Judul : Pengumuman Laba Terhadap Reaksi Pasar Modal
link : Pengumuman Laba Terhadap Reaksi Pasar Modal
Pengumuman Laba Terhadap Reaksi Pasar Modal
Event Study: Pengumuman Laba Terhadap Reaksi Pasar Modal
(Study Empiris,
Bursa Efek Indonesia 2004-2006)
Binsar I. K. Telaumbanua,* dan Sumiyana
Universitas Gadjah Mada
ABSTRACT
This paper examines the investor reaction to
earnings announcement around event period of earnings announcements date. This
paper divide into two categories, First, the positive-earning announcement
include increasing of earning per share (EPS) and second, the negative-earning
announcements consist of decreasing of Earning Per Share (EPS). The examination
of content and efficient market hypothesis used Event Study. We propose one
hypotheses as positif-earnings announcement and negative-earnings announcement
correlate to reaction of stock Price in IDX. Dependent variable is stock return
and independent variable is market return. The sample are the 29 companies from
LQ 45 that release the annual earnings of year 2004-2006. The earnings
announcements date is taken from Indonesian Securities Supervisory Agency
(Bapepam). Statistical test with standard error of estimate (SEE) was used to
test the significance of abnormal return during event periods of earnings
announcements.
The results show
that investor responds significantly to the positive and negative earnings
announcement at the announcement dates. And also, earning announcement seen
give information contents to capital market. Finally, the empirical result is
contrary the finding of Ball and Brown (1968), Foster (1977), and Hayn (1995). However,
this evidence supports the Lako’s studies (2002a, 2002c).
Keywords:
event study, reaction of stock price, market efficient, positive-earning
announcement, negative earnings
announcements, good news and bad news
_____________
*) adalah lulusan Fakultas
Ekonomika & Bisnis, Universitas Gadjah Mada
1. PENDAHULUAN
Pasar modal merupakan salah satu bagian dari pasar
financial yang menjalankan fungsi
ekonomi dan fungsi keuangan (Husnan, 1994). Pasar modal dalam menjalankan
fungsi ekonomi yaitu dengan mengalokasikan dana secara efisien dari pihak yang
memiliki dana kepada pihak yang membutuhkan dana, sedangkan fungsi keuangannya
dapat ditunjukkan oleh adanya perolehan imbalan bagi pihak yang memberi dana
sesuai dengan karakteristik investasi yang mereka pilih. Pasar modal menjadi
salah satu pilihan bagi investor dalam menyalurkan dana yang mereka miliki.
Dalam hal ini informasi merupakan sesuatu hal yang sangat penting, karena
seorang investor sebelum menginvestasikan dananya di pasar modal dengan cara
membeli saham yang diperdagangkan dia harus memahami dan mempercayai bahwa
semua informasi tersedia dan mekanisme perdagangan di pasar modal dapat
dipercaya, tidak ada pihak tertentu yang memanipulasi informasi dan perdagangan
tersebut.
Keberhasilan suatu perusahaan
dilihat dari nilai perusahaan. Pada perusahaan yang go public, nilai perusahaan dilihat dari harga sahamnya. Harga saham mencerminkan nilai perusahaan
bila pasar modal dalam keadaan efisien. Pasar yang efisien dapat menunjukkan harga saham yang mencerminkan secara
penuh (fully reflect) informasi yang
tersedia, informasi tersebut dapat berupa laporan tahunan perusahaan, pembagian
deviden, pemecahan saham, laporan para analis pasar modal, dan sebagainya.
Pasar modal yang efisien menjadikan harga saham cenderung wajar dan benar-benar
mencerminkan nilai saham (perusahaan) yang bersangkutan hingga tidak ada harga
saham yang overvalue atau undervalue. Bila benar harga-harga saham
di pasar modal di Indonesia overvalue atau
undervalue berarti pasar modal di
Indonesia belumlah efisien, selain itu pasar modal yang efisien dimana seluruh
informasi yang relevan diterima oleh investor dan informasinya telah
diprediksikan ke dalam saham.
Untuk menginvestigasi apakah
pasar modal Indonesia efisien dalam bentuk semi kuat maka pengujian dilakukan
dengan menggunakan metodologi studi peristiwa (event study). Studi peristiwa merupakan studi yang mempelajari
reaksi pasar terhadap suatu peristiwa yang informasinya dipublikasikan sebagai
suatu pengumuman, maka penelitian ini menguji apakah pengumuman laporan laba
perusahaan mempunyai kandungan informasi yang cukup untuk membuat pasar bereaksi
terhadap pengumuman tersebut. Pasar yang efisien apabila harga sekuritas yang
diperdagangkan di bursa selalu mencerminkan secara penuh informasi yang
tersedia.
Tujuan Penelitian ini menguji
secara empiris valid tidaknya Hipotesis Pasar Efisien di Indonesia. Sedangkan,
manfaat penelitian ini bagi pelaku pasar modal dalam pengambilan keputusan
investasi yang hendak dilakukan. Manfaat lain penelitian ini adalah memberikan
sumbangan pemikiran bagi organisasi profesi dalam mengembangkan organisasinya
di Indonesia.
Sistematika pembahasan mengorganisasi
laporan penelitian dibagi dalam rincian sebagai berikut. Bagian 1 membahas
tentang pendahuluan yang berisi latar belakang mesalah, tujuan penelitian, dan
manfaat penelitian. Bagian 2 membahas tentang telaah literatur dan perumusan
hipotesis. Bagian 3 membahas tentang metoda penelitian. Bagian 4 membahas hasil
penelitian dan temuan. Yang terakhir, bagian 5 membahas tentang kesimpulan, keterbatasan
dan saran.
2. TELAAH LITERATUR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Pengertian Studi Peristiwa (event
study)
Studi peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap
suatu peristiwa (event) yang
informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi (information content) dari suatu
pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk
setengah kuat (Jogiyanto, 2003).
Pengujian kandungan informasi
dan pengujian efisiensi pasar bentuk setengah kuat merupakan dua pengujian yang
berbeda. Jogiyanto (2003) menyatakan bahwa pengujian kandungan informasi
dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman
mengandung informasi (information content),
maka diharapkan pasar bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh
pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas
bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai
perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal
return.
2.2. Pengertian Pasar Modal yang Efisien.
Pasar yang efisien merupakan suatu pasar bursa
dimana efek yang diperdagangkan merefleksikan semua informasi yang terjadi
dengan cepat dan akurat. Konsep dari pasar yang efisien ini menyatakan bahwa
pemodal selalu memasukkan faktor informasi yang tersedia dalam keputusan
mereka, sehingga terefleksi pada harga yang mereka transaksikan. Jadi, harga
yang berlaku di pasar sudah mengandung faktor informasi tersebut.
Pengertian pasar modal efisien
yang diterima secara luas adalah pasar modal yang apabila terdapat informasi
baru, maka informasi tersebut tersebar luas, cepat dan mudah di dapat secara
murah oleh investor. Informasi ini meliputi hal yang diketahui dan relevan
untuk mempertimbangkan harga saham dan tercermin secara cepat dalam harga
saham. Sementara Fama (1976) menyatakan “a securities market is efficient if security prices fully reflect the
information available“.
2.3 Tingkat atau Bentuk Efisiensi Pasar Modal
Efisiensi pasar modal tergantung pada kondisi
tertentu, terutama volume perdagangan. Pasar dengan volume perdagangan yang
relatif kecil menyulitkan investor untuk bereaksi terhadap informasi baru dan
memudahkan bagi pedagang besar untuk memanipulasi karena adanya channel informasi (Banner, 1985).
Sesuai dengan konsep dasar
efisiensi dan kondisi ideal pasar efisien, maka pasar modal yang efisien secara
informasional dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) bentuk atau tingkatan
yaitu:
1) Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah, jika
harga-harga dari sekuritas tercermin secara penuh informasi masa lalu (Jogiyanto,
2003). Perubahan harga pada hari ini tidak ada hubungannya dengan perubahan
harga yang terjadi kemarin. Jika
informasi datangnya secara acak banyak orang menyukai karena bisa mendapatkan
keuntungan dari perubahan harga yang terjadi secara acak. Mereka yakin jika harga suatu saham mulai
bergerak naik, maka harga saham tersebut bergerak naik untuk suatu jangka waktu
tertentu dan mengembangkan suatu momentum. Berdasarkan penelitian-penelitian
yang dilakukan, momentum suatu harga saham itu memang ada dan jika para pemodal
dapat dengan cepat melakukan transaksi pada awal pergerakan naik harga
saham-saham tersebut, maka keuntungan besar dapat dicapai. Berarti technical analist tidak kebal terhadap
efisien pasar bentuk lemah.
2) Efisiensi pasar bentuk semi kuat (semi-strong form)
Efisiensi pasar bentuk semi-kuat menyatakan bahwa
harga-harga surat berharga betul-betul menggambarkan informasi yang
dipublikasikan. Informasi dalam bentuk ini meliputi semua informasi yang
dimaksud pada weak form, yaitu data
harga dan volume historis serta data-data atau informasi lainnya yang tersedia
bagi publik seperti pendapatan perseroan, deviden,
saham bonus, inflasi dan stock split.
Teori ini memberikan tekanan pada kecepatan informasi yang diterima para
pemodal, artinya informasi tersebar dan diterima oleh para pemodal pada waktu
yang hampir bersamaan, sehingga harga secara langsung dan cepat melakukan
penyesuaian.
Berbagai studi yang telah
dilakukan untuk menguji tingkat efiensi semi-kuat ini. Salah satu studi yang
dilakukan adalah mengenai stock split
secara langsung tidak mempengaruhi nilai dari suatu perusahaan, sehingga secara
logika harga saham yang mengalami stock
split seharusnya juga tidak terpengaruh. Namun hasil penelitian menunjukkan
bahwa kenaikan harga yang tajam terjadi sebelum stock split berlangsung, perubahan harga setelah stock split bersifat acak. Para pemodal
tidak bisa mendapatkan keuntungan dengan membeli saham pada waktu atau sesudah stock split. Mereka harus membeli saham tersebut sebelum stock split diumumkan agar dapat
menikmati keuntungan besar yang tidak normal.
Hal ini tentunya dapat
dijelaskan bahwa pada waktu stock split
diumumkan, informasi yang berhubungan dengan stock split tersebut telah terdaftar ke dalam pasar saham tersebut
sehingga harga tidak terpengaruh lagi.
3)
Efisiensi
pasar bentuk kuat (strong form)
Efisiensi bentuk lemah menyatakan bahwa tidak
satupun informasi yang tersedia baik publik maupun privat yang mengijinkan para
pemodal untuk meraih keuntungan yang tidak normal secara konsisten. Bentuk ini
menyatakan bahwa harga saham melakukan penyesuaian secara cepat terhadap
informasi apapun, bahkan informasi yang tidak tersedia bagi semua pemodal
(informasi privat). Salah satu jenis informasi privat adalah jenis informasi
yang berasal dari orang dalam. Mereka mempunyai akses atas informasi berharga
mengenai keputusan penting bersifat taktis dan strategis yang telah
direncanakan oleh perusahaan. Sehingga dengan modal informasi privat yang
demikian mampu memberikan keuntungan abnormal yang konsisten bagi para pemodal
yang memiliki informasi tersebut.
Hubungan ketiga pasar efisien
ini berupa tingkatan yang kumulatif yaitu bentuk lemah merupakan bagian dari
bentuk setengah kuat dan bentuk setengah kuat merupakan bagian dari bentuk
kuat. Hubungan tersebut menunjukkan bahwa bila ada sangkalan dari efisiensi
pasar bentuk lemah maka sangkalan tersebut berlaku juga baik pada efisiensi
pasar bentuk semi-kuat maupun pasar efisien bentuk kuat. Jika pasar tidak
efisien dalam bentuk lemah, dengan sendirinya pasar tidak efisien dalam bentuk
semi-kuat ataupun bentuk kuat maupun dalam bentuk lemah.
Ball dan Brawn (1968)
merupakan orang yang pertama mempelajari reaksi pasar akibat informasi
akuntansi. Penelitian tersebut menggunakan laporan keuangan tahunan 261 perusahaan
pada tahun 1945-1965. Penelitian tersebut mengklasifikasikan pendapatannya
meningkat secara relatif dan perusahaan yang pendapatannya turun secara
relatif. Kesimpulan yang diperoleh Ball dan Brawn adalah bahwa pasar bercorak
semi-kuat. Pada saat laporan keuangan dipublikasi, semua kenaikan harga yang
menyesuaikan dengan berita buruk telah berlangsung.
Penelitian yang dilakukan oleh
Nursiam dan Puteranto (1998-2000) menyatakan bahwa informasi yang disajikan
tersebut tidak akurat atau informasi tersebut tidak menggambarkan kondisi
perusahaan yang sesungguhnya dan masih terlalu lambat diterima oleh publik
sehingga informasi tersebut tidak dapat digunakan sebagai alat pengambilan
keputusan yang tepat oleh investor, serta berdasarkan adanya deregulasi dan
kebijaksanaan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah terkait dengan pasar
modal, sehingga penulis membuat hipotesis sebagai berikut:
H1: Pengumuman laba positif dan
negatif berasosiasi terhadap reaksi harga saham di BEI.
2.4. Laporan Keuangan dan Arti Penting Informasi Laba
Menurut SFAC No. 1 (FASB, 1978), laporan keuangan
merupakan gambaran utama dari pelaporan keuangan yang berfungsi sebagai alat
komunikasi informasi akuntansi keuangan kepada pihak-pihak eksternal. Berkenaan
dengan laba-rugi, SFAC No. 2 (FASB, 1980) menyatakan bahwa laporan laba-rugi
sangat penting bagi para pemakainya (user)
karena memiliki nilai prediktif. SFAC No. 1 (FASB, 1978) menjelaskan bahwa para
investor, kreditor, dan pihak-pihak lainnya sering menggunakan informasi laba
dan informasi tentang komponen-komponen laba untuk menilai prospek arus kas
dari investasi atau pinjaman yang mereka berikan.
Foster (1986) menyatakan ada
tiga faktor yang mempengaruhi kandungan informasi dari suatu pengumuman
informasi perusahaan. Pertama, ekspektasi pasar terhadap kandungan dan timing
dari pengumuman informasi perusahaan. Semakin besar tingkat ketidakpastian,
maka semakin besar pula potensi terjadinya revisi terhadap harga-harga
sekuritas. Kedua, implikasi dari pengumuman laba terhadap distribusi return
sekuritas di masa depan. Semakin besar revisi yang berhubungan dengan aliran
kas yang diharapkan, semakin besar pula implikasi revaluasi harga sekuritas
terhadap pengumuman tersebut. Ketiga, kredibilitas sumber informasi. Semakin
kredibel suatu sumber pengumuman informasi, semakin besar pula implikasi
revaluasi terhadap pengumuman informasi itu. Menurut Scott (2000), informasi
laba dapat berguna jika dapat mengakibatkan investor mengubah keyakinan dan
tindakan mereka sebelumnya dan tingkat kegunaan tersebut dapat diukur dari
sejauh mana perubahan harga mengikuti publikasi informasi laba.
3. METODA PENELITIAN
3.1. Sampel Dan Populasi.
Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan metoda judgment
sampling artinya bahwa populasi yang dijadikan sampel penelitian adalah
populasi yang memenuhi kriteria sampel tertentu sesuai dengan yang dikehendaki
oleh peneliti. Penentuan kriteria sampel diperlukan untuk menghindari timbulnya
misspesifikasi dalam penentuan sampel penelitian yang selanjutnya berpengaruh
terhadap hasil analisis.
Kriteria sampel yang diambil dalam
penelitian ini adalah saham-saham yang banyak ditransaksikan selama perioda
penelitian serta telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum 31 Desember
2003. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan laporan keuangan perusahaan untuk perioda
2003 yang diterbitkan pada perioda 2004 dan laporan keuangan tersebut untuk
mengelompokkan data perusahaan-perusahaan yang pendapatannya relatif naik dan
perusahaan yang pendapatannya relatif turun dari perioda ke perioda selama perioda
penelitian. Tujuan dipilihnya saham yang banyak ditransaksikan adalah untuk
menghindari tidak adanya reaksi harga pada saat laporan pendapatan keuangan
perusahaan diumumkan, yang disebabkan tidak terjadi transaksi pada tanggal
pengumuman laporan keuangan.
3.2 Definisi Variabel Penelitian
Untuk menghindari ketidakjelasan makna
variabel-variabel yang dibutuhkan, definisi variabel yang digunakan dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Pasar modal Indonesia efisien dalam bentuk
semi-kuat adalah apabila ada pengumuman kenaikan atau penurunan laba tahunan
perusahaan yang mempengaruhi harga
sahamnya.
b. Harga saham awal minggu adalah harga saham
yang terjadi di pasar sekunder pada hari pertama transaksi (awal transaksi).
c. Deviden adalah laba atau pendapatan yang
dibagikan secara tunai oleh perusahaan kepada pemegang saham.
d. Return saham adalah pendapatan yang
diterima dari investasi dalam saham yang terdiri dari capital gain (lose) ditambah dengan deviden untuk perusahaan yang
membagikannya (Jogiyanto: 1995, 87). Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai
berikut:
(iPt – iPt
- 1) + iDt
Rit=
───────────
iPt
- 1
Keterangan: Rit: return saham i pada minggu t; iPt:
harga saham i pada minggu t; i, Pt – 1 : harga saham i
pada minggu t-1; iDt: deviden tunai (untuk perusahaan
yang membagikan devidennya)
e. Return pasar adalah pendapatan portofolio
pasar yang diperoleh jika semua saham di pasar dikuasai dalam proporsi sama
(Fakhruddin dan Hadianto:2001,39)
IHSGt+1
– IHSGt
Rm,t= ───────────
IHSGt
Keterangan: Rm,t: return pasar
minggu t; IHSGt: indek harga saham gabungan minggu t; IHSGt+1: indek
harga saham gabungan minggu t+1
f.
Return
tidak normal (abnormal return) adalah
selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi (Jogiyanto:
2003, 434).
Rumus: RTNi,t=
Ri,t – E[Ri,t]
Keterangan: RTNi,t: return tidak
normal (abnormal return) sekuritas
ke-i pada Perioda peristiwa ke-t; Ri,t:
return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada Perioda peristiwa
ke-t; E[Ri,t]: return ekspektasi sekuritas ke-i untuk Perioda
peristiwa ke-t
g. Pengujian adanya abnormal return tidak dilakukan untuk tiap-tiap sekuritas, tetapi
dilakukan secara agregat dengan menguji rata-rata return tidak normal seluruh
sekuritas secara cross-section untuk
tiap-tiap hari di Perioda peristiwa. Rata-rata return tidak normal (average abnormal return) untuk hari ke-t
dapat dihitung berdasarkan rata-rata aritmatika sebagai berikut: (Jogiyanto:
2003, 447).
Rumus: k
∑ RTN jt
j=1
RRTNt=
────────
k
Keterangan: RRTNt: rata-rata return
tidak normal (average abnormal return)
pada hari ke-t; RTN jt: return tidak normal (abnormal return) untuk sekuritas ke-i pada hari ke-t; K: jumlah
sekuritas yang terpengaruh oleh pengumuman peristiwa
h. Akumulasi rata-rata return tidak normal
(ARRTN) atau cummulative average abnormal
return (CAAR) dapat dihitung sebagai berikut: (Jogiyanto: 2003, 450).
Rumus: k
∑ ARTN it
i=1
ARRTNt=
────────
k
Keterangan: ARRTNt: akumulasi
rata-rata return tidak normal (cummulative
average abnormal return) pada hari ke-t: ARTN it: akumulasi return tidak
normal (cummulative abnormal return)
sekuritas ke-i pada hari ke-t; K: jumlah sekuritas yang terpengaruh oleh
pengumuman peristiwa
i.
Tanggal
pengumuman laporan keuangan itu adalah tanggal pada saat laporan keuangan
dipublikasikan di harian nasional atau diperoleh dari laporan BAPEPAM.
3.3. Data
Data yang diperlukan adalah data sekunder yang
meliputi harga pasar saham, pembayaran deviden tunai dan tanggal dikeluarkannya
deviden dari perusahaan yang membagikan selama Perioda Januari 2004 sampai
dengan 31 Desember 2006 dan tanggal pengumuman laporan keuangan yang diperoleh
dari Pusat Database Pasar modal PPA UGM
3.4.Metode Analisis data
Dalam penelitian ini menggunakan metode Market model. Market model pada dasarnya bertitik tolak
dari pemikiran bahwa tingkat keuntungan yang diperoleh dari suatu saham
dipengaruhi oleh tingkat keuntungan seluruh kesempatan investasi.
Langkah-langkah dalam metode market model sebagai berikut:
a) Menghitung return saham perminggu dari
perusahaan yang diteliti.
b)
Menghitung return pasar yang diperoleh.
c)
Membagi perusahaan dalam dua kelompok yaitu kelompok
yang mengalami kenaikan laba dibanding perioda sebelumnya atau kelompok yang
mengalami penurunan laba dibanding perioda sebelumnya.
d)
Mengurutkan dalam tabel, return saham (Rn) dan return
pasar (Rmt) 5 perioda sebelum (t = -5) dan 5 perioda sesudah (t = +5)
pengumuman laba, kemudian meregresikan kedua variabel tersebut dengan return
saham sebagai variabel tergantung (dependent
variable) dan return pasar sebagai variabel bebas (Independent variable). Perioda estimasi adalah 100 hari (t.-100,0).
e)
Dengan didapatkan hasil regresi pada butir d)
selanjutnya dihitung normal return
dan abnormal return. Abnormal return atau residual sama
dengan tingkat keuntungan sesungguhnya dikurangi tingkat keuntungan yang
diharapkan.
f)
Menghitung AAR1 pada masing-masing kelompok perusahaan,
lalu menghitung nilai CAAR1 yang merupakan penjumlahan kumulatif dari AAR1
mulai dari t = -5 hingga t = +5. Nilai
CAAR menunjukkan total reaksi harga selama event
window (Perioda peristiwa).
g)
Dari nilai CAAR masing-masing kelompok dibuat grafik
dengan minggu sebagai sumbu X dan nilai CAAR sebagai sumbu Y.
h) Dilakukan analisis pada tahap ketujuh di
atas. Pada kelompok perusahaan yang labanya naik (turun) seharusnya didapatkan
nilai CAAR meningkat (menurun) pada minggu sekitar tanggal pengumuman CAAR
kembali mengikuti garis horisontal.
4. HASIL DAN TEMUAN
PENELITIAN
4.1 Deskripsi Statistik
Kriteria sampel yang diambil dalam penelitian ini
adalah saham-saham yang banyak ditransaksikan selama perioda penelitian serta
telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum 31 Desember 2003. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan laporan
keuangan perusahaan untuk perioda 2003 yang diterbitkan pada perioda 2004 dan
laporan keuangan tersebut untuk mengelompokkan data perusahaan-perusahaan yang
labanya relatif naik dan perusahaan yang labanya relatif turun dari perioda ke perioda
selama perioda penelitian. Tujuan dipilihnya saham yang banyak ditransaksikan
adalah untuk menghindari tidak adanya reaksi harga pada saat laporan laba
perusahaan diumumkan, yang disebabkan tidak terjadi transaksi pada tanggal
pengumuman laporan keuangan.
Perusahaan yang diteliti
berjumlah dua puluh sembilan (29) perusahaan LQ 45 dari perioda 2004 sampai
dengan perioda 2006. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil yang konsisten
antara perioda 2004 sampai dengan perioda 2006.
Tabel 1: Deskripsi
Data
|
2004
|
2005
|
2006
|
Minimum
|
-0.79943
|
-0.78916
|
-0.10526
|
Maximum
|
0.444444
|
4.333333
|
0.16
|
Mean
|
0.002426
|
0.003265
|
0.002129
|
Std.
Deviation
|
0.028599
|
0.0298
|
0.0298
|
Valid
N (listwise) 111
|
4.2 Return saham (Rit) dan Return Pasar (Rmt)
Dalam menghitung return saham dibutuhkan data
harga saham dan nilai deviden bagi perusahaan yang membagikan devidennya.
Sedangkan untuk menghitung return pasar dibutuhkan data Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG).
4.3 Pengelompokan Perusahaan
Berdasarkan nilai Earning Per Share (EPS), masing-masing perusahaan dikelompokkan
menjadi dua kelompok. Kelompok pertama merupakan kumpulan perusahaan-perusahaan
yang mengalami kenaikan laba (EPS naik) dari perioda sebelumnya dan kelompok
kedua merupakan kumpulan perusahaan-perusahaan yang mengalami penurunan laba
(EPS turun) dari perioda sebelumnya.
Hasil analisis menunjukkan
bahwa kategori perusahaan LQ 45 yang telah mengumumkan kenaikan laba dan
penurunan laba adalah sebagai berikut:
Pertama,
29 perusahaan yang mengumumkan laba 2004, 18 perusahaan mengumumkan kenaikan
laba (EPS meningkat) dan 11 perusahaan mengumumkan penurunan laba (EPS
menurun). Kedua, 29 perusahaan yang mengumumkan laba 2005, 17 perusahaan
mengumumkan kenaikan laba (EPS meningkat) dan 12 perusahaan mengumumkan
penurunan laba (EPS menurun). Ketiga, 29 perusahaan yang mengumumkan laba 2006,
13 perusahaan mengumumkan kenaikan laba (EPS meningkat) dan 16 perusahaan
mengumumkan penurunan laba (EPS menurun).
4.4 Perhitungan Abnormal Return
Di bagian ini menempatkan return saham (Rit)
dan return pasar (Rmt) pada tiap perusahaan untuk perioda 5 hari
sebelum dan 5 hari sesudah pengumuman laporan keuangan tahunan perusahaan, kemudian
meregresikan return saham (Rit) sebagai variabel tergantung (dependent variable) dan return pasar (Rmt) sebagai variabel
bebas (Independent variable) untuk
memperoleh αi dan βi.
4.5 Nilai Average Abnormal Return dan Cummulative Average Abnormal Return
Setelah dilakukan perhitungan abnormal return,
nilai abnormal return masing-masing kelompok pada tiap-tiap kelompok pada
tiap-tiap perioda penelitian dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya sehingga
menghasilkan nilai average abnormal return.
Setelah itu dihitung nilai CAAR (Cummulative
Average Abnormal Return) yaitu hasil dari penjumlahan nilai AAR selama perioda
peristiwa untuk masing-masing kelompok perusahaan dan tiap-tiap perioda
tahunnya. Tabel 2 menunjukkan nilai AAR dan CAAR pada perusahaan yang labanya
naik dan labanya turun untuk perioda tahun 2004. Tabel 3 menunjukkan nilai AAR
dan CAAR pada perusahaan yang labanya naik dan labanya turun untuk perioda
tahun 2005. Tabel 4 menunjukkan nilai AAR dan CAAR pada perusahaan yang labanya
naik dan labanya turun untuk Perioda tahun 2006.
Dari tabel 2 sampai dengan tabel
4 dibuat grafik dengan perioda (Time)
sebagai sumbu X dan nilai CAAR (Cummulative
Average Abnormal Return) sebagai sumbu Y hasilnya nampak pada gambar 1
sampai dengan gambar 6. Pada gambar 1 menunjukkan pergerakan CAAR pada
perusahaan yang labanya naik untuk perioda tahun 2004. Pada gambar tersebut
seharusnya menunjukkan peningkatan di sekitar tanggal pengumuman (di sekitar
hari 0), tetapi ternyata pada gambar nampak pergerakan CAAR mengalami penurunan
pada saat tanggal pengumuman laporan keuangan perusahaan. Gambar 2 menunjukkan
pergerakan CAAR pada perusahaan yang labanya turun untuk perioda tahun 2004.
Pada gambar 2 tersebut pergerakan CAAR mengalami penurunan pada saat tanggal
pengumuman laporan keuangan perusahaan. Meskipun mengalami penurunan nilai CAAR
tetapi pergerakan reaksinya cepat pada hari 1 sampai hari 5. Gambar 3
menunjukkan pergerakan CAAR pada perusahaan yang labanya naik untuk perioda
tahun 2005. Pada gambar tersebut pergerakan CAAR mengalami penurunan hingga
hari 2 setelah tanggal pengumuman laporan keuangan perusahaan. Gambar 4
menunjukkan pergerakan CAAR pada perusahaan yang labanya turun untuk perioda
tahun 2005. Pada gambar tersebut untuk pasar efisien seharusnya mengalami
penurunan di sekitar tanggal pengumuman tetapi di sekitar tanggal pengumuman
pada hari 0 pergerakan CAAR mengalami peningkatan dan baru mengalami penurunan
setelah pengumuman. Gambar 5 menunjukkan pergerakan CAAR pada perusahaan yang
labanya naik untuk perioda tahun 2006. Pada gambar 5 seharusnya mengalami
peningkatan CAAR di sekitar tanggal pengumuman tetapi pada gambar tersebut
mengalami penurunan pada hari 0 saat pengumuman dan mengalami peningkatan pada
hari 1 setelah tanggal pengumuman. Gambar 6 menunjukkan pergerakan CAAR pada
perusahaan yang labanya turun untuk perioda tahun 2006. Pada gambar tersebut
nampak pergerakan CAAR mengalami penurunan pada hari 2 dan 1 sebelum tanggal
pengumuman dan mengalami peningkatan pada saat pengumuman (hari 0) dan pergerakan
CAAR dapat dikatakan reaksinya lambat karena pada hari 3 sampai hari 5
pergerakan CAAR mengalami penurunan.
Tabel 2. Nilai
AAR dan CAAR Perioda Tahun 2004.
Hari
|
Labanya Naik
|
Labanya Turun
|
||
AAR
|
CAAR
|
AAR
|
CAAR
|
|
-5
|
0,007933166
|
0,007933166
|
0,000507815
|
0,000507815
|
-4
|
-0,000649304
|
0,007283862
|
-0,00383248
|
-0,003324666
|
-3
|
0,000656254
|
0,007940116
|
0,00943579
|
0,006111124
|
-2
|
-0,011832708
|
-0,003892591
|
-0,019789887
|
-0,013678763
|
-1
|
0,005644343
|
0,001751751
|
0,003617297
|
-0,010061466
|
0
|
-0,03157576
|
-0,029824008
|
-0,014322189
|
-0,024383655
|
1
|
0,027269588
|
-0,00255442
|
0,016386548
|
-0,007997107
|
2
|
-0,000299973
|
-0,002854394
|
-0,000181521
|
-0,008178629
|
3
|
0,001607973
|
-0,001246421
|
0,00743942
|
-0,000739208
|
4
|
-4,64142E-05
|
-0,001292835
|
-0,005269431
|
-0,006008639
|
5
|
-0,006346388
|
-0,007639224
|
0,020566189
|
0,01455755
|
Keterangan: AAR: Average abnormal
returns; CAAR: Cummulative average
abnormal returns
Gambar 1: Pergerakan Nilai CAAR Perusahaan
yang Labanya Naik Perioda tahun 2004
Gambar 2: Pergerakan Nilai CAAR Perusahaan
yang Labanya Turun Perioda tahun 2004
Tabel 3. Nilai
AAR dan CAAR Perioda Tahun 2005.
Hari
|
Labanya Naik
|
Labanya Turun
|
||
AAR
|
CAAR
|
AAR
|
CAAR
|
|
-5
|
-0,001381626
|
-0,001381626
|
0,005526637
|
0,005526637
|
-4
|
0,014869116
|
0,01348749
|
0,007787623
|
0,01331426
|
-3
|
-0,009661149
|
0,003826341
|
-0,001551196
|
0,011763063
|
-2
|
-0,013063331
|
-0,00923699
|
-0,000779902
|
0,010983161
|
-1
|
-0,004037187
|
-0,013274177
|
-0,008897507
|
0,002085654
|
0
|
-0,013600027
|
-0,026874204
|
0,001608059
|
0,003693713
|
1
|
-0,017407362
|
-0,044281567
|
-0,003257987
|
0,000435726
|
2
|
-0,010709421
|
-0,054990988
|
-0,018214305
|
-0,017778579
|
3
|
0,012258792
|
-0,042732196
|
-0,005235253
|
-0,023013832
|
4
|
0,005372849
|
-0,037359347
|
-0,011674471
|
-0,034688303
|
5
|
-0,012337033
|
-0,04969638
|
0,020069742
|
-0,014618561
|
Keterangan: AAR: Average abnormal
returns; CAAR: Cummulative average
abnormal returns
Gambar 3: Pergerakan Nilai CAAR Perusahaan yang Labanya Naik Perioda
tahun 2005
Gambar 4: Pergerakan Nilai CAAR Perusahaan
yang Labanya Turun Perioda tahun 2005
Tabel 4. Nilai
AAR dan CAAR Perioda Tahun 2006.
Hari
|
Labanya Naik
|
Labanya Turun
|
||
AAR
|
CAAR
|
AAR
|
CAAR
|
|
-5
|
-0,005156036
|
-0,005156036
|
-0,002410033
|
-0,002410033
|
-4
|
0,004871898
|
-0,000284138
|
-5,70886E-05
|
-0,002467122
|
-3
|
-0,004312399
|
-0,004596537
|
0,000976711
|
-0,001490411
|
-2
|
0,000693416
|
-0,003903121
|
-0,000556484
|
-0,002046896
|
-1
|
-0,005036477
|
-0,008939598
|
-0,002510573
|
-0,004557469
|
0
|
-0,000408712
|
-0,00934831
|
0,009186592
|
0,004629123
|
1
|
0,003287211
|
-0,006061099
|
-0,004010335
|
0,000618788
|
2
|
-0,006873705
|
-0,012934804
|
0,000404876
|
0,001023664
|
3
|
0,00246637
|
-0,010468434
|
0,004588277
|
0,005611941
|
4
|
-0,002705128
|
-0,013173562
|
-0,004161787
|
0,001450155
|
5
|
0,000785864
|
-0,012387698
|
-0,004873226
|
-0,003423071
|
Keterangan: AAR: Average abnormal returns; CAAR: Cummulative average abnormal returns
Gambar 5: Pergerakan Nilai CAAR Perusahaan
yang Labanya Naik Perioda tahun 2006
Gambar 6: Pergerakan Nilai CAAR Perusahaan yang Labanya Turun Perioda
tahun 2006
4.6 Pengujian Hipotesis.
1 Pengumuman 2004
Hasil di tabel 5 menunjukkan nilai rata-rata tidak
normal (AAR) untuk 18 perusahaan yang labanya naik perioda tahun 2004 dan
pengujian t (t-hitung) di hari-hari perioda peristiwa. AAR yang positif pada perioda
peristiwa hanya terjadi pada hari ke -5, -3, +1, dan +4. AAR secara statistik
tidak signifikan pada seluruh hari perioda peristiwa.
Sedangkan untuk 11 perusahaan
yang labanya turun pada perioda tahun 2004 menunjukkan bahwa selama perioda
peristiwa, AAR positif hanya terjadi pada hari -5, -3, -1, +1, +3, +5. AAR yang
secara statistik signifikan hanya terjadi di hari +5 signifikan pada tingkat
10%. Hal ini menunjukkan adanya reaksi pasar yang lambat dalam merespon adanya
pengumuman laba tersebut. Hal ini menunjukkan pasar belum efisien bentuk
setengah kuat secara informasi (Jogiyanto: 2003, 411).
Tabel 5. Nilai AAR dan t-hitung Perusahaan
Perioda Tahun 2004.
Hari
|
Labanya Naik
|
Labanya Turun
|
||
AAR
|
t-hitung
|
AAR
|
t-hitung
|
|
-5
|
0,003933538
|
0,644317248
|
0,000507815
|
0,428789439
|
-4
|
-0,000649304
|
0,243194121
|
-0,00383248
|
0,023555168
|
-3
|
0,00154401
|
0,179502757
|
0,00943579
|
0,94522116
|
-2
|
-0,014410166
|
-0,974372766
|
-0,019789887
|
-0,943803267
|
-1
|
-4,92177E-05
|
0,128571359
|
0,003617297
|
0,227116967
|
0
|
-0,014887178
|
-1,287452847
|
-0,014322189
|
-1,204874633
|
1
|
0,011601995
|
1,264951907
|
0,016386548
|
0,276311654
|
2
|
-0,001579938
|
-0,148772216
|
-0,000181521
|
0,039592623
|
3
|
-0,000978815
|
0,057503297
|
0,00743942
|
0,341333227
|
4
|
0,006195532
|
0,590012701
|
-0,005269431
|
-0,7399038
|
5
|
-0,005028696
|
-0,55679645
|
0,020566189*
|
1,33504921
|
Keterangan: AAR: Average abnormal returns; *) Signifikan pada level 10%; **)
Signifikan
pada level
5%; ***) Signifikan pada level 1%
2 Pengumuman 2005
Dari tabel 6 terlihat bahwa untuk perusahaan yang
labanya naik pada perioda tahun 2005 menunjukkan bahwa selama perioda
peristiwa, mulai dari hari -5 sampai dengan +5 cenderung memiliki nilai AAR yang
negatif. Hanya di hari ke -4, +3, dan +4 yang memiliki AAR yang positif. AAR
yang secara statistik signifikan hanya terjadi di hari +4 (signifikan pada
tingkat 10%). Hal ini menunjukkan adanya reaksi pasar yang lambat dalam
merespon adanya pengumuman laba tersebut. Hal ini menunjukkan pasar belum
efisien bentuk setengah kuat secara informasi (Jogiyanto: 2003, 411).
Sedangkan untuk perusahaan
yang labanya turun pada perioda tahun 2005 menunjukkan bahwa selama perioda
peristiwa hanya di hari -5,-4, 0, +5 yang memiliki AAR positif. AAR yang secara
statistik signifikan hanya terjadi di hari +5 (signifikan pada tingkat 1%). Hal
ini menunjukkan adanya reaksi pasar yang lambat dalam merespon adanya
pengumuman laba tersebut. Hal ini menunjukkan pasar belum efisien bentuk
setengah kuat secara informasi (Jogiyanto: 2003, 411).
Tabel 6 Nilai
AAR dan t-hitung Perusahaan Perioda Tahun 2005
Hari
|
Labanya Naik
|
Labanya Turun
|
||
AAR
|
t-hitung
|
AAR
|
t-hitung
|
|
-5
|
-0,001379591
|
-0,253633322
|
0,005526637
|
0,253043928
|
-4
|
0,014872362
|
0,914029779
|
0,007787623
|
0,63217228
|
-3
|
-0,009658632
|
-0,817525856
|
-0,001551196
|
-0,211604529
|
-2
|
-0,013060311
|
-1,215213037
|
-0,000779902
|
0,56079403
|
-1
|
-0,004034951
|
-0,750223323
|
-0,008897507
|
-1,135724943
|
0
|
-0,013598455
|
-0,830980237
|
0,001608059
|
0,794918939
|
1
|
-0,01847172
|
-1,560808811
|
-0,003257988
|
-0,508579921
|
2
|
-0,010707518
|
-0,254458468
|
-0,018214305
|
-2,552876784
|
3
|
0,012260976
|
1,247998992
|
-0,005235253
|
-0,429727015
|
4
|
0,0053747*
|
1,594542046
|
-0,011674471
|
-1,792580543
|
5
|
-0,012335231
|
-1,062984765
|
0,020069742***
|
2,513531853
|
Keterangan: AAR: Average abnormal returns; *) Signifikan pada level 10%; **)
Signifikan pada level 5%; ***) Signifikan pada level 1%
3 Pengumuman 2006
Hasil di tabel 7 menunjukkan bahwa selama perioda
peristiwa, mulai hari -5 sampai dengan +5 terjadi rata-rata return tidak normal
(AAR) yang cenderung negatif. Pada perusahaaan yang labanya naik, rata-rata
return tidak normal secara statistik tidak signifikan. Hal ini berarti kondisi
pasar sangat efisien karena informasi yang ada diterima secara merata oleh
investor. Hal ini menunjukkan kalau kondisi pasar sudah mengarah ke bentuk
setengah kuat secara informasi.
Sedangkan pada perusahaan yang
labanya turun, rata-rata tidak normal secara statistik signifikan hanya terjadi
pada saat diumumkannya peristiwa tersebut yaitu pada hari ke-0. Hal ini
menunjukkan bahwa peristiwa tersebut mengandung informasi dan pasar bereaksi cepat untuk menyerap
informasi.
Tabel 7 Nilai
AAR dan CAAR Perusahaan Naik Perioda Tahun 2006
Hari
|
Labanya Naik
|
Labanya Turun
|
||
AAR
|
t-hitung
|
AAR
|
t-hitung
|
|
-5
|
-0,005156036
|
-0,155219416
|
-0,002410033
|
-0,40833352775
|
-4
|
0,004871898
|
0,176724063
|
-0,000057089
|
0,12471485681
|
-3
|
-0,004312399
|
-0,169359337
|
0,000976711
|
-0,08827416149
|
-2
|
0,000693416
|
0,111820817
|
-0,000556484
|
-0,28827086938
|
-1
|
-0,005036477
|
-0,298217396
|
-0,002510573
|
-0,55060764890
|
0
|
-0,000408712
|
-0,077911454
|
0,009186592*
|
1,54567543504
|
1
|
0,003287211
|
0,127225592
|
-0,004010335
|
-0,46342946520
|
2
|
-0,006873705
|
-0,264440081
|
0,000404876
|
0,37294300966
|
3
|
0,00246637
|
0,166052605
|
0,004588277
|
0,45729941042
|
4
|
-0,001481917
|
0,099771935
|
-0,004161787
|
-0,67815665080
|
5
|
0,000785864
|
0,003508751
|
-0,004873226
|
-0,94433558842
|
Keterangan: AAR: Average abnormal returns; *) Signifikan pada level 10%; **)
Signifikan
pada level 5%; ***) Signifikan pada level 1%
Dengan demikian penelitian ini
memberikan hasil bahwa pasar modal Indonesia belumlah efisien secara informasi
dalam bentuk semi kuat (Semi Strong Form)
untuk perioda tahun 2004 sampai dengan tahun 2006. Hal ini tidak jauh berbeda
dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nursiam dan Puteranto (1998-2000). Walaupun
demikian, kondisi pasar modal Indonesia sudah mulai mengarah ke bentuk semi
kuat (Semi Strong Form). Hal ini bisa dilihat pada Perioda 2006 (Tabel 6)
pasar bereaksi pada saat terjadi peristiwa pengumuman laba perusahaan.
4.7 Analisis dan Temuan
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa: pertama,
investor bereaksi terhadap pengumuman laba perusahaaan. Bukti empiris ini
mendukung sejumlah hasil studi empiris sebelumnnya (Ball dan Brown, 1968;
Beaver, 1968; Beza, 1997; Hanafi, 1997; Purba, 1997; Sadikin, 2000; Lako,
2002a, 2002c) bahwa pengumuman laba membawa kandungan informasi ke pasar modal.
Kedua, Perioda 2004 dan 2005, Investor tidak bereaksi positif terhadap
pengumuman laba perusahaan yang labanya naik. Investor bereaksi positif
terhadap pengumuman laba perusahaan yang labanya turun. Hasil empiris ini
adalah kontradiksi dengan sejumlah hasil riset sebelumnya (Ball dan Brown,
1968; Foster, 1977; Hayn, 1995) bahwa pengumuman informasi laba GN (kenaikan
laba) direspon lebih positif dibanding pengumuman informasi laba BN (penurunan
laba). Namun temuan ini mendukung temuan Lako (2002a, 2002c) bahwa pengumuman
penurunan laba direaksi pasar sebagai GN
sedangkan pengumuman kenaikan laba direaksi sebagai BN. Ketiga, Untuk
pengumuman laba tahun 2006, tampaknya pasar bereaksi cepat dan tidak
berkepanjangan untuk menyerap informasi pengumuman laba pada perusahaan yang
labanya turun. Hal ini mendukung temuan Lako (2002a,c) bahwa pengumuman
penurunan laba direaksi pasar sebagai GN
sedangkan pengumuman kenaikan laba direaksi sebagai BN.
Walaupun demikian, secara umum
investor bereaksi lamban untuk menyerap informasi dari perusahaan yang
mempublikasi labanya. Hal tersebut bisa terjadi karena beberapa faktor. (1)
Kondisi Makro ekonomi yang terjadi sepanjang Perioda pengumuman laba 2004-2006.
Sebagai contoh: pada Perioda 2006, perhatian investor banyak terfokus pada
kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia dimana menerapkan
kebijakan penurunan suku bunga secara terukur dan berhati-hati. Kebijakan
moneter yang ditempuh direspon positif oleh pasar keuangan. Di pasar keuangan,
respon positif pelaku pasar keuangan tercermin dari peningkatan aktivitas
perdagangan di pasar saham dan naiknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
secara signifikan. Perkembangan indeks yang membaik didukung oleh faktor
domestik dan faktor eksternal yang kondusif (Sumber: BI, 2006). Hal ini
menunjukkan bahwa Investor lebih tertarik pada perkembangan makro ekonomi
dibandingkan informasi pengumuman laba. (2) Peristiwa gonjang ganjing politik
terkait dengan Pemerintahan yang baru terbentuk, sosial, politik dan keamanan
dalam negeri. (3) Ada indikasi Informasi laba yang diterima oleh Bapepam-LK
menjadi tidak valid karena ada kemungkinan informasi laba tersebut sudah bocor
terlebih dahulu sebelum diterima oleh Bapepam-LK. Sehingga pada saat pengumuman
laba, investor dan pelaku pasar lainnya tidak merespon dengan cepat disekitar
tanggal pengumuman laba. Investor menganggap informasi laba tersebut “basi“.
Sebagai contoh: (1) PT Bakrie & Brothers terlebih dahulu mempublikasikan
kinerja perusahaan dan laba bersih tahun 2005 sebelum audit pada tanggal 6
Februari 2006. Artinya, Pasar telah bereaksi terlebih dahulu terhadap informasi
kinerja perusahaan jauh sebelum pengumuman laba tersebut dipublikasikan pada
tanggal 29 Maret 2006 (Sumber: Bisnis Indonesia, 6 Februari 2006). (2) PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk memaparkan rencana dan kinerja perusahaan untuk
tahun 2005 pada tanggal 7 Februari. Artinya, pasar telah bereaksi terlebih
dahulu terhadap informasi kinerja perusahaan jauh sebelum pengumuman laba
tersebut dipublikasikan pada tanggal 2 Mei 2006 (Sumber: Bisnis Indonesia, 7
Februari 2006). (3) PT Kalbe Farma Tbk memaparkan kinerja perusahaan pada
tanggal 2 Maret 2006 dan informasi laba bersih sebelum audit perusahaan tahun
2005 pada tanggal 10 Maret 2006. Artinya, pasar telah bereaksi terlebih dahulu
terhadap informasi kinerja perusahaan jauh sebelum pengumuman laba tersebut
dipublikasikan pada tanggal 29 Maret 2006 (Sumber: Bisnis Indonesia, 2 Maret
dan 10 Maret 2006). (4) PT Indosat Tbk memaparkan informasi kinerja keuangan
perusahaan untuk tahun 2005 pada tanggal 24 Maret 2006. Artinya, pasar telah
bereaksi terlebih dahulu terhadap informasi kinerja perusahaan jauh sebelum
pengumuman laba tersebut dipublikasikan pada tanggal 28 Maret 2006. (Sumber:
Bisnis Indonesia, 24 Maret 2006). Hal ini menunjukkan bahwa pasar BEI belum
efisien bentuk setengah kuat secara informasi maupun secara keputusan
(Jogiyanto: 2003, 411).
5. SIMPULAN, SERTA
KETERBATASAN DAN SARAN
Dari hasil pengujian dan analisis data dapat
disimpulkan bahwa: Pertama, pasar modal Indonesia belumlah efisien secara
informasi dalam bentuk semi kuat (Semi
Strong Form) untuk perioda tahun 2004 sampai dengan tahun 2006. Hal ini
tidak jauh berbeda dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nursiam dan Lastiyono D Puteranto untuk
tahun 1998-2000. Walaupun demikian, kondisi pasar modal Indonesia sudah mulai
mengarah ke bentuk semi kuat (Semi Strong Form). Hal ini bisa
dilihat pada perioda tahun 2006 karena pasar bereaksi cepat pada saat terjadi
peristiwa pengumuman laba perusahaan. Kedua, investor bereaksi terhadap
pengumuman laba perusahaan. Bukti empiris ini mendukung sejumlah hasil studi
empiris sebelumnya (Ball dan Brown, 1968; Beaver, 1968; Lako, 2002a,c) bahwa
pengumuman laba membawa kandungan informasi ke pasar modal. Ketiga, secara
keseluruhan untuk perioda 2004-2006 investor bereaksi lamban untuk menyerap
informasi dari perusahaan yang mempublikasi labanya. Hal tersebut bisa terjadi
karena beberapa faktor. (1) Kondisi makro ekonomi yang terjadi sepanjang perioda
pengumuman laba 2004-2006. (2) Peristiwa gonjang ganjing politik terkait dengan
Pemerintahan yang baru terbentuk, sosial, politik dan keamanan dalam negeri.
(3) Ada indikasi informasi laba yang diterima oleh Bapepam-LK menjadi tidak
valid karena ada kemungkinan informasi laba tersebut sudah bocor terlebih
dahulu sebelum diterima oleh Bapepam-LK. Sehingga pada saat pengumuman laba,
investor dan pelaku pasar lainnya tidak merespon dengan cepat disekitar tanggal
pengumuman laba. investor menganggap informasi laba tersebut ’basi’
Keterbatasan dalam penelitian
ini adalah: Pertama, pemilihan sampelnya hanya terbatas pada perusahaan-perusahaan
emiten kelompok LQ45. Pemilihan tersebut kurang mewakili keseluruhan emiten
yang terdaftar di BEI yang berjumlah kurang lebih 330an emiten. Karena itu,
sampel untuk penelitian selanjutnya disarankan mencakup keseluruhan emiten di
BEJ sehingga kesimpulan tentang reaksi investor terhadap pengumuman laba lebih
komprehensif. Kedua, hanya memfokuskan pada reaksi pasar terhadap pengumuman
laba untuk perusahaan LQ45 yang labanya naik dan perusahaan yang labanya turun
untuk perioda tahun 2004 sampai dengan tahun 2006. Penelitian selanjutnya
sebaiknya perlu mempertimbangkan penggunaan sampel dari seluruh perusahaan yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia dan perioda pengamatan yang lebih panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Ball, R.J., and P. Brown. 1968. An Empirical Evaluation of Accouting
Income Numbers. Journal of Accounting
Research 7. pp. 300-323
Beaver, W. H. 1968. The Information
Content of Annual Earning Announcements. Journal
of Accounting Research. Vol. 6. No. 2. 67-1000
Beza, B. 1997. The Information Content of Annual Earning Announcement: A Trading Volume Approach. Tesis S2.
Pascasarjana Universitas Gajah Mada. Yogyakarta .
Foster, G., 1977. Accounting Earnings and
Stock Prices of Insurances Companies. The
Accounting Review. October. 686-698
______, 1986. Financial statement Analysis. 2nd Edition.
Prentice-Hall. Englewood Cliffs. New Jersey
H. Farid., dan S. Sudomo.
1998. Perangkat dan Teknik Analisis
Investasi. PT Bursa Efek Jakarta. Jakarta.
Hanafi, M. 1997. Informasi Laporan
Keuangan: Studi Kasus Pada Emiten BEJ. KELOLA.
No. 16. 75-100
Hartono, J. 2000. Teori Portofolio dan
Analisis Investasi. Edisi Kedua. BPFE. Yogyakarta
Hayn, C 1995. The Information Content of
Losses. Journal of Accounting and
Economics. Vol. LIX. October. 574-603
Husnan, S. 1996. Manajemen Keuangan. Teori dan Penerapan Keputusan Jangka Panjang.
Edisi 4. BPFE. Yogyakarta
Jogiyanto, H.M. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 3. BPFE. Yogyakarta .
______, 2005. Pasar Efisien Secara Keputusan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka utama
Jurnal
Pasar Modal Indonesia.
1997. Indeks LQ 45 dan Tantangan Bagi Emiten. No. 2/VIII. Februari. 10-13
Lako,A 2002a. Reaksi Pasar terhadap
Publikasi Laba Emiten. Bank dan Manajemen. No. 64. (Januari-Februari). 45-51
______, 2002c. Telaah atas Reaksi Pasar
terhadap Pengumuman Laba dan Kontribusi “Market
Based Research“ Kandungan Informasi Pengumuman Laba. KOMPAK. (Mei). 200-220
STIE “YO“ Yogyakarta
______, 2006. Relevansi Informasi Akuntansi Untuk Pasar Saham Indonesia: Teori dan Bukti Empiris. Amara Books.
Yogyakarta
Nursiam dan Lastiyono, D.,
P. 2004. Analisis Efisiensi Pasar Modal Indonesia Periode
1998-2000 (Studi pada PT Bursa Efek Jakarta).
Jurnal Akuntansi dan Keuangan.
Volume 3. Hal. 1-23.
Purba, E. M. 1997. Return Harga Saham di
Sekitar Pengumuman Laporan Keuangan. Tesis
S-2. Tidak Diterbitkan. Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Sadikin, D. S. (2000). Pengaruh Publikasi
Laporan Keuangan Terhadap Harga dan Volume Perdagangan Saham di BEJ Tahun 1997.
TesisS2. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Scott, W.R.
2000. Financial Accounting Theory.
Second Ed., Prentice-Hall International, Inc
Sunariyah.
2004. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Keempat. UPP AMP YKPN. Yogyakarta .
Demikianlah Artikel Pengumuman Laba Terhadap Reaksi Pasar Modal
Sekianlah artikel
Pengumuman Laba Terhadap Reaksi Pasar Modal
kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Pengumuman Laba Terhadap Reaksi Pasar Modal dengan alamat link https://magisterakutansi.blogspot.com/2017/01/pengumuman-laba-terhadap-reaksi-pasar.html
0 Response to " Pengumuman Laba Terhadap Reaksi Pasar Modal "
Posting Komentar