Judul : Teori Kemiskinan
link : Teori Kemiskinan
Teori Kemiskinan
Kemiskinan merupakan fenomena
yang komplek dan multidimensi yang mencakup berbagai aspek kehidupan, baik itu
dari kondisi ekonomi, sosial bahkan kebijakan sekalipun. Konsep kemiskinan
sendiri telah banyak dikembangkan oleh para ahli dan akademisi yang digunakan
sebagai literatur untuk menjelaskan aspek-aspek yang berbeda tersebut dari segi
kesejahteraan manusia. Mengukur tingkat kemiskinan merupakan bagian dari tahap
melakukan konsep kemiskinan itu sendiri. Lebih jauh, konsep kemiskinan dibuat
berdasarkan klasifikasi. Konsep dasar dalam mengklasifikasian kemiskinan adalah
sebagai berikut :
- Kemiskinan absolut, merupakan
kemiskinan berdasarkan tingkat pendapatan yang dimiliki tidak dapat mencapai
batas kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Lebih lanjut lagi, World Bank
mendefinisikan kemiskinan absolut adalah keadaan di mana sebuah keluarga
memiliki penghasilan di bawah $1,25 per hari per orang (dengan acuan nilai
dolar pada tahun 2005).
- Kemiskinan relatif, kemiskinan di mana
seseorang dengan pendapatan di bawah proporsi tertentu dari median pendapatan
suatu populasi di suatu wilayah atau regional. Contoh: Eurostat mengukur
kemiskinan relatif dengan tingkat pendapatan di bawah 60% dari median
pendapatan rumah tangga.
- Kemiskinan akut/kultural,
keadaan di mana seseorang sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Dalam
hal ini, kemiskinan diukur dengan variabel-variabel nonkeuangan.
Islamic Development Bank dalam
salah satu laporannya (Ibrahim, 2010) mendefinisikan kemiskinan dengan merujuk
kepada definisi International Labour Oraganisaztion (ILO) suatu agen di bawah
PBB, sebagai berikut: “Fundamentally, poverty is a denial of choices and
opportunities, a violation of human dignity. It means lack of basic capacity to
participate effectively insociety. It means not having enough to feed and
clothe a family, not havinga school or clinic to go to, not having the land on
which to grow one’s food or a job to earn one’s living, not having access to
credit. It means insecurity, powerlessness and exclusion of individuals,
households and communities. It means susceptibility to violence, and it often
implies living on marginal or fragile environments, without access to clean
water and sanitation”.
Secara umum, definisi di atas bisa diartikan
sebagai berikut: “Pada dasarnya kemiskinan adalah ketidakpunyaan atas pilihan
dan kesempatan, penganiayaan kemanusiaan yang bermartabat. Secara lebih rinci,
hal ini berarti bahwa kemiskinan adalah keterbatasan dalam berkontribusi secara
efektif dalam suatu masyarakat. Lebih jauh lagi, mereka kekurangan makanan dan
pakaian untuk keluarga, tidak mempunyai pendidikan yang cukup dan jaminan
kesehatan. Tidak juga punya lahan di mana mereka bisa menghasilkan makanan dan
juga tidak punya pekerjaan dan akses kepada pinjaman. Kemiskinan juga berarti
ketidakamanan, ketidakmampuan dan terbuang dalam komunitas. Selain itu,
kemiskinan juga sangat rentan terhadap kekerasan dan tidak jarang hidup dalam suatu kondisi yang rawan.
Tidak adanya akses terhadap air
bersih dan sanitasi.” Lebih lanjut lagi, terdapat konsep kemiskinan yang
disebut “severe poverty” yaitu sebuah keadaan di mana kurangnya akses terhadap
kebutuhan barang dan jasa yang dianggap penting, dalam hal ini kemiskinan
diukur berdasarkan variabel nonmoneter dan indikator kekurangan. Adapan
variabel yang sering digunakan dalam mengukur kemiskinan adalah pendapatan dan
pengeluaran keluarga. Pendapatan indvidu atau keluarga merupakan informasi
utama dalam melakukan analisis subjek kemiskinan. Lebih tepatnya, dengan
melakukan pendakatan seperti ini, pandangan subjektif terhadap situasi keuangan
keluarga berbanding terbalik dengan fokus objek yang menggunakan observasi dan
pengukuran variabel. Terdapat beberapa konsep yang berkaitan dengan kemiskinan,
di antaranya, standar hidup dan kesejahteraan, ketidakmerataaan, dan sosial
inklusi.
Standar hidup dan kesejahteraan
merupakan konsep literatur sosialekonomi yang menjelaskan tentang kondisi dan
keadaan kesejahteraan manusia. Kesejahteraan ekonomi dalam konteks kemiskinan
mengacu pada kesejahteraan individu dan sekolompok orang. Dalam hal ini adalah kesejahteraan
negara yang didefinisikan sebagai konsep pemerintahan di mana negara memainkan
peran kunci dalam perlindungan kesejahteraan ekonomi dan sosial warga yang
melingkupi empat bidang, di antaranya, bantuan tunai, kesehatan, pendidikan,
makanan, perumahan dan layanan lainnya (Barr, 2004). Dalam literatur,
kemiskinan standar hidup yang dijadikan sebagai rujukan untuk menentukan garis
kemiskinan.
Pada dasarnya, garis kemiskinan
mewakili nilai agregat dari semua barang dan jasa yang dianggap perlu dalam memenuhi
kebutuhan rumah tangga, yang mengacu pada tingkat kekayaan, kenyamanan,
barang-barang material dan kebutuhan sosial-ekonomi kelas tertentu, serta
wilayah geografis tertentu. Terdapat beberapa pendekatan dalam menentukan garis
kemiskinan, di antaranya:
- The Cost Basic Needs (CBN) merupakan sebuah pendekatan dalam menentukan garis kemiskinan di mana garis kemiskinan total merupakan jumlah makanan dan nonmakanan dalam garis kemiskinan. Dalam perhitungan ini, misalnya, perkiraan biaya dalam memperoleh makanan yang cukup, nutrisi yang cukup dan menambahkan biaya penting lainnya seperti pakaian dan tempat tinggal. Pendekatan CBN merupakan pendekatan yang berbeda dengan pendekatan lainnya.
- Unmet Basic Needs (UBN) atau Minimum Basic Needs (MBN) merupakan pendekatan yang mengukur kemiskinan pada hak akses masyarakat terhadap kebutuhan dasar. Adapun cakupan kebutuhan dasar keluarga berdasarkan UBN, antara lain: rumah, layanan dasar, tingkat pendidikan, dan perawatan kesehatan
Demikianlah Artikel Teori Kemiskinan
Sekianlah artikel
Teori Kemiskinan
kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Teori Kemiskinan dengan alamat link https://magisterakutansi.blogspot.com/2016/10/teori-kemiskinan.html
0 Response to " Teori Kemiskinan "
Posting Komentar