Judul : Capital Asset Pricing Model (CAPM)
link : Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Capital Asset Pricing Model
(CAPM)
BAB I
PENDAHULUAN
CAPM pertama kali diperkenalkan oleh Sharpe,
Lintner, dan Mossin pada pertengahan tahun 1960-an. Menurut Prof. Dr. Eduardus
Tandelilin, MBA, CWM, CAPM adalah Model yang menghubungkan tingkat return harapan
dari suatu aset berisiko dengan risiko dari suatu aset tersebut pada kondisi
pasar yang seimbang.
Capital Asset Pricing Model (CAPM) bukanlah
satu-satunya teori yang mencoba menjelaskan bagaimana suatu aktiva ditentukan
harganya oleh pasar, atau bagaiman menentukan tingkat keuntungan yang dipandang
layak untuk suatu investasi. Ross (1976) merumuskan suatu teori yang disebut
sebagai Arbitrage Pricing Theory (APT). Kalau pada CAPM analisis dimulai dari
bagaimana pemodal membentuk portofolio yang efisien ( karena market portfolio
yang mempunyai kedudukan sentral dalam CAPM merupakan portofolio yang efisien),
maka APT mendasarkan diri konsep satu harga (the law of one price ).
APT pada dasarnya menggunakan pemikiran yang
menyatakan bahwa dua kesempatan investasi yang mempunyai karakteristik yang
identik sama tidaklah bisa dijual dengan harga yang berbeda ( hukum satu
harga). Apabila aktiva yang berkarakteristik sama tersebut dijual dengan harga
yang berbeda maka akan terdapat kesempatan untuk melakukan arbitrage, yaitu
dengan membeli aktiva yang berharga murah dan menjualnya dengan harga yang
lebih tinggi pada saat yang sama sehingga dapat diperoleh laba tanpa resiko.
Perbedaan antara kedua model tersebut
terletak pada perlakuan APT terhadap hubungan antar tingkat keuntungan
sekuritas. APT mengasumsikan bahwa tingkat keuntungan tersebut dipengaruhi oleh
berbagai faktor dalam perekonomian dan industri. Korelasi antara tingkat
keuntungan dua sekuritas terjadi karena sekuritas- sekuritas tersebut
dipengaruhi oleh faktor atau faktor-faktor yang sama. Sebaliknya meskipun CAPM
mengakui adanya korelasi antar tingkat keuntungan, model tersebut tidak
menjelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi korlelasi tersebut. Baik CAPM
maupun APT sama- sama berpendapat bahwa ada hubungan yang positif antara
tingkat keuntungan yang diharapkan dengan resiko.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas
maka yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana mengaplikasikan model-model
keseimbangan (CAPM (Capital Asset Pricing Model) dan APT (Arbitrage Pricing
Theory)).
BAB II
LANDASAN TEORI
Capital Asset Pricing Model (CAPM) merupakan sebuah
model yang menggambarkan hubungan antara risiko dan return yang diharapkann,
model ini digunakan dalam penilaian harga sekuritas (A model that describes the
relationship between risk and expected return and that is used in the pricing
of risky securities)
Model CAPM diperkenalkan oleh Treynor, Sharpe dan Litner. Model CAPM merupakan
pengembangan teori portofolio yang dikemukan oleh Markowitz dengan
memperkenalkan istilah baru yaitu risiko sistematik (systematic risk) dan
risiko spesifik/risiko tidak sistematik (spesific risk /unsystematic risk). Pada
tahun 1990, William Sharpe memperoleh nobel ekonomi atas teori pembentukan
harga aset keuangan yang kemudian disebut Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Bodie et al. (2005) menjelaskan bahwa Capital
Asset Pricing Model (CAPM) merupakan hasil utama dari ekonomi keuangan
modern.Capital Asset Pricing Model (CAPM) memberikan prediksi yang tepat antara
hubungan risiko sebuah aset dan tingkat harapan pengembalian (expected return).
Walaupun Capital Asset Pricing Model belum dapat dibuktikan secara empiris,
Capital Asset Pricing Model sudah luas digunakan karena Capital Asset Pricing
Model akurasi yang cukup pada aplikasi penting.
Capital Asset Pricing Model mengasumsikan
bahwa para investor adalah perencana pada suatu periode tunggal yang memiliki
persepsi yang sama mengenai keadaan pasar dan mencari mean-variance dari
portofolio yang optimal. Capital Asset Pricing Model juga mengasumsikan bahwa
pasar saham yang ideal adalah pasar saham yang besar, dan para investor adalah
para price-takers, tidak ada pajak maupun biaya transaksi, semua aset dapat
diperdagangkan secara umum, dan para investor dapat meminjam maupun meminjamkan
pada jumlah yang tidak terbatas pada tingkat suku bunga tetap yang tidak
berisiko (fixed risk free rate). Dengan asumsi ini, semua investor memiliki
portofolio yang risikonya identik.
Capital Asset Pricing Model menyatakan bahwa
dalam keadaan ekuilibrium, portofolio pasar adalah tangensial dari rata-rata
varians portofolio. Sehingga strategi yang efisien adalah passive strategy.
Capital Asset Pricing Model berimplikasi bahwa premium risiko dari sembarang
aset individu atau portofolio adalah hasil kali dari risk premium pada
portofolio pasar dan koefisien beta.
Risiko
dan Return
Keinginan utama dari investor adalah
meminimalkan risiko dan meningkatkan perolehan (minimize risk and maximize
return). Asumsi umum bahwa investor individu yang rasional adalah seorang yang
tidak menyukai risiko (risk aversive), sehingga investasi yang berisiko harus
dapat menawarkan tingkat perolehan yang tinggi (higher rates of return), oleh
karena itu investor sangat membutuhkan informasi mengenai risiko dan
pengembalian yang diinginkan.
Risiko
investasi yang dihadapi oleh investor (Rose, Peter S., dan Marquis, Milton H.
2006. Money and Capital Markets, Ninth Edition, p 277-280):
1. Market Risk (risiko pasar),
sering disebut juga sebagai interest rate risk, nilai investasi akan menjadi
turun ketika suku bunga meningkat mengakibatkan pemilik investasi mengalami
capital loss. Reinvestment risk, risiko yang disebabkan sebuah aset akan
memiliki yield yang lebih sedikit pada beberapa waktu di masa yang akan datang.
2. Default risk. Risiko
apabila penerbit aset gagal membayar bunga atau bahkan pokok aset.
3. Inflation risk. Risiko
menurunya nilai riil aset karena inflasi.
4. Currency risk. Risiko
menurunnya nilai aset karena penurunan nilai tukar mata uang yang dipakai oleh
aset.
5. Political risk. Risiko
menurunya nilai aset karena perubahan dalam peraturan atau hukum karena perubahan
kebijakan pemerintah atau perubahan penguasa.
Suku bunga bank sentral tentunya masih
berpotensi memiliki semua risiko, akan tetapi diasumsikan negara tidak mungkin
gagal membayar (walaupun ada juga kemungkinannya), oleh karena itu biasanya
return dari risk free aset (Rf) digunakan suku bunga bank sentral.
Capital Asset Pricing Model (CAPM) mencoba
untuk menjelaskan hubungan antara risk dan return. Dalam penilaian mengenai
risiko biasanya saham biasa digolongkan sebagai investasi yang berisiko. Risiko
sendiri berarti kemungkinan penyimpangan perolehan aktual dari perolehan yang
diharapkan (possibility), sedangkan derajat risiko (degree of risk) adalah
jumlah dari kemungkinan fluktuasi (amount of potential fluctuation).
Saham berisiko dapat dikombinasi dalam sebuah
portfolio menjadi investasi yang lebih rendah risiko daripada saham biasa
tunggal. Diversifikasi akan mengurangi risiko sistematis (systematic risk),
tetapi tidak dapat mengurangi risiko yang tidak sistematis (unsystematic risk).
Unsystematic risk adalah bagian dari risiko yang tidak umum dalam sebuah
perusahaan yang dapat dipisahkan. Systematic risks adalah bagian yang tidak
dapat dipisahkan yang berhubungan dengan seluruh pergerakan pasar saham dan
tidak dapat dihindari.
Informasi keuangan mengenai sebuah perusahaan
dapat membantu dalam menentukan keputusan investasi. Investor biasanya
menghindari risiko, investor menginginkan perolehan tambahan (additional
returns) untuk menanggung risiko tambahan (additional risks). Oleh karena itu
saham berisiko tinggi (High-risk securities) harus mempunyai harga yang
menghasilkan perolehan lebih tinggi daripada perolehan yang diharapkan dari
saham berisiko lebih rendah.
Persamaan
CAPM
Persamaan
risiko dan perolehan (Equation Risk and Return) adalah :
Rs = Expected Return on a given risky
security
Rf = Risk-free rate
Rp = Risk premium
Bila nilai β = 1 artinya adanya hubungan yang
sempurna dengan kinerja seluruh pasar seperti yang diukur indek pasar (market
index), contohnya nilai yang diukur oleh Dow-Jones Industrials dan Standard and
Poor’s 500-stock-index.
β adalah ukuran dari hubungan paralel dari
sebuah saham biasa dengan seluruh tren dalam pasar saham. Bila β > 1.00
artinya saham cenderung naik dan turun lebih tinggi daripada pasar. β < 1.00
artinya saham cenderung naik dan turun lebih rendah daripada indek pasar secara
umum (general market index).
Perubahan persamaan risiko dan perolehan
(Equation Risk and Return) dengan memasukan faktor β dinyatakan sebagai:
Rs = Expected Return on a given risky security
Rf = Risk-free rate
Rm = Expected return on the stock market as a
whole
βs = Stock’s beta, yang dihitung berdasarkan
waktu tertentu
CAPM bertahan bahwa harga saham tidak akan
dipengaruhi oleh unsystematic risk, dan saham yang menawarkan risiko yang relatif
lebih tinggi (higher βs) akan dihargai relatif lebih daripada saham yang
menawarkan risiko lebih rendah (lower βs). Riset empiris mendukung argumen
mengenai βs sebagai prediktor yang baik untuk memprediksi nilai saham di masa
yang akan datang (future stock prices).
Resiko
Sistematis Dan Resiko Tidak Sistematis
Dalam teori portofolio modern telah
diperkenalkan bahwa risiko investor toral dapat dipisakan menjadi dua reiko,
atas dasar apakah suatu jenis resiko tertentu dapat dihilangkan dengan
sistematis dan resiko tidak sistematis. Esiko sisematis atau dikenal dengan
resiko pasar – beberapa penyebut menyebut sebagai resiko umum – merupakan
resiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi dipasar recara keseluruhan.
Perubahan asar tersebut akn mempengaruhi variabilitasretur suatu investasi.
Dengan kata lain, resiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat
didiversifikasi.
Sedangkan resiko yang tidak sistematis atau
dikenal dengan risiko spesifik (resiko perusahaan), adalah risiko yang tidak
terkait dengan perubahan pasar secara keseluruhan. Resiko perusahaan lebih
terkait pada perubahan posisi mikro perusahaan penerbit sekuritas. Dalam
manajemen portofolio disebutkan bahwa resiko perusahaan bisa diminimalkan
dengan melakukan diversifikasi asset dalam suatu portofolio.
2.1.1. Garis Pasar Modal (Capital
Market Line)
Hubungan antara risiko dan return portofolio
efisien akan menghasilkan garis pasar sekuritas modal (capital market line,
CML), sementara hubungan antra risiko dan return sekuritas individual akan
menghasilkan garis pasar sekuritas (security market line, CML).
Garis pasar modal menggambarkan hubungan
antara return harapan dengan resiko total dari portofolio efisien pada pasar
yang seimbang. Berdasarkan Gambar 6.1 di atas, terlihat bahwa titik M merupakan
titik persinggungan antara garis RF-L dengan kurva efficient
frontier. Asumsinya, pada pasar yang seimbang semua investor akan
berinvestasi pada portofolio M, karena porotofolio M merupakan portofolio aseet
berisiko yang optimal. Selanjutnya jika kita tarik garis dari titik RF ke
titik L dan menyinggung titik M, maka pilihan investor akan berada pada titik
tertentu di sepanjang garis RF-M. Pilihan masing-masing investor
bisa berbeda-beda tergantung dari kombinasi porsi dana yang akan diinvestasikan
pada asset berisiko dan asset yang bebas resiko. Jika pilihan investor berada
pada titik RF, berarti 100% dana investor akan diinvestasikan pada
asset bebas risiko. Sebaliknya, jika pilihan investor berada pada titik M,
berarti 100% dana investor diinvestasikan pada asset berisiko. Sedangkan jika
pilihan investor berada pada titik-titik setelah titik M (antara titik M dan
L), bearti investor menginvestasikan lrbih dananya pada asset berisiko dengan
porsi yang melebihi 100%. Tindakan ini sering disebut sebagai short
selling, yaitu meminjamkan sejumlah dana sebagai tambahan dana untuk
diinvestasikan pada asset berisiko (sehingga total dana yang diinvestasikan
adalah 100% plus porsi pinjaman).
Jika kurva efficient frontier dalam
gambar 6.1. di atas kita hilangkan, dan hanya kita ambil titik M saja sebagai
portofolio asset berisiko yang optimal, maka akan kita dapatkan garis RF-L,
yang selanjutnya akan disebut sebagai garis CML. Dengan demikian, garis pasar
modal (CML) bisa digambarkan seperti dalam Gambar berikut ini
Gambar di atas merupakan gambar garis padar
modal dengan tidak menampilkanefficient frontier. Garis CML tersebut
memotong sumbu vertical pada titik RF. Selisi antara tingkat return
harapan dari portofolio pasar (E(RM)) denagn tingkat return bebas
risiko merupakan tingkat return tambahan yang bisa diperoleh investor, sebagai
kompensasi atas risiko portofolio pasar (σM) yang harus ditanggungnya. Selisi return
pasar dan return bebas risiko ini disebut juga dengan premi risiko portofolio
pasar (E(RM)-Rf). Besarnya risiko portofolio pasar
ditunjukan oleh garis putus-putus horizontal dari RF sampai σM.
Kemiringan (slope) CML pada gambar di atas,
menunjukkan harga pasar risiko (market price of risk) untuk portofolio
yang efisien atau harga keseimbangan return yang disyaratkan pasar untuk setiap
1% kenaikan risiko portofolio. Slope CML dapat dihitung dengan menggunakan
rumus :
E(RM) - RF = Slope
CML
σM
Beta
Portofolio
Beta
sebuah portofolio dapat dihitung sepeti menghitung return harapan portofolio.
Return harapan portofolio [E(
2.1.2. Garis Pasar Sekuritas
Garis pasar sekuritas atau security
market line (SML) adalah garis yang menghubungkan tingkat retun
harapan dari suatu sekuritas dengan risiko sistematis (beta). SML digunakan
untuk menilai sekuritas secara individual pada kondisi pasar yang seimbang,
yaitu menilai tingkat return yang diharapkan dari suatu sekuritas individual
pada suatu tingkat risiko sistematis tertentu (beta). Sedangkan CML, seperti
telah dijelaskan sebelumnya, bisa dipakai untuk meniali tingkat return
diharapkan dari suatu portofolio yang efisien, pada suatu tingkat risiko
portofolio efisien tertentu (σP).
|
Return harapn dari sekuritas i terdiri
dari dua komponenutama penyusun tingkat return yang disayaratkan investor (required
rate of return), yaitu tingkat return yang bebas risiko dan premi risiko.
Tingkat retun yang diharapkan adalah dalam jumlah yang minimum. Retun yang diharapkan
investsor untuk berinvestasi pada suatu sekuritas tertentu. Secara sistematis,
hubungan tersebut bisa digambarkan persamaan berikut:
Ki = tingkat risiko asset bebas
risiko + premi risiko
= RF + βi [E(RM)
– Rf]
Dalam
hal ini
Ki
= tingkat return yang diserahkan investor pada sekuritas i
E(RM)
= return portofolio pasar yang diharapkan
βi =
koefisien beta sekuritas i
RF
= tingkat return bebas risiko
Dari rumus di atas kita dapat mengetahui
besarnya premi risiko untuk sekuritas i(risk premium).
Premium risiko sekuritas i dapat dihitung dengan mengalihkan
beta sekuritas tersebut dengan premium risiko pasar (market risk premium).
Sedangkan premium risiko pasar adalah selisi antara return harapan pada
portofolio pasar E(RM) dengan tingkat return bebas risiko (RF).
Premi
risiko sekuritas i = βi (market risk
premium)
= βi (E(RM) – Rf)
BAB III
PEMBAHASAN
Aplikasi
CAPM
|
Model yang dikembangkan CAPM menjelaskan
bahwa tingkat return yang diharapkan adalah penjumlahan dari return aset bebas
risiko dan premium risiko. Premium risiko dihitung dari beta dikalikan dengan
premium risiko pasar yang diharapkan. Premium risiko pasar sendiri dihitung
dari tingkat return pasar yang diharapkan dikurangi dengan tingkat return aset
bebas risiko. Bentuk matematika CAPM.
Rf biasanya didekati dengan tingkat return
suku bunga bank sentral, di Indonesia umumnya risk free aset didekati dengan
tingkat return suku bunga Bank Indonesia. βs didekati dengan menghitung data
time series saham dengan data return pasarnya.
Rm
didapatkan dengan meramalkan return IHSG. Banyak mahasiswa yang bingung
mendapatkan nilai Rm yang negatif, biasanya mereka menghitung IHSG dengan cara
memprediksi historisnya yaitu dengan membandingkan return IHSG tahun x dengan
return IHSG tahun x-1. Dari definisi CAPM bahwa Rm adalah tingkat return pasar
yang diharapkan, bukan tingkat return pasar yang periode yang lalu. Untuk
mendapatkan nilai Rm tentunya harus dapat memprediksi berapa tingkat return
IHSG yang diharapkan. Salah satu cara memprediksi IHSG adalah dengan cara
analisis faktor. Di sini anda harus melakukan studi empiris, anda harus
menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi IHSG, kemudian membuat persamaan
regresi dari IHSG dan faktor yang mempengaruhinya. Dan terakhir anda
harus memprediksi nilai dari faktor yang mempengaruhi IHSG untuk x periode yang
anda tentukan. Cara lainnya adalah menggunakan nilai IHSG dari hasil penelitian
empiris dari peneliti lain.
Aplikasi
Menghitung Rs
Suatu sekuritas x yang mempunyai Expected
Return 0.27 (27% per tahun) dan nilai betanya 1.2, apakah sekuritas x ini layak
di beli atau tidak?
Rs
= Rf + βs (Rm – Rf)
Rf
= misal SBI 1 bulan saat ini adalah 0.06 (6% per tahun)
Rm
= misal return IHSG yang diharapkan saat ini adalah 0.26 (26% per tahun,
didapatkan dengan cara memprediksi return) βs = 1.2 Sehingga
Rs
= 0.06 + 1.2 (0.26 – 0.06)
Rs
= 0.06 + 1.2 (0.2)
Rs
= 0.06 + 0.24
Rs
= 0.3 (30%)
Kesimpulan, dengan nilai beta 1.2, apabila
return yang diperoleh hanya 27%, maka harga sekuritas terlalu mahal, karena
return wajarnya adalah 30%
Aplikasi
Beta
Nilai β dapat dihitung sendiri menggunakan
data time series suatu saham/industri dan time series return suatu pasar (misalnya
IHSG, NYSE, dll),
Contoh
perhitungan:
· Return saham X dibandingkan
dengan pasar
tahun 1-return saham X =
-0.05, return pasar -0.12
tahun 2-return saham X = 0.05,
return pasar = 0.01
tahun 3-return saham X = 0.08,
return pasar = 0.06
tahun 4-return saham X = 0.15,
return pasar = 0.10
tahun 5-return saham X = 0.10,
return pasar = 0.05
Sehingga
rata-rata return saham X adalah 0.066 dan Rata-rata return pasar adalah 0.02
· Menghitung deviasi return
saham X
tahun 1 = -0.1160
tahun 2 = -0.0160
tahun 3 = 0.0140
tahun 4 = 0.0840
tahun 5 = 0.0340
· Menghitung deviasi return
pasar X:
tahun 1 = -0.14000
tahun 2 = -0.0100
tahun 3 = 0.0400
tahun 4 = 0.0800
tahun 5 = 0.0300
Kalikan
masing masing deviasi return saham dengan deviasi return pasar:
tahun 1 = -0.1160 x -0.14000 = 0.0162
tahun 2 = -0.0160 x -0.0100 = 0.0002
tahun 3 = 0.0140 x 0.0400 = 0.0006
tahun 4 = 0.0840 x 0.0800 = 0.0067
tahun 5 = 0.0340 x 0.0300 = 0.0010
Jumlah = 0.0247
Pangkat
duakan deviasi return pasar
tahun
1 = -0.14000^2 = 0.0196
tahun
2 = -0.0100^2 = 0.0001
tahun
3 = 0.0400^2 = 0.0016
tahun
4 = 0.0800^2 = 0.0064
tahun
5 = 0.0300^2 = 0.0009
Jumlah
= 0.0286
Sehingga
Beta untuk saham X adalah 0.0247/0.0286 = 0.86
Aplikasi
Garis Pasar Modal (Capital Market Line)
Dalam kondisi pasar yang seimbang, terurn
harapan pada portofolio pasar adalah 15% dengan deviasi standar sebesar 20%.
Tingkat return bebas risiko sebesar 8%. Slope CML akan sebesar:
(0,15 – 0,08) : 0,20 = 0,35
Dengan demikian, slope CML sebesar 0,35 ini
dapat diartikan bahwa setiap terjadi kenaikan 1% risiko portofolio, maka
tambahan return yang disyaratkan oleh pasar 0,35%. Dengan mengetahui slope CML
dan garis intersep (RF) tersebut, maka kita dapat membentuk
persamaan CML tersebut menjadi :
E(RP) = RF + E(RM)
- RF
σM
Dalam
hal ini :
E(RM) = Tingkat
return harapan untuk suatu portofolio yang efisien pada CML
RF
= Tingkat return pada asset yang bebas yang risiko
E(RM) = Tingkat
return portofolio pasar (M)
σM = Deviasi standar return
pada portofolio pasar
σP
= Deviasi standar portofolio efisien yang ditentukan
Dari persamaan tersebut, terlihat bahwa
tingkat return harapan dari setiap portofolio yang efisien pada CML adalah
penjumlahan tingkat retun bebas risiko (RF) dengan hasil perkalian
antara harga pasar resiko (slope CML) dan risiko portofolio (σP) tersebut.
Dari
uraian di atas, beberapa hal penting yang dapat disimpulkan dari penjelasan
mengenai garis pasar modal (CML) adalah sebagai berikut :
1. Garis pasar modal terdiri
dari portofolio efisien yang merupakan kombinasi dari asset berisiko dan asset
bebas risiko.Portofolio M, merupakan portofolio yang terdiri dari asset
berisiko, atau disebut dengan portofolio pasar. Sedangkan titik RF,
merupakan pilihan asset bebas risiko. Kombinasi atau titik-titik portofolio di
sepanjang garis RF-M ini, selanjutnya merupakan portofolio yang
efisien bagi investor.
2. Slope CML akan cenderung
positif karena adanya asumsi bahwa investor bersifatrisk averse. Artinya
investor hanya akan mau berinvestasi pada asset yang berisiko, jika mendapatkan
kompensasi berupa retun harapan yang lebih tinggi. Dengan demikian, semakin
besar risiko suatu investasi, semakin besar pula return harapan.
3. Berdasarkan data historis,
adanya risiko akibat perbedaan return actual dan return harapan akan bisa
menyebabkan slope CML yang negative. Slope negative ini terjadi bila tingkat
return actual portofolio pasar lebih kecil dari tingkat keuntungan bebas
risiko.
4. Garis pasar modal dapat
digunakan untuk menentukan tingkat return harapan untuk setip risiko portofolio
yang berbeda.
Garis
Pasar Sekuritas
Ki = tingkat risiko asset bebas
risiko + premi risiko
= RF + βi [E(RM)
– Rf]
Dalam
hal ini
Ki
= tingkat return yang diserahkan investor pada sekuritas i
E(RM)
= return portofolio pasar yang diharapkan
βi =
koefisien beta sekuritas i
RF
= tingkat return bebas risiko
Dari rumus di atas kita dapat mengetahui
besarnya premi risiko untuk sekuritas i(risk premium).
Premium risiko sekuritas i dapat dihitung dengan mengalihkan
beta sekuritas tersebut dengan premium risiko pasar (market risk premium).
Sedangkan premium risiko pasar adalah selisi antara return harapan pada
portofolio pasar E(RM) dengan tingkat return bebas risiko (RF).
Premi
risiko sekuritas i = βi (market risk
premium)
= βi (E(RM) – Rf)
Diasumsikan Beta saham PT
Gudang garam adalah 0,5 dan tingkat return bebas resiko (Rf) adalah
1,5 %. Tingkat return pasar yang diharapkan diasumsikan sebesar 2%. Dengan
demikian, maka tingkat keuntungan yang disyaratkan investor untuk saham PT
Gudang Garam:
Ki
= 0,015 + 0,5 (0,02 – 0,015)
= 1,75%
2.2.
Teori Penetapan Harga Arbitrasi
Salah satu alternatif teori model
keseimbangan selain CAPM adalah Arbitrage Pricing Theory (APT).
Seperti halnya CAPM, APT menggambarkan hubungan antara risiko dan return,
tetapi dengan menggunakan asumsi dan prosedur yang berbeda. Estiasi return
harapan dari suatu sekuritas dengan menggunakan APT, tidak terlalu dipengaruhi
portofolio pasar seperti hanya dalam CAPM. Pada CAPM, portofolio pasar sangat
berpengaruh karena diasumsikan bahwa risiko yang relevan adalah risiko
sistematis yang diukur dengan beta (enunjukan sensivitas return sekuritas
terhadap perubahan return pasar). Sedangkan pada APT, return sekuritas tidak
hanya dipengaruhi oleh portofolio pasar karena adanya asumsi bahwa return
harapan dari suatu sekuritas bisa dipengaruhi oleh beberapa sumber risiko
lainnya.
Di samping itu, APT juga tidak menggunakan
asumsi-asumsi yang diapaki dalam CAPM, seperti:
1. Adanya suatu periode waktu tertentu,
misalnya satu tahun;
2. Tidak ada pajak;
3. Investor bisa meminjam dan
menginvestasikan dananya pada tingkat return bebas risiko (Rf);
serta
4. Investor memilih portofolio
berdasarkan return harapan dan variannya.
Asumsi-asumsi
CAPM yang masi digunakan adalah :
1. Investor mempunyai
kepercayaan yang bersifat homogen;
2. Investor adalah risk-averse yang
berusaha untuk memaksimalkan utilitas;
3. Pasar dalam kondisi
sempurna;
4. Return diperoleh dengan
menggunakan model factorial
APT didasari oleh pandangan bahwa return
harapan untuk suatu sekuritas akan dipengaruhi oleh beberapa factor risiko.
Faktor-faktor risiko tersebut akan menunjukkan kondisi ekonomi secara umum, dan
bukan merupakan karakteristik khusus perusahaan. Faktor-faktor risiko tersebut
harus mempunyai karakteristik seperti berikut :
1. Masing-masing factor risiko
harus mempunyai pengaruh luas terhadap return saham-saham di pasar.
Kejadian-kejadian khusus yang berkaitan dengan kondisi perusahaan, bukan
merupakan fakto risiko APT.
2. Faktor-faktor risiko
tersebut harus mempengaruhi return harapan. Untuk itu perlu dilakukan pengujian
secara empiris, dengan cara menganalisis return saham statistic, untuk melihat
bagaimana faktor-faktor risiko tersebut berpengaruh secara luas terhadap return
saham.
3. Pada awal periode, factor
risiko tersebut tidak dapat diprediksikan oleh padar karena faktor-faktor
risiko tersebut mengandung infomasi yang tidak diharapkan atau bersifat
mengejutkan pasar (ada perbedaan antara nilai yang diharapkan dengan nilai yang
sebenarnya)
Dengan demikian, hal penting yang perlu
diamati adalah besarnya penyimpangan (deviasi) nilai actual faktor risiko
tersebut dari yang diharapkan. Sebagai contoh, jika suku bunga diperkirakan
naik 19% per tahun, dan ternyata kenaikan tingkat suku bunga yang terjadi
adalah 30%, maka penyimpangan sebesar 11% inilah yang akan mempengaruhi return
actual selama periode tersebut.
Resiko
sistematis dan tidak sistimatis
Bagian keuntungan yang tidak terantisipasi
yang berasal dari surprise, merupakan resiko yang dihadapi oleh para pemodal.
Meskipun demikian sumber resiko tersebut dapat berasal dari faktor yang
mempengaruhi semua atau banyak perusahaan, tetapi ada pula yang spesifik
perusahaan tertentu. Dengan demikian sumber resiko dapat dibagi dua koleompok
yaitu :
1.
Systematic
risk, yang merupakan resiko yang mempengaruhi semua (banyak) perusahaan.
2.
Unsystematic
risk, yang merupakan resiko yang mempengaruhi satu (sekelompok kecil )
perusahaan.
Formulanya
adalah :
R = E ( R ) + U
= E ( R ) + m + ε
dimana : m = resiko sistematis
ε = resiko tidak sistematis
Resiko tidak sistematis dari perusahaan A
tidak berkorelasi dengan resiko tidak sistematis dari perusahaan B maka
korelasi (εA , εB ) = 0
BAB IV
KESIMPULAN
CAPM dikritik sebagai penyebab masalah
kompetisi di Amerika Serikat. Manajer di sebuah perusahaan di Amerika Serikat
yang menggunakan CAPM terpaksa membuat investasi yang aman dalam jangka pendek
dan perolehannya dapat diprediksi dalam jangka pendek daripada investasi yang
aman dan perolehan dalam jangka panjang. Para peneliti telah menggunakan CAPM
untuk menguji hipotesa yang berhubungan dengan hipotesa pasar efisien.
Demikianlah Artikel Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Sekianlah artikel
Capital Asset Pricing Model (CAPM)
kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Capital Asset Pricing Model (CAPM) dengan alamat link https://magisterakutansi.blogspot.com/2017/01/capital-asset-pricing-model-capm.html
0 Response to " Capital Asset Pricing Model (CAPM) "
Posting Komentar