Welcome to MAGISTER AKUNTANSI - The Perfect Partner For Your Business
Contact : Phone 0821-2566-2195 Wa 0821-2566-2195 12 Gejala Gangguan Kondisi Keuangan Yang Perlu Ditangani Secepatnya | Magister Akuntansi

Labels

12 Gejala Gangguan Kondisi Keuangan Yang Perlu Ditangani Secepatnya

12 Gejala Gangguan Kondisi Keuangan Yang Perlu Ditangani Secepatnya - Hallo sahabat Magister Akuntansi , Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul 12 Gejala Gangguan Kondisi Keuangan Yang Perlu Ditangani Secepatnya , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Akuntansi Keuangan , yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : 12 Gejala Gangguan Kondisi Keuangan Yang Perlu Ditangani Secepatnya
link : 12 Gejala Gangguan Kondisi Keuangan Yang Perlu Ditangani Secepatnya

Baca juga


12 Gejala Gangguan Kondisi Keuangan Yang Perlu Ditangani Secepatnya

Perusahaan tak jauh berbeda dengan tubuh kita, bisa mengalami gangguan kesehatan yang bila tidak ditangani secepatnya bisa berubah menjadi penyakit kronis, kolaps, lalu meninggal alias bangkrut. Ada minimal 12 gejala gangguan kondisi keuangan yang perlu ditangani secepatnya. Apa saja ke 12 gejala tersebut?

Bagi mereka yang hidup berkecukupan, untuk memastikan apakah gejala yang dialaminya berpotensi membahayakan atau tidak, mengunjungi dokter ahli penyakit dalam (internis) sudah pasti jalan terbaik. Bagaimana dengan mereka yang hidupnya pas-pas-an (gaji sebulan hanya cukup untuk makan)? Dilematis.


Mengenali dan Mengatasi Gejala Gangguan Kondisi Keuangan Sangat Penting
Kondisi keuangan perusahaan tak jauh berbeda dengan kondisi kesehatan tubuh kita. Gangguan kondisi keuangan adalah keniscayaan—pasti dan akan terus terjadi di sepanjang operasional perusahaan—tak peduli perusahaan kecil atau besar.

Mampu atau tidaknya perusahaan bertahan dari gangguan kondisi keuangan, tergantung pada 3 faktor berikut ini:


1. Seberapa cepat perusahaan menyadari kehadiran gangguan kondisi tersebut – Ini artinya pengelola perusahaan (terutama pimpinan dan bagian keuangan) mesti, terlebih dahulu, tahu berbagai gejala gangguan kondisi keuangan. Tanpa itu, mereka tidak akan pernah tahu bahwa kondisi keuangan perusahaan sedang terganggu—sehingga tidak pernah berpikir untuk mencari cara untuk mengatasinya.

2. Seberapa mampu perusahaan mengidentifikasi sumber pemicu yang membuat gejala itu timbul – Mengetahui gejalanya saja tidaklah cukup. Perusahaan perlu mengetahui pemicu (akar atau sumber) masalahnya—sehingga tahu persis dimana tindakan penanganan dilakukan.

3. Seberapa mampu perusahaan mengatasi gejala-gejala tersebut sejak di awal – Mengetahui gejala dan sumber gangguan saja tidak akan mengubah apa-apa tanpa mengetahui cara untuk mengatasinya. Dan penanganan yang sudah terlambat sudah pasti akan lebih sulit, bahkan mungkin sudah tidak ada pengaruhnya lagi.

Faktanya, terutama di usaha kecil dan menengah, kebangkrutan lebih banyak terjadi karena gangguan kondisi keuangan yang tak kunjung teratasi—entah karena perusahaan tidak pernah menyadari kehadiran gangguan tersebut, baru menyadarinya setelah begitu terlambat atau menyadari tetapi tidak tahu cara mengatasinya.

Pada gangguan kesehatan tubuh, kita selalu bisa menyerahkan proses diagnose hingga pengobatan pada ahlinya, yaitu dokter. Pada gangguan kondisi keuangan perusahaan, pemilik atau pengelolapun selalu bisa menyerahkan urusan identifikasi gangguan keuangan dan cara mengatasi pada ahlinya, yaitu konsultan keuangan profesional.

Korporasi besar yang memiliki konsultan keuangan tetap, tak ubahnya seperti orang kaya yang memiliki dokter pribadi yang siap memeriksa kondisi kesehatan si kaya setiap saat—baik saat ada gangguan maupun tidak.

Kondisi yang kontras terjadi pada perusahaan-perusahaan yang sumberdayanya terbatas—perusahaan kecil dan menengah. Disamping tidak memiliki kemampuan untuk melakukan diagnose awal, mereka juga tidak memiliki pengetahuan dan keahlian yang cukup untuk mengatasinya. Mempekerjakan konsultan keuanganpun mungkin bukan pilihan bagi mereka—karena tidak sanggup membayar.

Apakah karena kecil (dengan kemampuan sumberdaya terbatas) lalu perusahaan kecil dan menengah harus tersingkir dari kancah dunia usaha? Jika itu yang terjadi, tentu tidak ada yang namanya perusahaan.

Faktanya, korporasi-korporasi besar saat ini adalah usaha-usaha kecil beberapa puluh tahun yang lalu, yang selalu kreatif, inovatif dan gigih berusaha. Ketidakmampuan membayar konsultan keuangan profesional—yang memang mahal, bukanlah hambatan bagi mereka yang selalu kreatif dan mau berusaha.

Kreatifitas dan usaha yang seperti apa? Mencari sumber informasi dan panduan mengenai cara mendiagnose gangguan kondisi keuangan yang murah, misalnya:

Bertanya pada pengusaha (atau pengelola keuangan) lain yang lebih berpengalaman
Membaca buku-buku terkait dengan manajemen keuangan
Membaca di blog-blog atau website yang membahas topik terkait dengan cukup mendalam (seperti JAK)
Melalui tulisan sederhana ini, saya akan sampaikan gejala gangguan kondisi keuangan yang jika tidak ditangani secepatnya bisa berubah menjadi gangguan serius, kronis, kolaps lalu bangkrut.



12 Gejala Gangguan Kondisi Keuangan Yang Perlu Penanganan Secepatnya
Seperti telah saya sampaikan di awal, sejauh pengalaman saya, ada 12 gejala gangguan kondisi keuangan yang perlu ditangani secepatnya:

1. Akumulasi saldo piutang dagang meningkat – Jika tidak diatasi secepatnya, akan membawa perusahaan ke dalam kondisi yang tidak mampu membiaya operasional mereka dengan lancar (tidak sanggup membayar vendor, pegawai, dan tagihan-tagihan rutin.)

2. Akumulasi saldo persediaan barang meningkat – Disamping pertanda penjualan yang tidak lancar—yang artinya aliran pendapatan juga tersumbat, volume persediaan barang dagangan yang membumbung tingga akan menimbulkan beban (biaya) ekstra, potensi kehilangan (minimal kerusakan) akan semakin tinggi.

3. Investasi pada aktiva tetap meningkat – Di satu sisi, aktiva tetap (bangunan, mesin, peralatan, kendaraan, furniture & fixture, dll) memang diperlukan. Di sisi lainnya, aktiva tetap yang tidak didayagunakan secara optimal (karena kebanyakan) akan berubah menjadi asset yang mengganggur—yang nilainya kian-lama-kian menyusut (terdepresiasi).

4. Saldo piutang dagang yang menurun – Piutang dagang adalah sumber pendanaan paling murah—bahkan kebanyakan gratis (tanpa bunga)—dari vendor (supplier) bagi perusahaan. Menurunnya saldo piutang dagang artinya perusahaan tidak memanfaatkan peluang untuk menggunakan sumber dana tersebut secara optimal. Artinya juga, perusahaan lebih banyak menggunakan sumber dana lain yang seharusnya bisa digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi/pembuatan jasa.

5. Pengembalian ekuitas yang rendah – Perusahaan skala menengah mungkin menginvetasikan dana mereka pada perusahaan lain—dengan cara membeli saham atau surat berharga (bond, promes, sertifikat danareksa, dll). Tingkat pengembalian yang rendah dari investasi-invetasi tersebut, jika tidak diatasi secepatnya, tidak saja akan membuat keuntungan menurun tetapi juga bisa tak pernah kembali lagi, alias merugi.

6. Penjualan menurun – Sudah nyata dan terang benderang bahwa penurunan penjualan adalah gejala yang cepat atau lambat akan mengganggu stabilitas keuangan perusahaan.

7. Keuntungan perusahaan menurun pada level penjualan yang sama seperti periode sebelumnya – Ada kalanya penjualan nampak stabil atau bahkan meningkat, tetapi kenyataan lainnya menunjukan bahwa keuntungan tetap atau bahkan menurun. Ini gejala super serius yang memerlukan diagnose yang lebih kompleks, akan tetapi pengelola keuangan yang tidak jeli tidak akan mampu menangkapnya.

8. Biaya atau beban bahan baku meningkat – Peningkatan beban atau biaya pada bahan baku (khususnya perusahaan manufaktur) sudah pasti akan membuat Harga Pokok Penjualan meningkat. Itu artinya keuntungan akan menurun sekeras apapun perusahaan mencoba melakukan efisiensi di biaya tetap (rutin).

9. Biaya kirim (shipping) meningkat – Terutama di perusahaan yang memiliki pelanggan jarak jauh (antar pulau atau ekspor antar negara), biaya kirim atau shipping cost sering disepelekan. Sehingga tanpa disadari, jika tidak teralokasi dengan baik, peningkatan biaya kirim bisa berubah menjadi monster penghisap keuntungan perusahaan yang ganas. Peningkatan biaya kirim (shipping cost) akan membuat overhead meningkat, artinya harga pokok penjualan juga meningkat. Akhirnya akan bernasib sama seperti gejala yang ke delapan (keuntungan perusahaan lama-lama akan tergerus).

10. Cost atau biaya per departemen (bagian) meningkat – Pada perusahaan yang telah memiliki struktur organisasi yang rapi, analisa cost dan biaya per bagian (departemen) bisa menangkap gejala gangguan kondisi keuangan. Peningkatan cost dan biaya pada salah satu atau beberapa departemen adalah gejala serius yang jika tidak diidentifikasi dan ditangani secepatnya bisa menjalar ke semua departemen, lalu berubah menjadi bencana yang tak akan sanggup diatasi lagi.

11. Biaya bunga meningkat – Alternatif sumberdana melalui pinjaman kerap digunakan oleh perusahaan untuk menopang kelancaran operasional. Jika ini tidak terkelola dengan baik, bisa berubah menjadi senjata bunuh diri yang sangat berbahaya bagi perusahaan itu sendiri. Salah satu gejala pengelolaan utang yang tidak baik adalah meningkatnya biaya bunga.

12. Kekurangan Kas – Kekurangan kas adalah gangguan paling nyata yang bisa dirasakan dengan mudah dan relative cepat. Kekurangan kas sudah pasti akan sangat mengganggu. Tak perlu berpikir tentang kekurangan kas untuk membayar tenaga kerja atau bahan baku, bayangkan saja jika tidak punya cukup kas untuk membayar tagihan listrik perusahaan? Apa yang akan terjadi?



Yang sedikit bisa menjebak (tricky) di sini adalah: masing-masing perusahaan memiliki karakter dan perilaku atau behavior yang berbeda-beda. Sehingga, untuk memastikan bahwa kondisi keuangan perusahaan baik-baik saja, tidak sedang mengalami gangguan kesehatan:

Pertama-tama perusahaan perlu mengetahui apakah gejala itu wajar atau tidak? Untuk itu diperlukan investigasi dan analisa-analisa lebih lanjut—lebih detail dan mendalam—yang bisa memetakan kondisi dengan lebih pasti.
Jika hasil investigasi lanjutan menunjukan bahwa gejala itu memang sungguh-sungguh berpotensi ancaman, selanjutnya perusahaan perlu mengidentifikasi dimana akar masalahnya, apa pemicunya, mengapa itu bisa terjadi.
Setelah diketahui sumber penyebabnya, selanjutnya perusahaan perlu mengetahui cara untuk mengatasinya, sehingga gejala itu bisa (a) dilokalisasi agar tidak menjalar ke wilayah lain (b) diatasi sehingga tidak membesar; dan (c) dihilangkan samasekali sehingga perusahaan menjadi sehat.
Nah, bagiaman cara melakukan identifikasi dan analisa lebih lanjut untuk memastikan apakah gejala tersebut potensi ancaman atau tidak? Bagimana caranya menelusuri gejala tersebut untuk menemukan sumber pemicu? Bagaimana caranya melokalisasi dan menghilangkan gejala gangguan tersebut agar kondisi keuangan perusahaan senantiasa sehat?




Demikianlah Artikel 12 Gejala Gangguan Kondisi Keuangan Yang Perlu Ditangani Secepatnya

Sekianlah artikel 12 Gejala Gangguan Kondisi Keuangan Yang Perlu Ditangani Secepatnya kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel 12 Gejala Gangguan Kondisi Keuangan Yang Perlu Ditangani Secepatnya dengan alamat link https://magisterakutansi.blogspot.com/2018/06/12-gejala-gangguan-kondisi-keuangan.html

0 Response to " 12 Gejala Gangguan Kondisi Keuangan Yang Perlu Ditangani Secepatnya "