Judul : Lockdown Jakarta, Surga sang Kaya serta Neraka Kalangan Miskin
link : Lockdown Jakarta, Surga sang Kaya serta Neraka Kalangan Miskin
Lockdown Jakarta, Surga sang Kaya serta Neraka Kalangan Miskin
Bhima Yudhistira AdhinegaraJakarta, CNN Indonesia-- Penyebaran virus corona mulai menebarkan kekhawatiran di tengah warga bersamaan jumlah penderita yang terus hadapi lonjakan. Di Jakarta, pembatasan transportasi publik Transjakarta, serta MRT mulai diberlakukan bagaikan langkah prediksi penyebaran virus corona.
Perihal ini telah dikira mengusik kegiatan ekonomi, sebab tidak seluruh pekerja melaksanakan work from home alias bekerja di rumah. Wacana pembatasan gerak warga juga bergerak liar.
Kenyataannya cuma terdapat sebagian negeri yang melaksanakan lockdown semacam Italia, serta Cina, sedangkan Jepang serta Singapore mempunyai strategi yang berbeda buat mencegah Covid- 19.
Bagi Lindsay Wiley, dari Washington College Law, definisi lockdown sesungguhnya tidak diketahui dalam kebijakan kesehatan warga. Dalam penafsiran universal definisi lockdown sendiri sangat luas sebab mencakup karantina, pembatasan akses ke ruang publik, meliburkan sekolah, sampai menutup akses satu wilayah dalam waktu tertentu.
Pemikiran publik terpaut lockdown di Jakarta pasti terpecah, terdapat yang menganjurkan buat menutup sesuatu wilayah tertentu semacam Wuhan ialah dikala akses keluar masuk ke wilayah yang lain ditutup. Pemikiran yang lain, melaksanakan kerja dari rumah serta kurangi jam operasional transportasi publik.
Apa yang terjalin bila Jakarta lockdown?
Akibat ekonomi di Jakarta pastinya hendak sangat besar untuk perekonomian nasional. Bila kebijakan isolasi total Jakarta diberlakukan hingga ekonomi nasional dapat masuk dalam jurang krisis lebih kilat dari ditaksir dini.
Sebanyak 70 persen peredaran duit terdapat di Jakarta, bursa dampak serta bank sentral bertempat di DKI Jakarta.
Kepanikan hendak terjalin di banyak tempat, membuat orang melaksanakan penarikan duit di bank buat membeli beberapa barang kebutuhan pokok. Likuiditas bank terancam kering. Sedangkan panic buying memperburuk stok persediaan bahan pangan.
Kita butuh belajar dari pembelian benda bermotif ketakutan yang terjalin di sebagian daerah Jakarta. Dikala pemerintah mengumumkan penderita Corona awal, nampak jelas kalau pemerintah pusat ataupun wilayah tidak dapat melaksanakan apapun buat menghindari pembelian gila- gilaan itu.
Terlebih April hendak merambah Ramadan, ialah kala permintaan bahan kebutuhan pangan musiman naik. Kepanikan warga dalam memborong bahan kebutuhan pokok, serta farmasi( obat- obatan, masker, penyanitasi tangan) menaikkan panjang resiko terbentuknya inflasi yang lumayan besar.
Ditaksir simpel inflasi sejauh tahun 2020 bisa menembus angka 4- 6 persen bagaikan konsekuensi dari pemberlakuan lockdown di Jakarta. Angka ini belum memikirkan terdapatnya spekulan jahat, penimbun hitam yang menggunakan suasana buat melaksanakan panic stocking ataupun terencana menimbun benda yang dicari orang banyak.
Orang Kaya Jakarta
Siapa yang sangat kena akibat dari lockdown? Jelas jawabannya bukan orang- orang kaya di Jakarta.
Orang kaya yang memahami 46 persen lebih total mengkonsumsi di Jakarta, sanggup menimbun benda dalam jumlah yang besar. Terlebih bila harga obat- obatan, masker, penyanitasi tangan melambung besar semacam terjalin sebagian waktu kemudian.
Siapa yang mampu membeli harga masker di web belanja kala menembus Rp1 juta per boks? Cuma kalangan menengah atas yang mampu. Sedangkan mereka yang masuk kalangan menengah ke dasar wajib siap- siap mengencangkan ikat pinggang.
Kala kelas atas melaksanakan panic buying, warga miskin kebalikannya tidak ketahui besoknya ingin makan apa.
Kala karyawan kantoran di perusahaan- perusahaan multinasional memberlakukan cuti dengan tanggungan pendapatan, ataupun bekerja dari rumah, driver ojol bimbang sebab order tiba- tiba hening serta tidak dapat dikerjakan di rumah. Sedangkan dari dekat 2 juta pengemudi ojol, sebagian besar terdapat di Jabodetabek.
Orang- orang kaya yang tinggal di istana megah- nya, tinggal klik setelah itu pesananan santapan jadi via e- commerce hingga di depan pintu. Sedangkan orang- orang miskin, wajib menghasilkan bayaran yang tidak sedikit kala banyak toko- toko tutup.
Dari sisi kesehatan, asuransi kesehatan dengan sarana rumah sakit terbaik ialah keistimewaan orang kaya Jakarta. Bila uji kesehatan virus corona tidak seluruhnya dibayar negeri, orang kaya ini tidak butuh takut. Terlebih soal defisit BPJS Kesehatan, mereka tidak ingin hirau.
Sebaliknya sang miskin ialah kalangan yang sangat rentan terhadap turunnya sarana kesehatan, paling utama dikala keadaan krisis.
Telah jelas kalau lockdown ialah suasana neraka untuk kelas dasar. Kerentanan kalangan papa cuma hendak memperlebar jurang ketimpangan yang sepanjang ini masih terjalin. Dalam keadaan terjepit bukan tidak bisa jadi konflik horizontal hendak rusak.
Gimana kesiapan Pemerintah?
Baik pemerintah pusat serta pemerintah wilayah kayaknya memanglah belum mempersiapkan diri bila wajib melaksanakan lockdown buat dikala ini. Nampak dari kacaunya koordinasi kebijakan pusat serta wilayah.
Berebut Panggung Publik
Pola komunikasi yang silih berebut panggung antar kepala wilayah, serta gagapnya stimulus ekonomi 1 serta 2 yang diluncurkan oleh pemerintah mengisyaratkan wacana lockdown hendak menuju kepada kekisruhan total.
Ketersediaan rumah sakit, karantina, sampai perlengkapan cek virus corona masih belum mencukupi. Singapore membagikan masker free dari rumah ke rumah, Indonesia malah masker terbuat mainan oleh penimbun hitam serta jadi sangat jarang di pasaran.
Kesiapan dari sisi ekonomi lebih memprihatinkan, bahan kebutuhan pokok sebagian tergantung pada impor.
Peristiwa wabah virus corona sudah mengganggu rantai pasok impor spesialnya dari Cina, sebut saja bawang putih. Tidak semudah itu mencari substitusi impor, sebab memanglah jalur keluarnya tiba- tiba. Kemandirian pangan Indonesia dipertanyakan.
Berbeda dari Cina, di mana stok kebutuhan pangan buat memasok masyarakat yang di karantina dalam apartemen, rumah, serta gedung- gedung dipasok menyeluruh oleh Pemerintah Cina. Di Wuhan, negeri muncul mempersiapkan kebutuhan warganya.
Bukan cerita aneh kala terdapat mahasiswa Indonesia lagi diisolasi dalam kamar asrama nya di Wuhan, dipadati kebutuhan makan sepanjang berminggu- minggu oleh pihak kampus.
Tidak hanya metode lockdown, apakah ada metode lain yang lebih berimbang antara mereduksi penularan virus Covid- 19 serta senantiasa mendesak keberlanjutan roda ekonomi?
Singapore berupaya berikan contoh tanpa melaksanakan lockdown.
PM Singapore Lee Hsien Loong mengatakan kalau fokus penindakan kesehatan merupakan masyarakat lanjut usia, sebab sangat rentan terserang Covid- 19. Pembatasan ekspedisi dari WNA di banyak negeri, serta menunda sedangkan kegiatan keagamaan pula dicoba.
Tidak hanya itu Singapore pula melaksanakan bauran kebijakan fiskal serta moneter dengan sangat baik, dengan tegas Pemerintah Singapore mengalokasikan US$4 miliyar setara Rp59, 2 triliun buat menolong keuangan industri yang terimbas Covid- 19.
Jepang lebih melaksanakan upaya klaster serta penelusuran riwayat kontak korban, dibanding lockdown.
Dilansir dari informasi John Hopkins University, rasio permasalahan Covid- 19 di Jepang merupakan 0, 5 per 100. 000 orang lebih rendah dari negeri OECD yang lain. Bagaikan perbandingan rasio Cina merupakan 5, 81 serta Italia 20, 6 permasalahan per 100. 000 orang.
Hingga, memandang keadaan serta kesiapan Indonesia, hendaknya skenario lockdown dipikirkan secara matang. Jangan hingga ikut- ikutan dengan negeri lain yang struktur ekonominya lebih kokoh dari Indonesia.
Serta sangat berarti, harga sangat mahal dapat jadi hendak ditebus pengusaha UMKM, driver online, karyawan rendahan, serta kalangan miskin yang tidak sempat mempunyai bekal lumayan dikala krisis.( asa)
PROFILE
Bhima Yudhistira Adhinegara
Alumni Universitas Gadjah Mada serta mendapatkan gelar master dari Universitas Bradford, Inggris. Dikala ini aktif dalam aktivitas studi ekonomi serta keuangan di INDEF.
Demikianlah Artikel Lockdown Jakarta, Surga sang Kaya serta Neraka Kalangan Miskin
Sekianlah artikel
Lockdown Jakarta, Surga sang Kaya serta Neraka Kalangan Miskin
kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Lockdown Jakarta, Surga sang Kaya serta Neraka Kalangan Miskin dengan alamat link https://magisterakutansi.blogspot.com/2020/03/lockdown-jakarta-surga-sang-kaya-serta.html
0 Response to " Lockdown Jakarta, Surga sang Kaya serta Neraka Kalangan Miskin "
Posting Komentar