Welcome to MAGISTER AKUNTANSI - The Perfect Partner For Your Business
Contact : Phone 0821-2566-2195 Wa 0821-2566-2195 Mungkinkah Software Akuntansi Mengambil Alih Fungsi Akuntan | Magister Akuntansi

Labels

Mungkinkah Software Akuntansi Mengambil Alih Fungsi Akuntan

Mungkinkah Software Akuntansi Mengambil Alih Fungsi Akuntan - Hallo sahabat Magister Akuntansi , Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Mungkinkah Software Akuntansi Mengambil Alih Fungsi Akuntan , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Akuntansi Keuangan , Artikel Software Akuntansi , yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Mungkinkah Software Akuntansi Mengambil Alih Fungsi Akuntan
link : Mungkinkah Software Akuntansi Mengambil Alih Fungsi Akuntan

Baca juga


Mungkinkah Software Akuntansi Mengambil Alih Fungsi Akuntan

Menjelang ‘long-weekend’ ini, salah satu klien—yang juga teman dekat—meminta saya mewakilinya untuk menangani urusan pembelian software akuntansi, karena dianya sibuk. Yah namanya juga pengusaha (sementara saya pengangguran…hahaha.) Ada ucapan penjual software yang membuat saya sempat berpikir: “Mungkinkah software akuntansi mengambil-alih fungsi akuntan di masa yang akan datang?”

Saat menjelaskan fitur-fitur software-nya, salesman yang mencantumkan jabatan “Accounting System Consultant” di kartu namanya itu mengatakan:

Software kami fiturnya lengkap. Dengan software ini anda tak perlu membayar akuntan mahal-mahal. Mengenai cara menjurnal kami sediakan training.
Meskipun belum sekelas Management Resource Planning (MRP) yang belakangan berubah menjadi Enterprise Resource Planning (ERP), software akuntansi yang ditawarkan memang lumayan lengkap. Tapi ada beberapa fitur yang jika saya bandingkan dengan software yang saya pakai selama ini masih sangat jauh.


Fitur persediaan (inventory) misalnya:

Unit measurementnya tidak jelas. Fitur three-way-matching antara: (1) Purchase Order (PO) – (2) Receipt of Goods (ROG) – (3) Accounts Payable (AP) yang menurut saya sangat penting juga belum terintegrasi.
Belum ada Item Master File (IM) dan Bill of Material (BOM)—atau apapun istilah yang dipakai asal memiliki fungsi yang sama, tetapi ternyata juga tidak ada.
Warehouse yang tersedia hanya satu—ini akan merepotkan ketika nanti melakukan inventory physical count.
Yang paling parah, item-item yang tersaji di laporan keuangan tidak bisa saya drilldown hingga data-root. Bagi saya pribadi, ini fitur software akuntansi yang wajib ada. Misalnya: Ketika saya melakukan review terhadap harga pokok penjualan, labor cost mestinya bisa ditelusuri (dalam interface yang sama) hingga ke database labor head count, hourly rate dan time-consumption rate. Katakanlah sample yang disajikan memang tidak diiput sedetail itu, setidaknya fiturnya mesti ada. Ternyata memang tidak ada.

Di luar fitur-fitur yang konon-super lengkap—tetapi nyatanya tidak—itu, yang lebih menganggu pikiran saya setelah selesai meeting dengan mereka, justru ungkapannya yang mengatakan bahwa: “Dengan menggunakan software akuntansi, perusahaan tidak perlu membayar akuntan mahal-mahal.”

Okelah. Saya (penulis) pribadi belum bisa disebut akuntan. Mungkin lebih tepat jika disebut pegawai accounting ‘abal-abal‘. Saya pakai istilah abal-abal, karena sudah bertahun-tahun jadi pegawai accounting, urusan perlakuan akuntansipun masih belum begitu mahir, setiap membaca PSAK kepala selalu diserang migraine apalagi disuruh menginterpretasikan dan mengimplementasikannya, wahhh ya… tidak akan becuslah. Apalagi urusan pajak, ya lebih kacau lagi… hahahaha.

Meskipun saya belum bisa disebut akuntan, tetap saja saya berpikir:

Bagimana nasib saya kelak jika software akuntansi menjadi semakin canggih, sehingga akuntan tidak begitu dibutuhkan lagi?
Jika apa yang dikatakan oleh dagang software akuntansi tersebut benar, yang terbayang dalam benak saya, seperti ini:

  • Perusahaan hanya perlu menyediakan 1 atau 2 pegawai accounting untuk input data, selanjutnya tinggal panggil consultan software akuntansi untuk install system dan menyediakan training menjurnal.
  • Pegawai yang sudah ditraining…. kretek kretek kretek (mengetik-input data)… jebrueeetttt.. keluar laporan keuangan—dari income statement, balance sheet, shareholder equity changes, hingga cash flow statement—yang otomatis semua benar dan akurat.
  • Kretek kretek kretek… juebreeett.. keluar analisa laporan keuangan.. lengkap dengan graphic….
  • Mungkinkah itu terjadi di masa yang akan datang?


Saya tidak tahu yang di Indonesia, tetapi enterprises di United States yang sudah berskala besar rata-rata sudah menggunakan Highly-integrated Financial System—yang sudah pasti bisa menunjukan kemampuan seperti itu.

Financial system setingkat MRP atau ERP rata-rata sudah dilengkapi dengan fitur business intelligent yang bukan saja bisa menghasilkan laporan keuangan dan analisa laporan keuangan, tetapi juga dilengkapi dengan fitur-fitur yang memungkinkan untuk menyajikan berbagai pekerjaan yang sifatnya analistis. Misalnya:

  • Kretek kretek kretek… jebrueeettt… keluar berbagai macam forecast—mulai dari financial hingga operation.
  • Kretek kretek kretek… jebrueeettt… keluar budget—dari master budget hingga ke budget masing-masing departemen yang sudah tentu terintegrasi dengan historical data dari laporan keuangan maupun dengan estimasi masa depan yang berasal dari financial dan operation forecast.
  • Kretek kretek kretek… juebreeett… keluar working capital scorecard yang menyajikan laporan modal kerja dengan begitu akurat sekaligus intelligent untuk pengambilan keputusan lebih lanjut, misalnya: penentuan kebijakan kas, kredit, utang, investment, hingga capital dan shareholder management.
  • Kretek kretek kretek.. juebreeeeet…. keluar customer analysis.
  • Kretek kretek kretek…. Juebreeet…. keluar vendor analysis.
  • Bahkan sudah terintegrasi dengan human resource development, public relation, hingga ke customer retention (customer loyalty), dilengkapi dengan gent chart untuk keperluan project management.


Nah lho….  kurang apalagi kan? Hehehehe…

HANYA SAJA, setahu saya, terutama di luar sana, baik yang “kretek kretek kretek…. Juebreeett” dibalik financial system nan-mutakhir itu maupun yang membaca laporan yang dihasilkan, rata-rata memiliki title CPA, CMA, MBA di belakangnya. Seminim-minimnya adalah financial analyst yang sudah pasti lulusan bachelor degree (S1) Akuntansi. BUKAN sembarang pegawai yang detraining sebulan-dua bulan untuk sekedar bisa menjurnal.

Mereka yang mengoperasikan itu semua, rata-rata paham betul isi standard akuntansi, hukum pajak dan bentuk legal compliance lainnya—yang artinya juga, memiliki daya interpretasi dan judgment yang sangat bagus di wilayah itu. Mereka selalu update terhadap berbagai perubahan lingkungan—baik itu lingkungan bisnis maupun regulasi yang selalu berubah dari waktu-ke-waktu. Mereka juga menguasai aspek pengandalian internal (isi SOX dan COSO Framework) dan akuntansi manajemen dengan sangat baik, paham berbagai business practices beserta metric-metric-nya.

Artinya apa?

Peranan pegawai acconting seperti saya, yang menjurnal pun belum becus, awam terhadap isi PSAK, Undang-Undang Pajak, dan legal compliance lainya, jika tidak cepat-cepat berbenah diri, besar kemungkinanya terambil-alih oleh software akuntansi di masa yang akan datang.

Peranan pegawai accounting seperti saya, yang sudah merasa cukup puas hanya dengan bisa debit-credit dan menghitung penyusutan saja—tidak pernah berkeinginan untuk belajar memahami finanacial management dan business practices, jika tidak cepat-cepat keluar dari tempurung, besar kemungkinanannya akan tersingkir, jadi pengangguran, di masa-masa yang akan datang.


Hal ini sempat membuat saya pribadi ‘galau’—dengan meminjam akun twitter adminnya JAK (sekalian jaga), saya sempat meminta pendapat beberapa kawan di twitter. Dan rata-rata mereka (yang pastinya lebih berpengalaman dibandingkan saya) mengatakan bahwa: “adalah tidak mungkin jika software akuntansi bisa mengambil-alih keberadaan akuntan, di masa depan”—dengan berbagai pertimbangan.

Pernyataan kawan-kawan itu cukup membuat saya menjadi agak lega. Sekaligus saya jadikan moment untuk merenung, berpikir tentang apa yang perlu saya lakukan agar jangan sampai lahan pekerjaan saya terambil-alih oleh software dan tukang software akuntansi. Saat itu juga, saya bertekat untuk belajar lebih banyak lagi, termasuk belajar memahami isi PSAK, UU Pajak, Auditing, dll 





Demikianlah Artikel Mungkinkah Software Akuntansi Mengambil Alih Fungsi Akuntan

Sekianlah artikel Mungkinkah Software Akuntansi Mengambil Alih Fungsi Akuntan kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Mungkinkah Software Akuntansi Mengambil Alih Fungsi Akuntan dengan alamat link https://magisterakutansi.blogspot.com/2018/06/mungkinkah-software-akuntansi-mengambil.html

0 Response to " Mungkinkah Software Akuntansi Mengambil Alih Fungsi Akuntan "