Judul : KEBIJAKAN DIVIDEN
link : KEBIJAKAN DIVIDEN
KEBIJAKAN DIVIDEN
Dividen adalah bagian laba untuk pemegang saham
Prosedur standar
pembayaran dividen tunai
- Declaration date (tanggal pengumuman )
- Date of record ( tanggal pendaftaran )
- Date of payment ( tanggal pembayaran )
--------------- ---------------- --------------- --------------
Awal Jan 99 24 Jan 99 31 Jan 99 15 Feb 00
Declaration Ex dividend Record Payment
date date date
Lima hari kerja sebelum date of record tersebut ditentukan tanggal ex-dividend. Pada tanggal ini atau sesudahnya pembeli saham tidak
berhak untuk memperoleh dividen yang akan dibagikan.
2.1 Dividen
dibagikan sebesar-besarnya
Argumentasi pendapat ini adalah bahwa harga
saham dipengaruhi oleh dividen yang dibayarkan.
Apabila n tidak terhingga, maka harga saham
Po dapat dirumuskan sebagai berikut :
Dt
Po = -----------
(1 + ke)
Dengan demikian apabila D, ditingkatkan,
bukankah harga saham akan menjadi lebih tinggi ?
Peningkatan dividen hanya dimungkinkan
apabila laba juga meningkat. Harga saham meningkat karena kenaikan laba dan
bukan kenaikan pembayaran dividen.
2.2 Dividen tidak relevan
Pendapat ini mengatakan bahwa perusahaan
dapat saja membagikan dividen yang banyak atau sedikit, asalkan dimungkinkan
menutup kekurangan dana dari sumber ekstern.
Investasi tersebut akan menghasilkan NPV
positif, dengan tidak peduli apakah dana yang dipergunakan berasal dari dalam
perusahaan ataukah dari luar perusahaan. Dampak pilihan tersebut bagi kekayaan
pemodal atau keputusan dividen adalah tidak relevan.
Maraca PT X, 30 Juni 1999 (jutaan rupiah)
------------------------------------------------------------------------------
Kas 1.050 Modal sendiri 8.050
Aktiva lain 7.000
----------- -----------
Total 8.050 Total 8.050
Saham PT X 1.000.000 lembar, maka setiap
lembar harganya Rp 8.050. Misal ada suatu kesempatan invetasi yang memberikan
NPV Rp 200 juta, dan memerlukan dana Rp 1.000 juta. Pemegang saham memutuskan
bahwa dana untuk investasi tidak perlu dari luar.
Neraca setelah mengambil kesempatan investasi
tersebut akan nampak :
------------------------------------------------------------------------------
Kas 50 Modal sendiri 8.250
PV Investasi 1.200
Aktiva lain 7.000
----------- -----------
Total 8.250 Total 8.250
Dengan
demikian harga saham per lembar naik menjadi Rp 8.250
Sekarang, misalkan para pemegang saham
menginginkan membagi dividen per lembar Rp 1.000, tetapi tetap ingin mengambil
investasi dengan NPV Rp 200 juta. Dengan demikian perlu menerbitkan saham baru
seharga Rp 1.000 juta
Neraca setelah membagikan dividen dan
mengambil investasi dengan NPV Rp 200 juta.
--------------------------------------------------------------------------
Kas 50 Modal sendiri :
PV Investasi 1.200 - lama 7.250
Aktiva lain 7.000 - baru 1.000
-------- --------
Total 8.250 Total 8.250
Dengan
demikian harga saham per lembar naik menjadi Rp 8.250
Sekarang, misalkan para pemegang saham
menginginkan membagi dividen per lembar Rp 1.000, tetapi tetap ingin mengambil
investasi dengan NPV Rp 200 juta. Dengan demikian perlu menerbitkan saham baru
seharga Rp 1.000 juta
Neraca setelah membagikan dividen dan
mengambil investasi dengan NPV Rp 200 juta.
--------------------------------------------------------------------------
Kas 50 Modal sendiri :
PV Investasi 1.200 - lama 7.250
Aktiva lain 7.000 - baru 1.000
-------- --------
Total 8.250 Total 8.250
Sisi aktiva neraca tidak mengalami perusahaan
karena keputusan investasinya sama, nilai perusahaan tetap sama Rp 8.250 juta.
Rekening modal sendiri terdiri dari saham lama Rp 7.250 juta dan saham baru Rp
1.000 juta.
Pemegang saham lama karena meminta pembagian
dividen sebesar Rp 1.000 per lembar, sekarang nilai sahamnya menjadi Rp 7.250
per lembar. Dengan kata lain, kekayaan pemegang saham lama tetap Rp 8.250, hanya
saja sekarang sebagian dinyatakan dalam uang tunai Rp 1.000 dan saham Rp 7.250.
Jumlah saham yang perlu diterbitkan Rp 1.000 juta dibagi dengan Rp 7.250, yaitu
sebesar 137.931 lembar. Jumlah lembar saham meningkat menjadi 1.137.931 lembar.
2.3 Dividen dibagi sekecil-kecilnya
Membagikan dividen dan menggantinya dengan
menerbitkan saham baru mempunyai dampak yang sama terhadap kekayaan pemegang
saham (lama). Analisis tersebut sayangnya mengabaikan adanya biaya emisi.
Sehingga jumlah yang diterima dari hasil penerbitan saham baru Rp 1.000 juta,
perusahaan harus mengeluarkan biaya emisi misalnya sebesar Rp 30 juta.
Dampaknya jumlah yang diterima hanya Rp 970 juta. Karena itu apabila perusahaan
memerlukan dana sebesar Rp 1.000 juta, dana yang harus ditarik dari masyarakat
akan sebesar Rp1000 juta/0,97 = Rp 1.031 juta. Dari jumlah ini sebesar Rp 31
juta akan dikeluarkan sebgai biaya, sehingga jumlah bersih yang diterima Rp
1.000 juta
Neraca PT X setelah mengambil investasi
dengan NPV Rp 200 juta dan menerbitkan saham baru dengan menanggung biaya emisi
adalah
-------------------------------------------------------------------------
Kas 50 Modal sendiri :
PV Investasi 1.200 -
lama 7.219
Aktiva lain 7.000 -
baru 1.031
-------- ---------
Total 8.250 Total 8.250
Keadaan yang baru menunjukan bahwa kekayaan pemegang saham lama sekarang hanya,
Menerima dividen sebesar …………….….. Rp 1.000 juta
Memiliki saham senilai …… ….……….... ..Rp 7.219 juta
Jumlah Rp
8.219 juta
Jumlah tersebut lebih kecil apabila
dibandingkan dengan tidak membagi dividen dan karenanya tidak perlu menerbitkan
saham baru. Mengapa ? sebab sebagian kekayaan tersebut diberikan kepada pihak
lain sebagai biaya emisi. Kalau memang kita telah memiliki dana untuk
investasi, mengapa dana tersebut kita bagikan sebagai dividen sehingga kita
perlu menerbitkan saham dan membayar biaya emisi.
Karena itulah dividen seharusnya dibagikan
sekecil mungkin, sejauh dana tersebut dapat dipergunakan dengan menguntungkan.
2.4 Dana yang bisa dibagikan sebagai dividen
Dalam teori keuangan, jumlah dana yang dapat
dibagikan sebagai dividen dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
D = E + Penysutan – Investasi A.T – Penamb
M.K
Dalam hal ini,
D
= Dividen
E
= Laba setelah pajak
A.T
= Aktiva Tetap
M.K
= Modal Kerja
Hanya saja untuk menyederhanakan analisis,
sering diasumsikan bahwa investasi pada aktiva tetap akan diambilkan dari dana
penyusutan, dan modal kerja dianggap tidak berubah sehingga tidak perlu
menambah modal kerja. Apabila asumsi ini
dipergunakan maka dapat dimengerti kalau besarnya D akan ditentukan oleh E.
Maksimum D yang dapat dibagikan sama dengan E.
Apabila dividen yang dibagikan misalnya hanya
40 % dari E maka berarti bahwa yang 60% dipergunakan untuk menambah dana dari
penyusutan untuk investasi pada aktiva tetap dan penambahan modal kerja.
2.5 Stabilitas dividen dan residual decision of
dividend
Sejauh terdapat kesempatan investasi yang
menguntungkan, maka dana yang diperoleh dari operasi perusahaan akan
dipergunakan untuk mengambil investasi. Kalau terdapat sisa, barulah sisa
tersebut dibagikan sebagi dividen, pendapat ini dikenal sebagai residual dicision
of dividend. Apabila ini dianut akan
timbul adanya pola pembayaran yang sangat erratic. Suatu saat perusahaan
membagikan dividen sangat banyak karena tidak ada investasi yang menguntungkan,
pada saat lain tidak membagikan dividen sama sekali.
Dalam prakteknya nampaknya perusahaan tidak
menerapkan keputusan dividen sebagai risidual decision. Hal ini terlihat adanya
kecenderungan perusahaan membayarkan dividen relatif stabil, dan biasanya
perusahaan enggan menurunkan pembayaran dividen. Mengapa ?
2.6 Adanya personal tax
Analisis keputusan dividen dapat dilakukan
dari sudut pandang pemodal. Dengan adanya personal tax, maka jumlah bersih yang
diterima pemodal akan lebih kecil dari pada jumlah yang dibayarkan oleh
perusahaan. Misal kalau perusahaan memutuskan membagikan dividen sebesar Rp
1.000 juta, sedangkan tarif personal tax adalah sebesar 30 %, maka jumlah yang
diterima oleh para pemodal Rp 700juta. Padahal untuk mengambil investasi yang
menguntungkan tersebut diperlukan dana sebesar Rp 1.000 juta
Dengan demikian maka adanya personal tax akan
membuat pemegang saham lama menjadi worse-off apabila mereka memutuskan membagi
dividen dan menerbitkan saham baru. Dengan kata lain perusahaan seharusnya
tidak menerbitkan saham baru hanya untuk membagikan dividen, apabila ada biaya
emisi dan personal tax.
Kasus perusahaan yang mempunyai kas berlebih.
Secara teoritis perusahaan yang
mempunyai kelebihan kas dan tidak dapat memanfaatkannya, seharusnya membagikan
kas tersebut sebagi dividen.
Meskipun demikian kompleksitas akan timbul
apabila tarif personal tax berbeda
dengan tarif corporate tax. Misal tarif personal tax 20 % dan tarif corporate
tax 30 %. PT X mempunayi saldo kas yang
tidak dimanfaatkan sebesar Rp 10 milyar. Apabila kas tersebut dibagikan sebagai
dividen, maka para pemegang saham akan menerima =
Rp 10 milyar (1 – 0,20) = Rp 8,0 milyar
Apabila dana tersebut diinvestasikan pada
investasi bebas risiko yang memberikan tingkat keuntungan sebelum pajak 14 %,
maka tahun depan dana tersebut, setelah pajak akan menjadi =
Rp 8 milyar (1 + 0,14(1 – 0,20)
= Rp 8,896 milyar
Sebaliknya apabila dana Rp 10 milyar tersebut
tidak dibagikan, tetapi diinvestsikan oleh perusahaan, maka tahun depan,
setelah pajak, dana tersebut akan menjadi =
Rp 10 milyar (1 + 0,14 (1 – 0,30)
= Rp 10,98 milyar
Apabila kemudian dana ini dibagikan sebagai
dividen, maka para pemegang saham akan menerima
Rp 10,98 milyar (1 – 0,20)
= Rp 8,784 milyar
Dengan demikian apabila tarif personal tax
lebih kecil dari corporate tax, maka pembagian dividen akan lebih baik dari
pada menahannya dan diinvestasikan sendiri pada financial assets oleh
perusahaan,.
Keadaan sebaliknya akan berlaku apabila tarif
personal tax lebih besar dari corporate tax. Sedangkan apabila tarif personal
dan corporate tax sama, pilihan akan menjadi indiference.
Demikianlah Artikel KEBIJAKAN DIVIDEN
Sekianlah artikel
KEBIJAKAN DIVIDEN
kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel KEBIJAKAN DIVIDEN dengan alamat link https://magisterakutansi.blogspot.com/2013/09/kebijakan-dividen.html
0 Response to " KEBIJAKAN DIVIDEN "
Posting Komentar