Judul : Bagaimana Pengakuan Akuntansi Untuk Peralatan Kecil
link : Bagaimana Pengakuan Akuntansi Untuk Peralatan Kecil
Bagaimana Pengakuan Akuntansi Untuk Peralatan Kecil
Bagaimana perlakuan akuntansi untuk peralatan kecil? Gampang-gampang susah memang. Mulai dari pencatatan sampai pelaporannya, lumayan memusingkan. Terutama jika umur ekonomis peralatan tersebut lebih dari satu tahun buku, dan total nilainya cukup material.
Pembelian peralatan kecil kerap terjadi di hampir setiap perusahaan. Perusahaan jasa misalnya, setidaknya mereka membeli peralatan kantor secara rutin dari waktu-ke-waktu (ballpoint, pensil, staples, kalkulator, dlsb). Apalagi perusahaan manufaktur, sudah pasti banyak menggunakan peralatan-peralatan kecil. “Letak masalahnya dimana?” mungkin ada yang bertanya seperti itu.
Saya katakan gampang-gampang susah karena memang pengluaran untuk peralatan kecil terlihat sepele di satu sisinya. Harga satuannya memang kecil (staples misalnya, mungkin harganya hanya Rp 3000-5000 per bijinya). Tapi kalau dijumlahkan nilainya, lumayan tinggi setiap tahunnya. Di perusahaan berskala besar pembelian peralatan kecil ini nilainya bisa sangat material—mencapai puluhan juta.
Ada semacam kondisi yang bertolak belakang antara unit price yang memang kecil dengan total pengeluaran selama satu tahun buku yang cukup besar. Sehingga timbul komplikasi bagi pegawai accounting dalam menerapkan perlakuan akuntansi bagi peralatan-peralatan kecil ini:
Jika dibebankan semuanya di periode yang sama, kenyataan menunjukan bahwa pengeluaran untuk peralatan-peralatan ini nilainya cukup besar (lumayan menggerus nilai laba), dan ada sebagian yang dipergunakan lebih dari satu tahun buku (kalkulator, staples, penggaris, obeng, tang, dan lain sebagainya).
Jika dimasukkan ke kelompok aktiva, nanti bagaimana cara menyusutkannya? Bisa bayangkan bagaimana pusingnya menghitung menyusutkan peralatan-peralatan kecil ini setiap kali mau tutup buku (unit price-nya memang kecil). Lagipula, namanya peralatan kecil ya memang mudah hilang, mudah rusak. Sehingga sulit untuk memprediksi umur ekonomisnya. Wihhhhh…. Bisa saya bayangkan bagaimana repotnya.
Jika dimasukkan kedalam kelompok persediaan barang, makin tidak mungkin. Lha wong ini bukan barang dagangan. Kalau dipaksakan ke persediaan, terus apakah nanti ada penjualan, berapa harga pokoknya? Ya memang 100% tidak mungkin.
Oke. Saya ada kiat khusus untuk perlakuan peralatan-peralatan kecil ini. Hasilnya memang tidak bisa memuaskan seratus persen, tetapi paling tidak sebagian besar prinsip akuntansi bisa terpenuhi tanpa harus kerepotan menelusuri satu persatu. Saya menyebut ini ‘perlakuan akuntansi banci’—kombinasi antara perlakuan ‘Aktiva Tetap’ dengan ‘Persediaan’.
Persisnya seperti ini:
Pada saat pembelian, masukan ke kelompok ‘Aktiva Tetap – Peralatan Kecil’.
Misalnya:
Tanggal 10 Januari 2011 perusahaan membeli 15 staples seharga Rp 5000/unit. Catat dengan jurnal:
[Debit]. Aktiva Tetap – Peralatan Kecil = Rp 75,000,-
[Kredit]. Utang – Toko ABC = Rp 75,000
Lalu, tanggal 15 Januari 2011, beli 20 staples dengan harga yang sama. Masukan lagi ke ‘Aktiva Tetap – Peralatan’ denga jurnal:
[Debit]. Aktiva Tetap – Peralatan Kecil = Rp 100,000,-
[Kredit]. Utang – Toko ABC = Rp 100,000
Begitu terus hingga akhir tahun buku. Katakanlah di akhir tahun buku total pembelian staples Rp 15,000,000,-, Kalkulator Rp 25,000,000, dan lain sebagainya, sehingga menjelang akhir tahun saldo Buku Besar kelompok ‘Aktiva Peralatan Kecil‘ ini adalah Rp 75,000,000, misalnya.
Karena masuk kelompok aktiva tetap, berarti harus disusutkan. Iya kan?
Bagaimana cara menyusutkannya? Bagimana bisa tahu barang yang mana yang hilang, barang mana yang rusak?
Saat menghitung penyusutan menjelang penutupan buku, perlakukan dia SEPERTI ‘Persediaan Barang Dagangan’ (sekalilagi ‘seperti‘, bukan sungguhan). Bagaimana memperlakukan barang persediaan? Stock opname, bukan?
Ya. Lakukan stock opname atas peralatan kecil ini, lakukan ‘PENGHITUNGAN FISIK’. Repot? Mudah. Anda tinggal minta setiap bagian menyerahkan daftar peralatan yang mereka miliki. Lebih bagus jika mereka storkan list dalam fila excel via email misalnya.
Dari daftar yang mereka setorkan, buat list gabungan dari semua bagian (department). Masukan unit price ke dalam list tersebut—pergunakan harga rata-rata, untuk masing-masing jenis peralatan. Dengan memakai rumus HLOOKUP atau VLOOKUP, anda bisa memasukan unit price dalam hitungan menit saja.
Untuk memastikan list tersebut akurat, tinggal di filter-filter saja, sehingga bisa tahu total nilai semua pelaratan di semua bagian, atau total nilai untuk masing-masing jenis peralatan (staple, kalkulator, dll). Lalu, bandingkan dengan buku besar akun ‘Aktiva Tetap – Peralatan Kecil’. Jika ada yang janggal, datangi bagian yang bersangkutan, hitung sendiri jumlah fisiknya.
Begitu anda yakin angka-angkanya sudah akurat, berarti anda sudah mendapat angka berapa jumlah persediaan per tanggal penghitungan fisik (akhir tahun). Dari angka ini anda bisa tahu berapa penggunaan peralatan periode tersebut.
Misalnya: Hasil penghitungan fisik tanggal 29 Desember 2011 menunjukan total nilai peralatan kecil adalah Rp 50,000,000. Berarti penyusutannya:
Saldo Awal 1 Jan = Rp 25,000,000 (misalnya)
Ditambah: Pembelian (1 Jan – 29 Des 2011) = Rp 75,000,000
Dikurangi: Saldo Akhir (29 Des 2011) = (Rp 50,000,000)
Penyusutan 2011 = Rp 50,000,000
Sehingga dijurnal:
[Debit]. Penyusutan – Peralatan Kecil = Rp 50,000,000
[Kredit]. Akumulasi Penyusutan – Peralatan Kecil = Rp 50,000,000
(Catatan: Setelah disusutkan, maka nilai buku Peralatan kecil di Neraca akan nampak Rp 50,000,000, persis sejumlah hasil penghitungan fisik).
Bandingkan jika misalnya dibebankan sekaligus, pastinya biaya pembelian office supplies atas peralatan tersebut mencapai Rp 75,000,000 (sejumlah pembelian selama tahun 2011), padahal pada kenyataannya tidak semua peralatan yang dibeli habis di tahun 2011, bukan?
Nah sekarang mana yang lebih akurat, dibebankan sekaligus di periode yang sama atau dimasukan sebagai aktiva lalu disusutkan? Pastinya lebih masuk akal bila di masukan ke aktiva tetap. Tetapi perlu mempertimbangkan aspek ‘materialitas’. Jika penggunaaan peralatan kecilnya lumayan tinggi—cukup menggerus laba, silahkan coba terapkan perlakuan akuntansi yang saya sarankan tadi. Jika nilainya kecil, buat apa repot-repot, langsung saja bebankan di periode yang sama.
Demikianlah Artikel Bagaimana Pengakuan Akuntansi Untuk Peralatan Kecil
Sekianlah artikel
Bagaimana Pengakuan Akuntansi Untuk Peralatan Kecil
kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Bagaimana Pengakuan Akuntansi Untuk Peralatan Kecil dengan alamat link https://magisterakutansi.blogspot.com/2018/06/bagaimana-pengakuan-akuntansi-untuk.html
0 Response to " Bagaimana Pengakuan Akuntansi Untuk Peralatan Kecil "
Posting Komentar