPP bisa kita construct.  namun contoh bentuk laporannya nanti saja pada postingan berikutnya.. kali ini sudah terlalu panjang pengantar tentang HPP. supaya enak dibaca saya posting pada postingan berikutnya yang bisa anda baca di
Harga Pokok Penjualan Perusahaan Dagang




Demikianlah Artikel Harga Pokok Penjualan | Cost of Goods Sold - Basic

Sekianlah artikel Harga Pokok Penjualan | Cost of Goods Sold - Basic kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Harga Pokok Penjualan | Cost of Goods Sold - Basic dengan alamat link https://magisterakutansi.blogspot.com/2015/02/harga-pokok-penjualan-cost-of-goods.html

0 Response to " Harga Pokok Penjualan | Cost of Goods Sold - Basic "