Judul : Perlakuan Akuntansi Untuk Website
link : Perlakuan Akuntansi Untuk Website
Perlakuan Akuntansi Untuk Website
Saat ini setiap perusahaan memiliki website untuk berbagai keperluan dan dengan berbagai alasan . Hal ini menimbulkan berbagai transaksi keuangan—terutama pengeluaran-pengeluaran kas—terkait dengan pembuatan dan kepemilikan website. Mulai sejak website dirancang hingga web tersebut dioperasikan dalam kegiatan sehari-hari. Bagaimana pengeluaran-pengeluaran tersebut diperlakukan, apakah dicatat sebagai beban (biaya) atau sebagai aset tak berwujud? Bagaimana perlakuan Akuntansi atas website? Pertanyaan pertanyaan tersebut dibahas dibawah ini.
Perusahaan dapat melakukan pengeluaran internal pada pengembangan dan pengoperasian website miliknya untuk akses internal maupun eksternal. Website yang dirancang untuk akses eksternal dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti untuk mempromosikan dan mengiklankan produk dan jasa perusahaan, menyediakan layanan elektronik, dan menjual produk dan jasa. Website yang dirancang untuk akses internal dapat digunakan untuk menyimpan kebijakan perusahaan dan rincian pelanggan, dan mencari informasi yang relevan.
Tahapan dari pengembangan website dapat digambarkan sebagai berikut:
Perencanaan – termasuk melakukan studi kelayakan, mendefinisikan tujuan dan spesifikasi, mengevaluasi alternatif dan memilih preferensi.
Aplikasi dan pengembangan infrastruktur – termasuk perolehan nama domain, pembelian dan pengembangan piranti keras dan piranti lunak operasi, instalasi aplikasi yang dikembangkan dan pengujian tekanan.
Pengembangan desain grafis – termasuk perancangan penampilan halaman web.
Pengembangan konten – termasuk pembuatan, pembelian, persiapan dan pengambilan informasi, baik secara tekstual maupun grafis, di website sebelum penyelesaian pengembangan websites Informasi ini dapat juga disimpan dalam database terpisah yang diintegrasikan ke dalam (atau diakses dari) website atau dikodekan secara langsung ke halaman web.
Ketika pengembangan website telah diselesaikan, tahapan operasi segera dimulai. Selama tahapan ini, perusahaan mempertahankan dan meningkatkan aplikasi, infrastruktur, desain grafis dan konten dari website.Ketika pencatatan atas pengeluaran internal pada pengembangan dan operasi dari website milik perusahaan itu sendiri untuk akses internal maupun eksternal.
Persoalannya: Apakah website secara internal menghasilkan aset tidak berwujud yang merupakan bahasan pada persyaratan dari PSAK 19 (revisi 2009): Aset Tidak Berwujud; dan perlakuan akuntansi yang sesuai atas pengeluaran tersebut?
ISAK 14 (Revisi 2009) Aset Tidak Berwujud- Biaya Website
ISAK 14 Aset Tidak Berwujud- Biaya Website merupakan adopsi dari SIC 32: Web Site Cost. SIC 32 ini berkaitan dengan pengakuan biaya untuk pengembangan web site perusahaan sebagai aset tidak berwujud.
Secara umum biaya untuk pengembangan website tidak dapat diakui sebagai aset tidak berwujud. Biaya untuk pengembangan web site dapat diakui sebagai aset tidak berwujud apabila memenuhi persyaratan pengakuan pengembangan yang disyaratkan PSAK 19 (revisi 2009): Aset Tidak Berwujud terutama mengenai kemampuan web site menghasilkan manfaat ekonomi di masa depan, contoh website mampu menghasilkan pendapatan.
Implementasi ISAK 14 (Revisi 2009)
Website perusahaan yang muncul dari pengembangan dan digunakan untuk akses internal maupun eksternal merupakan aset tidak berwujud yang dihasilkan secara internal seperti yang tercakup dalam persyaratan PSAK 19 (revisi 2009): Aset Tidak Berwujud.
Website yang timbul dari pengembangan diakui sebagai aset tidak berwujud jika dan hanya jika, selain memenuhi persyaratan umum dalam PSAK 19 (revisi 2009): Aset Tidak Berwujud Paragraf 21 untuk pengakuan dan pengukuran awal, perusahaan juga dapat memenuhi persyaratan dalam PSAK 19 (revisi 2009): Aset Tidak Berwujud paragraf 56.
Secara khusus, suatu perusahaan dapat memenuhi persyaratan untuk menunjukkan bagaimana website perusahaan akan dapat menghasilkan manfaat ekonomi masa depan sesuai dengan PSAK 19 (revisi 2009): Aset Tidak Berwujud paragraf 57(d) misalnya ketika website ini mampu menghasilkan pendapatan, termasuk pendapatan langsung dari pesanan.
Apabila perusahaan tidak dapat menunjukkan bagaimana website yang dikembangkan (semata-mata atau terutama untuk mempromosikan dan iklan produk dan jasa perusahaan) akan menghasilkan kemungkinan manfaat ekonomi masa depan, maka semua pengeluaran pada pengembangan website harus diakui sebagai beban pada saat terjadinya.
Setiap pengeluaran internal pada pengembangan dan pengoperasian dari website perusahaan akan dicatat sesuai dengan PSAK 19 (revisi 2009): Aset Tidak Berwujud. Sifat dari masing-masing aktivitas atas pengeluaran yang terjadi (misalnya pelatihan karyawan dan pemeliharaan website) dan tahapan pengembangan atau pasca-pengembangan website harus dievaluasi untuk menentukan perlakuan akuntansi yang sesuai. Lebih rincinya kurang lebih sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan (Website Planning)
Pada dasarnya tahapan Perencanaan serupa dengan tahapan penelitian dalam PSAK 19 (revisi 2009): Aset Tidak Berwujud paragraf 53-55. Pengeluaran yang terjadi dalam tahapan ini akan diakui sebagai beban saat terjadinya.
Tahap Pengembangan Aplikasi, Infrastruktur dan Design Grafis (Application, Infrastructures and Design Development)
Tahapan Pengembangan Aplikasi dan Infrastruktur, tahapan Desain Grafis dan tahapan Pengembangan Konten, selama konten tersebut dikembangkan untuk tujuan selain untuk mengiklankan dan mempromosikan produk dan jasa perusahaan itu sendiri, pada dasarnya serupa dengan tahapan pengembangan dalam PSAK 19 (revisi 2009): Aset Tidak Berwujud paragraf 56-63.
Pengeluaran yang terjadi dalam tahapan-tahapan ini harus disertakan dalam biaya website yang diakui sebagai aset tidak berwujud sesuai dengan paragraf 8 Interpretasi ini ketika pengeluaran dapat langsung dihubungkan dan diperlukan untuk pembuatan, produksi atau persiapan website agar mampu beroperasi dengan cara yang diinginkan oleh manajemen. Misalnya:
Pengeluaran untuk membeli atau membuat konten (selain konten yang mengiklankan dan mempromosikan barang dan jasa perusahaan itu sendiri) yang secara khusus untuk website.
Pengeluaran untuk memungkinkan penggunaan konten (misalnya biaya untuk memperoleh lisensi untuk memproduksi kembali) dalam website.
Jika ketentuan ini berlaku, harus dimasukkan dalam biaya pengembangan.
Namun, sesuai dengan PSAK 19 (revisi 2009): Aset Tidak Berwujud paragraph 71, pengeluaran untuk pos tidak berwujud yang awalnya diakui sebagai beban dalam laporan keuangan sebelumnya tidak akan diakui sebagai bagian dari biaya aset tidak berwujud di kemudian hari (misalnya jika biaya hak cipta telah diamortisasi sepenuhnya, dan isi yang kemudian disajikan pada website).
2. Tahap Pengembangan Konten (Content Development)
Pengeluaran yang terjadi dalam tahap Pengembangan Konten, selama konten yang dikembangkan untuk mengiklankan dan mempromosikan barang dan jasa perusahaan itu sendiri (misalnya foto produk digital), harus diakui sebagai beban pada saat terjadinya sesuai dengan PSAK 19 (revisi 2009): Aset Tidak Berwujud paragraf 68
Contoh: Ketika pencatatan untuk pengeluaran pada layanan profesional untuk mengambil foto digital dari sebuah produk perusahaan itu sendiri dan untuk meningkatkan tampilan mereka, maka pengeluaran akan diakui sebagai beban sebagai layanan profesional yang diterima selama proses, bukan ketika digital foto-foto yang ditampilkan pada website.
3. Tahapan Operasional (Operation)
Tahapan operasi dimulai setelah pengembangan website selesai. Pengeluaran yang terjadi dalam tahap ini akan diakui sebagai biaya ketika terjadi kecuali memenuhi kriteria pengakuan PSAK 19 (revisi 2009): Aset Tidak Berwujud paragraf 18.
Website yang diakui sebagai aset tidak berwujud akan diukur setelah pengakuan awal dengan menerapkan persyaratan PSAK 19 (revisi 2009): Aset Tidak Berwujud Paragraf 72-87. Perkiraan terbaik atas umur manfaat website harus singkat.
Batasan ISAK 14 (Revisi 2009)
Interpretasi ini tidak berlaku untuk pengeluaran pembelian, pengembangan, dan pengoperasian piranti keras (misalnya server web, tahapan server, produksi server dan koneksi internet) dari sebuah website.
Pengeluaran-pengeluaran semacam itu dicatat berdasarkan PSAK 16 (revisi 2007): Aset Tetap. Selain itu, ketika suatu perusahaan melakukan pengeluaran pada penyedia layanan Internet hosting website perusahaan, pengeluaran diakui sebagai beban sesuai PSAK 1 (revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan dan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) ketika layanan diterima.
PSAK 19 (revisi 2009): Aset Tidak Berwujud tidak berlaku untuk aset tidak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual dalam kegiatan usaha normal (lihat PSAK 14 (revisi 2008): Persediaan dan PSAK 34: Akuntansi Kontrak Konstruksi) atau sewa yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK 30 (revisi 2007): Sewa).
Oleh karena itu, Interpretasi ini tidak berlaku untuk pengeluaran pengembangan atau pengoperasian website (atau perangkat lunak website) untuk dijual kepada perusahaan lain. Ketika sebuah website disewakan dalam sewa operasi, lessor menerapkan Interpretasi ini. Ketika sebuah website disewakan dalam sewa pembiayaan, lessee menerapkan Interpretasi ini setelah pengakuan awal aset yang disewakan.
Tanggal Efektif ISAK 14 (Revisi 2009)
Perusahaan menerapkan Interpretasi ini untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011.
Pengaruh Adopsi PSAK 14 (Revisi 2009)
Ketika website tidak memenuhi kriteria pengakuan sebagai aset tidak berwujud, tapi sebelumnya diakui sebagai aset, maka pos tersebut akan dihentikan pengakuannya pada tanggal ketika Interpretasi ini menjadi efektif. Bila ada website dan pengeluaran untuk mengembangkannya memenuhi kriteria untuk diakui sebagai aset tidak berwujud, tetapi sebelumnya tidak diakui sebagai aset, maka aset tidak berwujud tersebut tidak diakui pada tanggal ketika Interpretasi ini menjadi efektif.
Bila ada website dan pengeluaran untuk mengembangkannya memenuhi kriteria untuk diakui sebagai aset tidak berwujud, sebelumnya diakui sebagai aset dan pada awalnya diakui sesuai dengan biaya perolehan, maka jumlah yang diakui pada awalnya dianggap sudah ditentukan secara benar.
Sumber : Jurnalakuntansikeuangan.com
Demikianlah Artikel Perlakuan Akuntansi Untuk Website
Sekianlah artikel
Perlakuan Akuntansi Untuk Website
kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Perlakuan Akuntansi Untuk Website dengan alamat link https://magisterakutansi.blogspot.com/2018/06/perlakuan-akuntansi-untuk-website.html
0 Response to " Perlakuan Akuntansi Untuk Website "
Posting Komentar