Judul : METODE PENILAIAN USULAN INVESTASI
link : METODE PENILAIAN USULAN INVESTASI
METODE PENILAIAN USULAN INVESTASI
Untuk dapat menentukan apakah investasi tersebut
menguntungkan atau tidak diperlukan metode penilaian usulan investasi, yang
terdiri dari :
1. Payback Period
2. Return on assets atau return on investment
3. Net Present Value (NPV)
4. Internal Rate of Return (IRR)
5. Profitability Index
Arus Kas untuk empat
proyek yang bersifat saling meniadakan (mutually exclusive)
Tahun
|
A
|
B
|
C
|
D
|
Disc Fac 10%
|
-----------
|
-----------
|
-----------
|
-----------
|
-----------
|
-----------
|
0
|
- 1.500
|
- 1.500
|
- 1.500
|
- 1.500
|
1.000
|
1
|
150
|
0
|
150
|
300
|
0,909
|
2
|
1.350
|
0
|
300
|
450
|
0,826
|
3
|
150
|
450
|
450
|
750
|
0,751
|
4
|
-150
|
1.050
|
600
|
750
|
0,683
|
5
|
-600
|
1.950
|
1.875
|
900
|
0,621
|
Payback
Period/Periode jangka pengembalian
Merupakan jumlah tahun yang diperlukan untuk menutup kembali
pengeluaran investasi awal dari proyek.
Proyek A. jangka pengembalian
2 tahun
Proyek B. jangka pengembalian
4 tahun
Proyek C. jangka pengembalian
4 tahun
Proyek D. jangka pengembalian
3 tahun
Jika manajemen secara kaku
menggunakan payback period, maka proyek A yang akan dipilih. Kelemahan payback
period adalah tidak mempertimbangkan seluruh arus kas dan tidak
mempertimbangkan nilai waktu uang.
Return on Assets
(ROA)
Hasil pengembalian atas aktiva (return on assets), kadang-kadang juga disebut
hasil pengembalian investasi (return on investment).
ROA = (Arus kas t/n) : Io
dimana
Io = Pengeluaran kas awal
n = umur proyek
Mis, ROA untuk proyek B sbb :
1.500+0+0+450+1.050+1.950
ROA = ---------------------------------------- : 1.500 x 100%
5
= 26%
ROA untuk keempat
proyek adalah :
Proyek A - 8%
Proyek B 26%
Proyek C 25%
Proyek D 22%
Berdasarkan
kriteria ROA, maka Proyek B adalah yang terbaik. Kelemahan ROA tidak jauh
berbeda dengan payback period
Net Present Value
(NPV)
Jika
NPV positif proyek dijalankan, dan bila negatif proyek ditolak. Jika proyek
bersifat saling meniadakan, maka yang dipilih adalah proyek dengan nilai NPV
yang tinggi.
CFt
NPV =
--------------- - Io
(1+k)n
dimana
CFt = arus kas bersih pada periode t
K = biaya modal
Io = Investasi awal (biaya awal proyek)
n = umur proyek yang diharapkan
NPV proyek C dihitung sebagai berikut k =
10%
Tahun
|
Arus kas x
|
faktor disc
|
Nilai sekarang
|
0
|
- 1.500
|
1.000
|
- 1.500
|
1
|
150
|
0,909
|
136.350
|
2
|
300
|
0,826
|
247.800
|
3
|
450
|
0,751
|
337.950
|
4
|
6001.875
|
0,683
|
409.800
|
5
|
0,621
|
1.164.380
|
|
NPV 796.280
|
NPV dari empat proyek
tersebut
Proyek A NPV
= - Rp 610.950
Proyek B NPV =
Rp 766.050
Proyek C NPV =
Rp 796.280
Proyek D NPV =
Rp 778.800
JIka keempat proyek tersebut bersifat independen, maka proyek A akan
ditolak dan yang diterima adalah proyek B, C dan D. Apabila proyek tersebut
saling meniadakan, maka proyek yang NPV terbesaryang dipilih.
IRR untuk proyek D
Tahun Arus Kas PV 10% PV 25% PV 26%
--------- ------------
---------------------
---------------------
--------------------
0 -1.500.000
1.000 –1.500.000 1.000
-1.500.000 1.000 -1.500.000
1 300.000
0,909 272.700 0,800
240.000 0,794 238,200
2 450.000
0,826 371.700 0,640
288.000 0,630 283,500
3 750.000
0,751 563.250 0,512
384.000 0,500 375.000
4 750.000
0,683 515.250 0,410
307.500 0,397 297.750
5 900.000
0,621 558.900 0,328
295.200 0,315 283.500
Interpolasi :
I PV kas masuk
--------------
--------------------
25% 1.514.700
. 26% .
1.477.950
Selisih 1% 36.750
l
Yang kita inginkan Rp 1.500.000
l
PV yang mendekati
1.514.700
Perbedaan
14.700
Adalah ekuivalen
dengan 14.700/36.750 x 1% = 0,4%
Jadi IRR = 25% +
0,4% = 25,4 %
Dengan cara
perhitungan yang sama maka IRR keempat proyek tsb :
Proyek A IRR
= - 200%
B
IRR = 20,9%
C
IRR = 22,8%
D
IRR = 25,4%
Jika kita menggunakan kriteria IRR
untuk menilai proyek-proyek independen, maka yang dipilih adalah proyek dengan
IRR yang lebih besar dari pada biaya kesempatan atas modal (opportunity cost of
capital) yang besarnya 10%. Maka proyek yang diterima B,C dan D.
Tetapi kalau proyek tersebut
saling meniadakan (mutaully exclusive), maka dengan kriteria IRR yang diterima
adalah proyek D sebagai pilihan terbaik.
Kelemahan IRR :
a. Tidak memungkinkan untuk menghitung IRR yang berbeda
setiap tahunnya
b. Bila digunakan untuk memilih proyek yang bersifat
saling meniadakan
Proyek Tahun 0
Tahun 1 Tahun2 Tahun 3
NPV IRR
------- ------------ -------------
----------- ----------- ---------
----------
A
- 1.000 1.300 100 100 234,37 42%
B
- 1.000 300 300 1.300 260,91 30%
Kalau kita perhatikan NPVnya, maka
proyek B seharusnya dipilih karena memberikan NPV terbesar. Sedangkan kalau
kita menggunakan IRR, kita akan memilih A karena proyek tersebut memberikan IRR
yang lebih tinggi.
Pertanyaannya, apakah kita
seharusnya memilih A, ataukah memilih B
Proyek Tahun 0
Tahun 1 Tahun2 Tahun 3
NPV IRR
------- -----------
------------ ----------- ----------
--------- ----------
A
- 1.000 1.300 100 100 234,37 42%
B
- 1.000 300 300 1.300 260,91 30%
B minus A
0 - 1.000 200 1.200 26,53 20%
B minus A artinya, bahwa kita
menerima B dan menolak A. Tingkat bunga yang menyamakan pola arus kas
incremental adalah 20%. Kalau tingkat bunga yang layak adalah 18%. Bukankah
pantas kalau kita menerima B dan menolak A? Kita lihat juga bahwa NPV dari arus
kas incremetal tersebut adalah Rp 26,53
Profitability
Profitability Index
menunjukan perbandingan antara PV kas masuk dengan PV kas keluar.
PV kas masuk
Profitability =
---------------------
PV kas keluar
Profitability Index
Proyek D adalah :
PI =
2.228.800/1.500.000 = 1,485
Keputusan investasi
menerima investasi bila PI > 1
Beberapa kasus dalam pengambilan keputusan investasi
- Masalah Keterbatasan Dana.
Perusahaan menghadapi beberapa
proyek yang disusun peringkatnya sesuai dengan profitability index (PI)
proyek-proyek tersebut :
Proyek 3 1 2 4
PI 1,15 1,13 1,11 1,08
Investasi awal 200
125 175 150
Apabila dana terbatas hanya sebesar Rp 300, maka proyek yang
sebaiknya diambil adalah proyek 1 dan 2, bukan proyek 3. Mengapa ?
NPV proyek 3 = (200x1,15)- 200 = Rp 30,00
NPV proyek 1 = (125x1.13)- 125 = Rp 16,25
2 =
(175x1,11)- 175 = Rp 19,25
NPV proyek 1 dan 2 lebih besar Rp
35,50 dari proyek 3
Masalah yang timbul dalam keadaan keterbatasan dana adalah
penentuan opportunity cost. Contoh diatas menunjukan bahwa perusahaan tidak
dapat memilih alternatif proyek 1 dan 3, berapa kerugian yang ditanggung
perusahaan karena tidak bisa mengambil proyek 1 dan 3 hanya karena tidak
mempunyai dana yang cukup.
Masalah Pemilihan
Aktiva
Masalah yang sering dihadapi perusahaan adalah memilih aktiva yang
mempunyai karakteristik yang berbeda, tetapi kapasitasnya sama.
Apabila kapasitas aktiva yang akan kita pilih sama, maka kita lihat
faktor-faktor yang berbeda, misalnya : (1) harga, (2) biaya operasi, (3) umur
ekonomis
Pertimbangan kita memilih present
value kas keluar yang paling kecil.
Misal ada dua mesin, A dan B mempunyai kapasitas sama. Perbedaannya :
Mesin A Mesin B
Harga Perolehan Rp
15.000.000 Rp 10.000.000
Umur ekonomis 3
tahun 2 tahun
Biaya operasi
4.000.000 6.000.000
Mesin mana yang
harus dipilih bila r = 10%
Kas keluar (dalam jutaan rupiah)
Mesin Tahun
ke PV a 10%
----------
---------------------------------------- ------------
0 1 2 3
--------
--------- ---------- --------
A 15 4 4 4 24,95
B 10 6 6 - 20,41
Kalau kita lihat sepintas, mesin B memberikan PV kas keluar lebik kecil
dari pada mesin A, maka mesin B yang kita pilih. Tetapi keputusan ini salah,
karena kita menggunakan umur ekonomis yang tidak sama.
Untuk itu salah satu cara yang bisa digunakan adalah menggunakan dasar
waktu (common horizon approach)
Pendekatan ini mengatakan bahwa kalau kita ingin membandingkan dua
alternatif gunakan dasar waktu yang sama.
Kalau mesin A, 3 tahun dan Mesin B, 2 tahun maka common horizon 2 x
3 = 6 tahun.
Mesin
Tahun
PV r 10%
---------------------------------------------
0 1
2 3 4
5 6
---------------------------------------------------------------------
A 15 4
4 (4+15) 4
4 4 43,69
B 10 6
(6+10) 6 (6+10)
6 6 51,22
Dengan menggunakan dasar waktu yang sama, maka pilihan jatuh pada Mesin
A.
Bila umur ekonomis
cukup lama perhitungannya dapat menggunakan annual cost approach
Pendekatan ini menghitung berapa pengeluaran tahunan yang ekuivalen
dengan PV kas keluar.
Dari contoh sebelumnya PV kas keluar mesin A Rp 24,95 juta untuk tiga
tahun. Berapa kas keluar setiap tahun (yang jumlahnya sama) yang akan sama
nilainya dengan PV kas keluar selama 3 tahun
X X X
24,95 juta = --------
+ --------- +
---------
(1+0,10) (1+0,10)2 (1+0,10)3
24,95 Juta = X {1/(1+0,10) + 1/(1+0,10)2 +1/(1+0,10)3}
Nilai X =
Rp 10,03 juta
Dengan cara perhitungan yang sama, equivalent annual cost Mesin B Rp
11,76 juta. Maka Mesin A yang dipilih karena memberikan equivalent annual cost
yg terkecil
Penggantian Aktiva
Analisis menggunakan penaksiran arus kas incremental
Mis, suatu perusahaan sedang
mempertimbangkan untuk mengganti mesin lama dengan mesin baru yang lebih
efisien (ditunjukan dengan biaya operasi yang lebih rendah. Nilai buku Mesin
Lama Rp 800 juta, taksiran umur kegunaannya 4 tahun, metode penyusutan
menggunakan metode garis lurus. Apabila mesin baru digunakan dapat menghemat
biaya operasi Rp 250 juta per tahun. Umur ekonomis mesin baru 4 tahun. Mesin
lama diperkirakan laku dijual Rp 800 juta.Harga Mesin Baru Rp 1.200 juta
Penaksiran arus kas incremental :
Tambahan pengeluaran penggantian mesin lama dengan mesin baru Rp 1200 juta – Rp 800 juta = Rp 400
juta.
biaya operasional Rp 250 juta
Tambahan penyusutan :
Mesin baru Rp
300 juta
Mesin lama Rp
200 juta
Rp 100 juta.
Tambahan laba sebelum pajak Rp 150 juta
Tambahan pajak misalnya 30% 45 juta
---------------
Tambahan laba setelah pajak Rp 105.000
Tambahan kas masuk
operasional Rp 105 juta + Rp 100 juta =
Rp 205 juta.
Apabila tingkat bunga yang
relevan ( r ) 20% maka perhitungan
NPVadalah :
NPV = -400 + 205/(1+0,20) +
205/(1+0,20)2 +
205/(1+0,20)3 +
205/(1+0,20)4
=
+ Rp 1.307 juta
Karena NPV positif, maka penggantian mesin dinilai
menguntungkan
Contoh, bila umur ekonomis tidak
sama.
Bis Lama Bis
baru
Harga Bis Rp 500 juta Rp 800 juta
Umur ekonomis 5
tahun 7 tahun
Nilai residu Rp 50 juta Rp
100 juta
Biaya tunai Rp 500 juta Rp
450 juta
Penghasilan per tahun Rp 800
juta Rp 900 juta
Tingkat keuntungan 18%.
Bis lama
|
Bis baru
|
|
Penghasilan
|
Rp 800 juta
|
Rp 900 juta
|
Biaya-biaya :
|
||
Bersifat tunai
|
500 juta
|
450 juta
|
Penyusutan
|
90 juta
|
100 juta
|
Total
|
590 juta
|
550 juta
|
Laba sebelum pajak
|
210.000
|
350.000
|
Pajak Penghasilan
|
73.500
|
122.500
|
Laba setelah pajak
|
136.500
|
227.500
|
Penyusutan
|
90 juta
|
100 juta
|
Arus kas bersih
|
226,5 juta
|
327,5 jt
|
226,5 juta 50 juta
NPV bus lama
= -500 + --------- +
-----------
(1 +
0,18) (1 + 0,18)5
= Rp 230 juta
327,5
juta 100 juta
NPV bus baru
= -800
+ --------- +
-----------
(1 +
0,18) (1 + 0,18)7
= Rp 479 juta
Karena NPV bus baru
lebih besar, maka penggantian bis lama dapat dibenarkan.
Pengaruh Inflasi
Apa dampak inflasi
terhadap analisis investasi modal ?
Inflasi akan
mempengaruhi dua faktor yaitu : 1. Arus Kas dan 2. tingkat keuntungan yang
dipandang layak ( r ), semakin besar inflasi, semakin tinggi tingkat keuntungan
yang disyaratkan
Suatu rencana
investasi memerlukan dana sebagai berikut :
1. Untuk aktiva
tetap Rp 300 juta, umur ekonomis 3 tahun tanpa nilai residu. Penyusutan
menggunakan metode garis lurus
2. Modal kerja
sebesar 20% dari taksiran penjualan tahun yang akan datang
3. Penjualan tahun
1, 100.000 unit
Penjualan tahun 2, 120.000 unit
Penjualan tahun 3, 200.000 unit
4. Harga jual pada
tahun 1 Rp 10.000,00, harga jual ini diperkirakan naik sebesar 10% setiap tahun
(mencerminkan adanya inflasi 10%).
5. Biaya tunai 70%
dari penjualan setiap tahun naik 10%
6. Dengan tingkat
inflasi 10% tingkat keuntungan yang dipandang layak ditentukan sebesar 20%
7. Tarif Pajak
Penghasilan 35%
Taksiran kas masuk operasional dengan
memperhatikan inflasi
Tahun 1 Tahun
2 Tahun 3
Penjualan (dlm
unit) 100.000 120.000 200.000
Harga jual per
unit Rp
10.000 11.000 12.100
Pendapatan penjualan 1.000 1.320 2.420
Biaya-biaya :
Tunai (70% dr penj) 700 924 1.694
Penyusutan 100 100 100
800 1.024
1.794
Laba Operasi 200 296 626
Pajak 70 103,60 219,10
Laba setelah
pajak 130 192,40 406,90
Penyusutan 100 100 100
Kas Masuk
Operasional 230 292,40 506,90
Taksiran arus kas investasi dengan
memperhatikan faktor inflasi
Tahun 0 Tahun
1 Tahun
2 Tahun
3
Aktiva Tetap
(n.buku) 300,00 200,00 100,00 0,00
Aktiva Lancar 200,00 264,00 484,00 0,00
Penambahan Ak
Lanc 200,00 64,00 220,00
(484)
------------------------------------------------------------------------
Arus Kas :
Pembelian Aktiva
Tetap -300,00 - - -
Penambahan Ak. Lanc –200,00 -64,00 -220,00 -
Kembalinya modal
kerja - - - +484
------------------------------------------------------------------------
Arus Kas
Operasional -
+230,00 +292,40 +506,90
------------------------------------------------------------------------
Total arus kas -500,00 +166,00 + 72,40
+990,90
====================================
NPV
investasi proyek adalah :
166 72,40 990,90
NPV
= -500 + ----------- + ----------- + -------------
(1+0,20) (1+0,20)2
(1+0,20)3
=
+ 262
Karena
NPV positif maka proyek tersebut dapat diterima
Demikianlah Artikel METODE PENILAIAN USULAN INVESTASI
Sekianlah artikel
METODE PENILAIAN USULAN INVESTASI
kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel METODE PENILAIAN USULAN INVESTASI dengan alamat link https://magisterakutansi.blogspot.com/2013/11/metode-penilaian-usulan-investasi.html
0 Response to " METODE PENILAIAN USULAN INVESTASI "
Posting Komentar