Welcome to MAGISTER AKUNTANSI - The Perfect Partner For Your Business
Contact : Phone 0821-2566-2195 Wa 0821-2566-2195 Kompetensi Masa Depan | Magister Akuntansi

Labels

Kompetensi Masa Depan

Kompetensi Masa Depan - Hallo sahabat Magister Akuntansi , Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Kompetensi Masa Depan , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Artikel SDM , yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Kompetensi Masa Depan
link : Kompetensi Masa Depan

Baca juga


Kompetensi Masa Depan

Pada tahun 1980-an banyak muncul film science fiction tentang perjalanan antargalaksi dalam sebuah kapal luar angkasa atau percakapan jarak jauh yang dilakukan melalui sebuah layar lebar, sehingga para penelpon bisa melihat wajah penelpon lain. Saat itu semua kecanggihan tersebut rasanya seperti mimpi. Ketika film tersebut dibuat, teknologi mobile phone sama sekali belum dikenal. Bahkan mungkin sang penualis skenario pun tidak tahu kapankah dan benarkah hal itu akan terealisasi. Siapa nyana 20 tahun kemudian, meskipun perjalanan antargalaksi belum juga terealisasi, namun hubungan percakapan jarak jauh tatap muka bisa dilakukan dengan mudah oleh siapapun juga tanpa bayar.

Dengan ditemukannya teknologi internet, dunia berkembang dalam kecepatan yang tidak pernah dibayangkan oleh siapapun juga. Hal ini tentunya mempengaruhi kehidupan semua orang di berbagai tempat. Generasi sekarang, yang disebut sebagai generasi milenial alias Gen Z, dikenal memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan generasi sebelumnya. Kecepatan akses informasi yang mereka rasakan membuat mereka juga menginginkan segalanya berlangsung serba instan. Masuknya mereka ke dalam dunia kerja menjadikan tantangan tersendiri bagi organisasi untuk mengakomodasi kebutuhan mereka ini. Organisasi harus mempersiapkan diri, bukan dengan mengubah mereka agar mengikuti standar dan kebiasaan dari generasi di atasnya, namun justru organisasinyalah yang berubah membuat perubahan–perubahan yang selaras dengan tuntutan mereka. Bagaimana tidak, mau tidak mau, merekalah si empunya masa depan ini. Hal ini memang lebih mudah dikatakan daripada dilakukan. Kita tidak mudah mengubah sikap, paradigma, apalagi kebiasaan kita. Tengok pada gubernur yang mengeluh karena sekarang menteri blusukan di daerahnya tanpa permisi dan mereka tidak berkesempatan melakukan persiapan penyambutan. Pertanyaannya, apakah para gubernur menyadari bahwa merekapun bisa dan harus berubah?
Redefinisi Kompetensi
Tren globalisasi yang terjadi sekarang ini membuat dunia menjadi semakin rata. Saat ini kita sulit untuk mengklaim sebuah mobil adalah buatan Eropa karena sulit menentukan berapa persen dari bagian mobil tersebut yang benar benar dibuat di Eropa. Komponen–komponen penunjang mobil tersebut bisa saja diambil dari pabrik–pabrik di berbagai belahan dunia seperti Tiongkok, Thailand, atau India. Pemimpin di masa mendatang perlu memiliki kemampuan bekerja sama dengan beragam individu dari berbagai belahan dunia. Programmer komputer dari India bisa berkomunikasi dengan desainer dari Italia untuk menciptakan produk yang dibuat di Indonesia dan kemudian dijual di Inggris. Alih–alih memiliki kompetensi teamworking yang selama ini kerap menjadi salah satu tuntutan dasar organisasi bagi para management trainee-nya, sebentar lagi sudah tiba saatnya organisasi harus memikirkan kompetensi virtual collaboration sebagai salah satu core competency-nya. Presiden Jokowi memangkas anggaran perjalanan dinas dari 41 triliun menjadi 25 trilliun karena ia mungkin menginginkan agar para pejabat mampu memanfaatkan teknologi yang ada untuk berkoordinasi dan tetap produktif mencapai target kerja. Dan ini sangat mungkin. Keterampilan menggunakan teknologi memang juga tampaknya akan menjadi tuntutan dari kekuatan kompetensi pemimpin di masa mendatang. Technology savvy ini tidak berarti bahwa para pemimpin harus menjadi ahli atau pakar teknologi, kita cukup kalau ‘update’ dengan perkembangan teknologi dan dapat menunggangi nya untuk kemajuan organisasi. Pemimpin masa depan perlu memiliki new media literacy untuk mendorong organisasi agar dapat berkomunikasi lebih efektif dengan para pelanggannya termasuk di dalamnya adalah social networking. Walikota Ridwan Kamil sampai mewajibkan dinas di Pemerintah Kota Bandung untuk membuka akun Twitter agar dapat melayani masyarakat dengan lebih baik. Rasanya new media + social networking = social media sudah menggejala tidak hanya untuk kepentingan privat, namun juga untuk bisnis dan pelayanan publik.

Global Mindset, Knowledge Worker
Akhir 2015 mendatang akan dimulailah era MEA. Pembentukan pasar tunggal ini memungkinkan terbukanya perdagangan barang dan jasa serta perekrutan tenaga kerja asing dengan lebih mudah. Hal ini perlu dibarengi dengan kemampuan para pemimpin menghargai bahkan memanfaatkan perbedaan kultural individu agar bisa membentuk tim yang lebih solid. Perbedaan latar belakang budaya, geografi, kepercayaan, ideologi, tingkat kesejahteraan, dan faktor-faktor lainnya dapat membuat individu mempersepsikan makna yang berbeda dari informasi yang sama. Citibank yang saat ini memiliki sekitar 160-an pemimpin–pemimpin mudanya yang ditempatkan di seluruh dunia menuntut agar para pemimpin ini memiliki global mindset dan perspektif yang lebih luas.

Peter Drucker mengungkapkan bahwa para knowledge workers di masa datang adalah mereka yang jauh lebih menguasai pekerjaan dibandingkan dengan atasan. Mereka bisa jadi sangat susah untuk dipertahankan karena memiliki tingkat loyalitas yang rendah terhadap organisasi. Mereka memandang diri mereka sebagai profesional bebas yang hanya mau bekerja pada pemimpin atau organisasi yang menyediakan tantangan dan kesempatan yang luas. Tugas atasan tidak lagi memberi arahan, hanya sebatas “bidan”, atau pemberi inspirasi dan membantu mereka mengeluarkan segala potensi mereka dan mengeksplorasi beragam kemungkinan di luar yang pernah mereka imajinasikan selama ini. Inilah yang dilakukan Zaha Hadid, seorang arsitek kelas dunia yang menjadi wanita pertama penerima Pritzker Architecture Prize pada tahun 2004. Sebelum 1994 ketika rancangan pertamanya dibangun, ia yang selalu terinspirasi dengan ‘kecepatan’ dianggap sebagai orang yang aneh dan tidak realistik. Sekarang, Hadid lebih banyak mengambil peran sebagai guru dari 400 staf-nya yang berasal dari 55 bangsa untuk mendorong mereka menciptakan inovasi–inovasi lebih lanjut. “There is no thinking outside the box or even inside. There must be no box.“ Hasilnya? Arsitektur Hadid yang tidak pernah sama, selalu inovatif, fleksibel, dan dinamis dalam bahan, bentuk, dan fungsi.


Eileen Rachman & Emilia Jakob (Experd)







Demikianlah Artikel Kompetensi Masa Depan

Sekianlah artikel Kompetensi Masa Depan kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Kompetensi Masa Depan dengan alamat link https://magisterakutansi.blogspot.com/2015/01/kompetensi-masa-depan.html

0 Response to " Kompetensi Masa Depan "