Judul : Penyajian Pendapatan Komprehensif Lain Dan Komponennya Pada Industri Barang Konsumsi
link : Penyajian Pendapatan Komprehensif Lain Dan Komponennya Pada Industri Barang Konsumsi
Penyajian Pendapatan Komprehensif Lain Dan Komponennya Pada Industri Barang Konsumsi
Penyajian
Pendapatan Komprehensif Lain Dan Komponennya Pada Industri Barang Konsumsi
(Studi Empiris pada Perusahaan
Barang Konsumsi
yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2012-2015)
Yudhistiro Ardy
Universitas Pancasila
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis penyajian
komponen pendapatan komprehensif lain dari industri barang konsumsi. Populasi
penelitian mempergunakan seluruh perusahaan sektor industri barang konsumsi sub
sektor perusahaan makanan dan minuman, perusahaan rokok, perusahaan kosmetik,
perusahaan alat rumah tangga, dan perusahaan farmasi dengan jumlah data
penelitian sebanyak 148 data. Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan
analisis cross tabulation serta uji beda dilakukan dengan uji cramer V karena
bersifat nominal. Pengujian tidak memerlukan asumsi normalitas karena termasuk
kelompok statistik non parametrik. Hasil penelitian menunjukan
bahwa untuk yang menyajikan selisih kurs 22%, imbalan kerja 35%, sekuritas
tersedia dijual 14%, lindung nilai 2%, revaluasi aset 3%, asosiasi 2% dan
ventura tidak dapat diuji sedangkan hasil uji beda membuktikan komponen selisih
kurs dan sekuritas tersedia dijual ditemukan perbedaan sedangkan komponen
lainnya tidak ditemukan perbedaan.
Kata kunci: Komponen OCI dan OCI
ABSTRACT
This
research was conducted with the aim to analyze the presentation of the
components of other comprehensive income and the consumer goods industry. The
study population use throughout the enterprise consumer goods industry sector sub
sector food and beverage companies, tobacco companies, cosmetics, household
appliance company and a pharmaceutical company with a number of research data
as much as 148 data. The data in this study using cross tabulation and analysis
of different test conducted by test Cramer V because the data are nominal. The
test does not require the assumption of normality for including non-parametric
statistical group.
The results showed that
for the present exchange rate gap amounted to 22%, benefit plan amounted to 35%, Securities available fo sale at 14%, hedge by 2%, revaluation
asset
16 amounted to 3%, associations of 2% and venture can not be tested because
there are no companies presenting OCI, while the different test results prove
the components on foreign exchange and securities AFS discovered their
differences and other
components of OCI was not found differences in the presentation.
Key
words: OCI
components and OCI
PENDAHULUAN
Perkembangan
usaha secara global sangat menuntut adanya sebuah pengaturan secara standar
dalam sebuah pelaporan. Berbagai sektor industri menjadikan standar tersebut
sebagai keharusan agar memiliki daya saing serta dapat diperoleh informasi yang
sama bagi setiap orang yang membacanya maupun investor.
Bagi investor
kesamaan standar laporan terutama laporan keuangan memudahkannya untuk
mengambil keputusan terhadap investasi yang akan diambil pada suatu industri
baik untuk investor domestik maupun investor internasional. Internasional
Financial Reporting Standar (IFRS) merupakan implementasi dari terwujudnya
kesamaan standar laporan keuangan secara mendunia. Transformasi dengan basis Internasional
Financial Reporting Standar (IFRS) dilakukan secara bertahap dari sebelum
tahun 2012 untuk kemudian diadopsi secara penuh oleh perusahaan-perusahaan
dalam pelaporan laporan keuangannya.
Implemetasi transformasi dalam pelaporan
keuangan berbasis Internasional Financial Reporting Standar (IFRS) sangat signifikan dalam mengatur struktur
laporan keuangan seperti munculnya Other Comperhensive Income (OCI)
dalam struktur laporan laba rugi yang merupakan bagian dalam laporan keuangan
secara utuh. Implementasi
Internasional Financial Reporting Standar (IFRS), memberi ruang kepada pendapatan komperhensif
lainnya (OCI) untuk disajikan, untuk mencakup keuntungan dan kerugian yang
belum terealisasi seperti selisih kurs mata uang asing, revaluasi aset tetap
berwujud dan tidak berwujud, penyesuaian liabilitas minimum pensiun, investasi
dalam sekuritas teresdia untuk dijual, lindung nilai arus kas, dan bagian dari
entitas asosiasi dan ventura bersama yang dicatat dengan menggunakan metode
ekuitas dalam OCI.
Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka penelitian ini akan dilakukan untuk industri
barang konsumsi. Fokus penelitian pada komponen-komponen pendapatan
komperhensif lain pada perusahaan
industri barang jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sema tahun
2012-2015, dengan teknik full sample
pada perusahaan industri barang konsumsi
seperti perusahaan makanan dan minuman, rokok, farmasi, kosmetik dan barang
keperluan rumah tangga serta peralatan rumah tangga.
Pentingnya
penyajian laporan pendapatan komperhensif lain dalam memberikan informasi bagi
para investor sehingga perlunya dilakukan penelitian ini. Adapun tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis seberapa besar penyajian other comperhensive
income dan komponennyapada industri barang konsumsi, menganalisis penyajian other
comperhensive income dan komponennya pada industri barang konsumsi didasarkan pada sub sektor
industrinya dan menganalisis perbedaan komponen
penyajian other comperhensive income dan komponennya berdasarkan sub
sektorindustri setelah implementasi IFRS
TELAAH TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
Teori
sinyal adalah teori yang menjelaskan mengenai pemberian informasi kepada
pihak-pihak yang memerlukan laporan tersebut sebagai pengambilan
keputusan. Teori sinyal menurut Brigham
dan Houston (2001:39), (dalam Sakirman, 2016;32), merupakan suatu tindakan yang
diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang
bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Pemberian informasi
perusahaan dalam pasar modal menjadikan
teori signal berperan. Sinyal-sinyal untuk memberitahukan apa saja yang
terjadi dalam perusahaan mengenai operasinya membuat informasi menjadi berguna
tidak hanya untuk investor namun juga bagi regulator. Tidak adanya informasi
yang menyimpang menjadikan investor akan terus tertarik pada perusahaan
tersebut.
Teori
sinyal pada penelitian ini akan memberikan informasi mengenai komponen-komponen
yang ada dalam pendapatan komperhensif lain.
Other Comperhensive Income (OCI) merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari penyajian laporan laba rugi perusahaan secara keselurahan.
Komponen-komponennya memuat transaksi-transaksi yang merupakan diluar beban
usaha perusahaan secara operasional. Setelah Internasional Financial
Reporting Standar (IFRS) berlaku, peraturan IFRS memberikan ruang
untuk komponen-komponen yang mencakup
selisih kurs mata uang asing, revaluasi aset tetap berwujud dan aset tidak
terwujud, penyesuaian liabilitas minimum pensiun, perubahan investasi dalam
sekuritas, lindung nilai arus kas, dan bagian dari entitas dan ventura bersama
yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas. Penelitian ini bertujuan
memberikan sinyal-sinyal serta gambaran dalam komponen-komponen pendapatan
komprehensif lain (OCI) pada sub sektor industri barang konsumsi.
Komponen-komponen tersebut meliputi selisih kurs mata uang asing, penilaian
kembali aset tetap berwujud, penilian kembali aset tetap tidak berwujud,
program imbalan kerja, perubahan investasi dalam sekuritas yang dikategorikan
tersedian untuk dijual, lindung nilai arus kas, serta entitas asosiasi dan
ventura bersama. Dalam transaksi yang tercatat pada laporan pendapatan lain
(OCI) setiap perusahaan mempunyai pengaruh yang berbeda-beda tergantung jenis,
ukuran perusahaan serta tingkat intensitas transaksi perusahaan tersebut.
Menurut
Veleshani (1999), (dalam Sakirman 2016;38) menyatakan bahwa pelaporan keuangan
yang menyajikan laba rugi komperhensif merupakan pelaporan yang menyajikan
secara menyeluruh dibandingkan dengan pelaporan laba rugi sebelumnya. Pendapatan komperhensive lain juga muncul
untuk memberi ruang diterapkannya akuntansi fair value untuk menambah
relevansi nilai atas nilai buku atau mengurangi relevansi atas nilai laba.
Humayun et al.,(2011), (dalam Sakirman 2016;17) membuktikan pendapatan
komperhensif lain (OCI) mempunyai kemampuan untuk memprediksi arus kas dari
kegiatan operasi satu tahun yang akan datang, meskipun kemampuan pendapatan
komperhensif lain (OCI) untuk memprediksi net income satu tahun yang akan
datang secara statistik tidak signifikan, dan tidak mempunyai relevansi nilai.
Kerangka pemikiran model analisis, yang menunjukan
penyajian pendapatan komprehensif lain (OCI) dan komponen-komponenya yaitu
perubahan selisih kurs mata uang asing, revaluasi aset tetap berwujud,
revaluasi aset tetap tidak berwujud, program imbalan kerja, lindung nilai dan
asosiasi dan ventura.
Komponen-komponen tersebut bersama-sama
mempunyai saldo-saldo yang dapat memberikan gambaran terhadap pendapatan
komprehensif lain pada sub sektor industri barang konsumsi. Masing-masing
perusahaan pada sub sektor industri barang konsumsi mempunyai karateristik
masing-masing. Adanya perusahaan yang merupakan perusahaan multinasional
sehingga dalam pendapatan komperhensif lain banyak terdapat transaksi dengan
menggunakan mata uang asing. Begitupila karateristik perusahaan-perusahaan
lainnya yang bersifat pabrikasi tentunya mempunyai banyak nilai aset yang
dimilikinya. Hal ini yang akan dilihat perbedaannya pada masing-masing perusahaan dalam
masing-masing sub sektor industri barang konsumsi
Komponen-komponen dalam
pendapatan komprehensif lain (OCI) akan membentuk score dengan
kriteria-kriteria yang ditetapkan. Semakin tinggi hasil penilaian daya
informasi yang dihasilkan maka semakin mempunyai pengaruh positif terhadap
informasi yang dihasilkannya. Oleh karena itu pendapatan komprehensif lain
(OCI) dan komponennya dinyatakan dalam
OCI=1Perubahan Selisih Kurs Mata Uang
Asing
OCI=2
Revaluasi Aset Tetap Berwujud dan Tidak Berwujud
OCI=3Program
Imbalan Kerja.
OCI=4Perubahan
Investasi Aset Keuangan Tersedia Untuk Dijual
OCI=5Lindung
Nilai Arus Kas
OCI=6Asosiasi
dan
OCI=7Ventura
Berdasarkan uraian mengenai uji beda terhadap
masing-masing komponen-komponen pada pendapatan komprehensif lain (OCI) dalam
sub sektor industri barang konsumsi maka dapat dirumuskan hipotesis :
H1: Terdapat perbedaan penyajian komponen
perubahan selisih kurs mata uang asing pada sub sektor industri barang konsumsi
.
H2: Terdapat perbedaan penyajian komponen
revaluasi aset tetap berwujud dan tidak berwujud beradasarkan sub sektor
industri barang konsumsi
H3: Terdapat perbedaan penyajian komponen program
imbalan kerja berdasarkan sub sektor industri barang konsumsi .
H4: Terdapat perbedaan penyajian komponen
perubahan investasi aset keuangan yang tersedia untuk dijual berdasarkan sub
sektor industri barang konsumsi .
H5: Terdapat perbedaan penyajian komponen lindung
nilai arus kas berdasarkan sub sektor industri barang konsumsi .
H6: Terdapat perbedaan penyajian komponen
asosiasi pada sub sektor industri barang
konsumsi .
H7: Terdapat perbedaan penyajian komponen ventura
pada sub sektor industri barang konsumsi .
METODE
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kuantitatif, yaitu mengamati dan menganalisis objek penelitian yang terdiri
dari konponen-komponen pada laporan komprehensif lain (OCI) pada sub sektor
industri barang konsumsi yang terdiri dari industri makanan dan minuman,
industri rokok, industri farmasi, industri kosmetik dan industri peralatan rumah tangga. Data kuantitatif berupa
angka-angka dan data diolah menggunakan uji beda. Sebelum dilakukan uji beda,
mentabulasi angka serta memberikan status penyajian OCI. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan gambaran baru serta teori baru atau membenarkan
teori sebelumnya, karena penelitian ini melalui suatu proses pengujian empiris.
Waktu penelitian dilakukan pada laporan keuangan
khususnya laporan pendapatan komprehensif dan pendapatan komprhensif lainnya
beserta komponennnya pada industri barang konsumtif untuk subjek seluruh
perusahaan dalam sub sektir industri barang konsumsi yang terdaftar pada Bursa
Efek Indonesia(BEI) periode tahun
2012-2015. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya
yang dilakukan Sakirman (2016) tentang pengaruh income, daya informasi,
pendapatan komprehensif lain terhadap return saham dengan kualitas audit
sebagai variabel pemoderasi.
Pengembangan penelitian dilakukan fokus pada
komponen-komponen pendapatan komprehensif lain (OCI) pada indutri barang
konsumsi. Pengukuran terhadap masing-masing komponen-komponen pada pendapatan komprehensif lain (OCI) pada sub
sektor industri barang konsumsi dilakukan dengan mentabulasi nilai masing
masing komponen tersebut. Apabila dalam laporan pendapatan komprehensif lain
menyajikan saldo pada masing-masing
komponen maka akan memberikan status penyajian OCI dengan skor 1, sedangkan
apabilakomponen-komponen tersebut pada sub sektor industri makanan dan minuman,
indutri rokok, industri farmasi,industri komestik, dan industri peralatan rumah
tangga tidak menyajikan saldo maka akan diberi status dengan skor 0.
Uji beda dilakukan untuk mengetahui lebih dalam
terhadap status-status yang diberikan untuk masing-masing komponen perubahan
selisih kurs mata uang asing (OCI 1), revaluasi aset tetap berwujud dan tidak
berwujud (OCI 2), program imbalan kerja
(OCI 3), perubahan investasi aset keuangan tersedia untuk dijual (OCI
4), lindung nilai (OCI 5), asosiasi (OCI 6) dan ventura (OCI 7) untuk sub
sektor industri makanan dan minuman, indutri rokok, industri farmasi, industri
komestik, dan industri peralatan rumah tangga. Uji beda dilakukan dengan
menggunakan basis data nominal yang disajikan sehingga alat uji yang digunakan
adalah kramer V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil uji
beda penyajian berdasarkan sub sektor industri barang konsumsi diperoleh
rangkuman hasil pengujian sebagai berikut :
No
|
Komponen
Other Comprehensive Income
|
Prob.
Sig
|
Keterangan
|
Simpulan
|
1
|
Selisih Kurs (PSAK 10)
|
0,003
|
Signifikan
|
Beda
|
2
|
Imbalan Kerja (PSAK 24)
|
0,707
|
Tidak
Signifikan
|
Tidak Beda
|
3
|
Sekuritas Tersedia Dijual (PSAK 55)
|
0,000
|
Signifikan
|
Beda
|
4
|
Hedging (PSAK 55)
|
0,284
|
Tidak
Signifikan
|
Tidak Beda
|
5
|
Revaluasi Aset (PSAK 16)
|
0,914
|
Tidak
Signifikan
|
Tidak Beda
|
6
|
Asosiasi (PSAK 15)
|
0,451
|
Tidak
Signifikan
|
Tidak Beda
|
7
|
Ventura (PSAK 15)
|
Na
|
-
|
Tidakdapat
disimpulkan
|
Tabel .1. Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis
Dengan nilai prob.sig
0,003 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan penyajian komponen Other Comprehensive Income (OCI) pada
transaksi selisih kurs kelompok sub
sektor barang konsumsi. Data penyajian menunjukan bahwa selama tahun pengamatan
2012 sampai 2015 sebanyak 33 sampel atau 22% emiten menyajikan akun selisih
kurs dan 115 sampel atau 77% tidak menyajikan. Dengan nilai prob.sig 0,707 ≥ 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan penyajian komponen Other Comprehensive Income (OCI)
dalam transaksi imbalan kerja pada
kelompok sub sektor barang konsumsi. Data penyajian menunjukan bahwa selama
tahun pengamatan 2012 sampai 2015 sebanyak 53 sampel atau 36% emiten menyajikan
akun imbalan kerja dan 95 sampel atau 64% tidak menyajikan secara lengkap transaksi imbalan
kerja.
Dengan nilai prob.sig
0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan penyajian komponen Other Comprehensive Income (OCI) dalam
transaksi sekuritas tersedia untuk dijual pada kelompok sub sektor barang
konsumsi. Data penyajian menunjukan bahwa selama tahun pengamatan 2012 sampai
2015 sebanyak 21 sampel atau 2% emiten menyajikan akun sekuritas tersedia untuk
dijual dan 127 sampel atau 98% tidak menyajikan secara lengkap transaksi
sekuritas tersedia untuk dijual. Dengan nilai prob.sig 0,284 ≥ 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa tidak ada perbedaan penyajian komponen Other Comprehensive Income (OCI) dalam transaksi lindung nilai pada
kelompok sub sektor barang konsumsi.
Data penyajian menunjukan
bahwa selama tahun pengamatan 2012 sampai 2015 sebanyak 2 sampel atau 2% emiten
menyajikan akun sekuritas tersedia untuk dijual dan 145 sampel atau 98% tidak
menyajikan secara lengkap transaksi lindung nilai. Dengan nilai prob.sig 0,914
≥ 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan penyajian komponen Other Comprehensive Income (OCI) dalam
transaksi revaluasi aset nilai pada
kelompok sub sektor barang konsumsi. Data penyajian menunjukan bahwa selama tahun
pengamatan 2012 sampai 2015 sebanyak 5 sampel atau 3% emiten menyajikan akun
sekuritas tersedia untuk dijual dan 143 sampel atau 97% tidak menyajikan secara
lengkap transaksi revaluasi aset.
Dengan nilai prob.sig
0,914 ≥ 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan penyajian Other
Comprehensive Income (OCI) dalam komponen asosiasi pada kelompok sub sektor barang konsumsi.
Data penyajian menunjukan bahwa selama tahun pengamatan 2012 sampai 2015
sebanyak 3 sampel atau 2% emiten menyajikan akun sekuritas tersedia untuk
dijual dan 145 sampel atau 98% tidak menyajikan secara lengkap transaksi
asosiasi.
Pengujian terhadap uji
beda yang dilakukan pada penyajian Other Comprehensive Income (OCI) komponen ventura tidak dapat dilakukan karena
selurh emiten sebanyak 148 perusahaan tidak menyajikan transaksi selama tahun
2012 sampai tahun 2015.
Penelitian
tentang penyajian pendapatan komprehensif lain dan komponennya pada industri
barang konsumsi memperlihatkan karateristik terhadap industri barang konsumsi
yang merupakan indsutri pabrikasi. Industri pabrikasi mengolah bahan baku
menjadi barang jadi. Output barang
yang dihasilkan sesuai dengan subsektor industri.
Dalam
kategori komponen-komponen yang ada dalam Other Comprehensive
Income (OCI) pada
industri barang konsumsi dapat memberikan informasi , salah satunya berhubungan
dengan relevansi nilai. Terdapat beberapa penafsiran literatur relevansi nilai
atas informasi yang terdapat pada komponen pendapatan komprehensif lain yaitu
estimasi, kemampuan memprediksi, relevansi harga, relevansi harga, relevansi
laba, dan relevansi penyajian nilai. Informasi pendapatan komprehensif lain
dinyatakan memiliki relevansi bila informasi tersebut mampu mempengaruhi
keputusan investor dalam berinvestasi. Informasi yang disajikan sangat
dibutuhkan oleh para pengguna laporan keuangan seperti investor dan kreditur
untuk membantu mereka memprediksi jumlah, penetapan waktu dan ketidakpastian
yang mungkin terjadi di masa depan.
Industri barang konsumsi
dengan sub sektor perusahaan makanan dan minuman, perusahaan rokok, perusahaan
kosmetik, perusahaan alat rumah tangga dan perusahaan farmasi banyak menyajikan
informasi pada komponen imbalan kerja (PSAK 24). Hal tersebut banyak
dipengaruhi oleh karateristik industri barang konsumsi yang seluruhnya
merupakan pabrikasi dan padat karya. Pada komponen-komponen lain seperti
keuntungan atau kerugian selisih kurs (PSAK 10), revaluasi aset (PSAK 16), transaksi asosiasi
dan ventura (PSAK 15), sekuritas tersedia untuk dijual dan lindung nilai (PSAK 55) dengan karateristik
tersebut ternyata juga dapat mempunyai
kapasitas untuk melakukan
investasi pada entitas lain sehingga mempunyai transaksi asosiasi.
Perusahaan-perusahaan yang mempunyai kapasitas keuangan dan opearsional sangat
besar seperti PT HM Sampoerna Tbk dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk yang banyak
melakukan transaksi-transaksi tersebut. Namun apabila melihat tabel dibawah ini
merupakan perkembangan komponen-komponen dalam Other Comprehensive Income (OCI) seperti keuntungan dan kerugian
selisih kurs, keuntungan atau kerugian asumsi aktuaris terhadap realisasi,
keuntungan atau kerugian pada revaluasi aset, keuntungan atau kerugian pada
asosiasi dan ventura serta keuntungan atau kerugian pada transaksi sekuritas
tersedia untuk dijual dan lindung nilai.
Gambar 4.1. Rangkuman Perkembangan Penyajian OCI
KESIMPULAN, KETERBATASAN, IMPLIKASI HASIL PENELITIAN
Penjabaran terhadap
perkembangan Other Comprehensive Income (OCI) yang merupakan ruang bagi
keuntungan atau kerugian komponen-komponen didalamnya telah dilakukan
penelitian ini, penelitian bertujuan untuk melihat penyajian perusahaan untuk
komponen Other Comprehensive Income (OCI) dan melihat perkembangan
setiap tahunnya. Penyajian laporan laba
rugi dan penghasilan komprehensif lain pada sektor industri barang konsumsi
yang difokuskan pada penyajian komponen-komponen Other Comprehensive Income
(OCI). Keuntungan atau kerugian yang timbul pada komponen-komponen seperti
selisih kurs, imbalan kerja, sekuritas
yang tersedia untuk dijual, lindung nilai, penilaian asosiasi, dan ventura
bersama harus dicatat dalam ruang pendapatan komprehensif lain. Riset ini
merupakan pengembangan dari riset sebelumnya mengenai Other Comprehensive
Income (OCI) dan juga didasari oleh berlakunya adopsi International
Financial Reporting Standards (IFRS) pada Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK)
International
Financial Reporting Standards (IFRS) sebagai standar yang dipergunakan memberikan gambaran
transparansi yang tidak hanya dari operasional perusahaan namun juga pada
pendapatan komprehensif lainnya sehingga menjadikan riset ini menjadi
penting. Informasi yang dibutuhkan oleh
banyak pihak baik internal perusahaan dalam memprediksi arus kas, investor
sebagai pihak pembaca laporan keuangan
dan pemerintah sebagai regulator Pentingnya penelitian ini sehingga menggunakan
seluruh populasi industri barang konsumsi yang tercatat pada Bursa Efek
Indonesia dengan jumlah emiten sebanyak 37 perusahaan yang terdiri dari sub
sektor industri makanan dan minuman sebanyak 14 perusahaan, indutri rokok
sebanyak 4 perusahaan, industri kosmetik sebanyak 3 perusahaan, industri alat
rumah tangga sebanyak 6 perusahaan dan indutri farmasi sebanyak 10 perusahaan.
Pengamatan dilakukan pada kurun waktu tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 agar
terlihat perkembangan pada sektor industri barang konsumsi Uji beda penyajian dilakukan dengan Uji
Cramer V karena data berskala nominal. Pengujian tidak memerlukan asumsi
normalitas karena termasuk kelompok statistic non-parametric.
Berdasarkan hasil
penelitian dan pengujian hipotesis pada sektor industri barang konsumsi dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut:
1.
PSAK
10 mengenai selisih kurs disajikan terkait keuntungan atau kerugian selisih kurs
laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain mengalami peningkatan dan
penurunan selama periode waktu
observasi. Selama 4 tahun pengamatan 22
% perusahaan melakukan penyajian selisih kurs. Berdasarkan penyajiannya, subsector industri makanan dan minuman paling
banyak menyajikan akun tersebut.
2.
Adanya
kewajiban bagi perusahaan terkait imbalan kerja sehingga penyajian OCI terkait
selisih imbalan kerja pada laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain
mengalami peningkatan dan penurunan
selama periode waktu observasi. Selama 4 tahun pengamatan 35 %
perusahaan melakukan penyajian selisih imbalan kerja. Komponen ini merupakan
komponen OCI yang banyak menyajikan.
3.
Karateristik
industri barang konsumsi dalam penyajian OCI terkait selisih nilai sekuritas
yang tersedia untuk dijual pada laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif
lain mengalami peningkatan dan penurunan
selama periode waktu observasi. Selama 4 tahun pengamatan 14% perusahaan melakukan penyajian selisih
nilai sekuritas tersedia untuk dijual.
4.
Penyajian
OCI terkait selisih nilai lindung nilai/hedging pada laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain sedikit perusahaan yang menyajikan, hanya 2 % perusahaan
selama 4 tahun yang melakukan penyajian selisih nilai lindung nilai/hedging.
5.
Tidak
banyaknya perusahaan yang melakukan revaluasi aset tetap yang hanya 3% menjadikan penyajian OCI terkait revaluasi
aset pada laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain mengalami
peningkatan/penurunan selama periode
waktu observasi selama 4 tahun
pengamatan.
6.
Komponen
Asosiasi pada OCI pada industri barang konsumsi hanya menyajikan 2% dari total
37 perusahaan dalam kurun waktu 4 tahun
7.
Pada
kurun waktu tahun 2012 sampai dengan 2015 tidak terdapat perusahaan yang
menyajikan ventura
8.
Komponen
selisih kurs pada sub sektor perusahaan makanan dan minuman dari total 56 data
selama tahun 2012 sampai 2015 hanya 13 perusahaan yang menyajikan, sedangkan
perusahaan rokok hanya 4 perusahaan dari 16 perusahaan, perusahaan kosmetik 7
perusahaan dari 12 perusahaan, perusahaan alat rumah tangga tidak ada yang
menyajikan, perusahaan farmasi 9 perusahaan yang menyajikan dari 40 perusahaan.
9.
Komponen imbalan kerja
pada sub sektor perusahaan makanan dan minuman dari total 56 data selama
tahun 2012 sampai 2015 hanya 21 perusahaan yang menyajikan, sedangkan
perusahaan rokok hanya 8 perusahaan dari 16 perusahaan, perusahaan kosmetik 4
perusahaan dari 12 perusahaan, perusahaan alat rumah tangga 8 perusahaan yang
menyajikan, perusahaan farmasi 12 perusahaan yang menyajikan dari 40
perusahaan.
10.
Komponen
sekuritas AFS pada sub sektor perusahaan
makanan dan minuman dari total 56 data selama tahun 2012 sampai 2015 hanya 7
perusahaan yang menyajikan, sedangkan perusahaan rokok hanya 1 perusahaan dari
16 perusahaan, perusahaan kosmetik7 perusahaan dari 12 perusahaan, perusahaan
alat rumah tangga tidak ada yang
menyajikan, perusahaan farmasi 6 perusahaan yang menyajikan dari 40 perusahaan.
11.
Komponen hedging
pada sub sektor perusahaan makanan dan minuman dari total 56 data selama
tahun 2012 sampai 2015 hanya 3 perusahaan yang menyajikan, sedangkan perusahaan
rokok, kosmetik, alat rumah tangga, dan farmasi tidak ada yang menyajikan.
12.
Komponen revaluasi aset pada sub sektor perusahaan makanan dan
minuman dari total 56 data selama tahun 2012 sampai 2015 hanya 2 perusahaan
yang menyajikan, sedangkan perusahaan rokok hanya 1 perusahaan dari 16
perusahaan, perusahaan kosmetik tidak ada yang menyajikan dari 12 perusahaan,
perusahaan alat rumah tangga hanya 1 perusahaan, perusahaan farmasi 1
perusahaan yang menyajikan dari 40 perusahaan.
13.
Komponen asosiasi
pada sub sektor perusahaan makanan dan minuman dari total 56 data selama
tahun 2012 sampai 2015 hanya 1 perusahaan yang menyajikan, sedangkan perusahaan
rokok hanya 1 perusahaan dari 16 perusahaan, perusahaan kosmetik, alat rumah
tangga, dan farmasi tidak ada yang menyajikan.
14.
Untuk
komponen ventura terhadap seluruh sub sektor industri barang konsumsi tidak ada
yang menyajikan.
15.
Setelah
melakukan pengujian hipotesis untuk menguji perbedaan penyajian 7 komponen OCI
memberikan bukti bahwa 2 hipotesis terbukti dan 4 tidak berhasil dibuktikan.
Adapun rincian terkait dengan hasil
pengujian tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Hipotesis
terkait selisih kurs(H1 ), dan sekuritas tersedia untuk dijual (H3),
ditemukan adanya perbedaan penyajian pada laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain.
b.
Hipotesis
terkait imbalan kerja (H2 ), Hedging (H4.), revaluasi aset tetap (H5) dan
asosiasi (H6) tidak ditemukan adanya
perbedaan penyajian pada laporan
laba rugi dan penghasilan komprehensif lain.
c.
Hipotesis
7 tidak dapat disimpulkan karena sampel yang diuji secara keseluruhan
tidak menyajikan selisih nilai ventura.
Penelitian ini mengambil
sektor industri barang konsumsi dengan sub sektor perusahaan makanan dan
minuman, perusahaan rokok, perusahaan kosmetik, perusahaan alat rumah tangga
dan perusahaan farmasi yang tercatat Bursa Efek Indonesia. Penelitian yang
dilakukan tentunya hanya berlaku untuk industri barang konsumsi dengan sub
sektornya dikarenakan mempunyai karateristik tersendiri terhadap industrinya,
sehingga tidak berlaku untuk sektor industri lain yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Demikian juga dengan hasil
uji beda yang dilakukan pada industri barang konsumsi ini. Perbedaan-perbdaan
yang muncul dari sub sektorindustri barang konsumsi tidak dapat disamakan
ataupun dihubungkan dengan sektor industri lain
Namun secara khusus pembuktian
hipotesis berlaku untuk sektor industri barang konsumsi yang diobservasi.
Berdasarkan hasil, keterbatasan dan
kendala yang ditemukan dalam penelitian
ini disaranakan beberapa hal sebagai
berikut.
1.
Bagi
pemerintah, hasil penelitian ini merupakan informasi penting yang dapat
digunakan sebagai salah satu informasi pendapatan pajak karena selisih nilai
komponen OCI merupakan dikenai pajak.
2.
Bagi
investor, hasil penelitian ini memberikan informasi dalam memprediksi niali
arus kas yang akan terjadidan juga
tentang adanya nilai dalam keuntungan atau kerugian dalam komponen OCI walaupun bukan nilai kas secara riil
namun dapat memberikan informasi yang mampu menambah nilai perusahaan serta
asumsi-asumsi kejadian dimasa depan.
3.
Bagi
peneliti berikutnya, dapat mempertimbangkan untuk melakukan penelitian terhadap
OCI lebih maksimal dalam peran nilai serta keterkaitannya dengan kinerja perusahaan
ataupun industri secara keseluruhan.
4.
Bagi
akademisi, dapat memberikan saran terhadap kajian atau lainnya mengenai
penyajian Other Comprehensive Income
dan komponennya serta dapat memberikan referensi terhadap penelitian
selanjutnya.
REFERENSI
Armstrong, C.S. et al., 2010. Market
reaction to the adoption of IFRS in europe. Accounting Review, 85(1),
pp.31–61.
Bahadir, O. &
Tolga, B., 2013. Accounting Policy Options under IFRS: Evidence from Turkey. … of Accounting and
Management Information …, 12(3), pp 388–404.
Beisland, Leif Atle, and Kjell henry Knivsfla. Have IFRS
Changed How Stock Prices are Associated with Earnings and Book Value? Evidence
from Norway. Review of Accounting and Finance 14.1 (2015): 41-63
Brigham, Eugene F. Dan Joel F.
Houston, 2001. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi ke 8, Salemba Empat,
Jakarta.
Cordazzo, Michela. The Impact of IFRS on Net Income and Equity:
evidence from Italian Listed Companies. Journal of Applied Accounting Research
14.1 (2013): 54-73
Cahyati, A. D. 2011. "Peluang Manajemen Laba Pasca
Konvergensi IFRS: Sebuah Tinjauan Teoritis dan Empiris". JRAK Vol.2
No.1. Hal 1-7
Financial Accounting Standard Board,
1978. Statement of Financial Accounting Standards No.130: Reporting Comprehensive Income. Stamford, Connecticut
Hasnawati, Sri. Implikasi Keputusan Investasi, Pendanaan, dan
Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta. Usahawan
Indonesia34.9 (2005): 33-41.
Humayun Kabir, M., and Fawzi Laswad. Properties Of Net Income and Total
Comprehensif Income; New Zealand evidence. Accounting Research Journal 24.3
(2011): 268-289.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2009.
Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: Salemba Empat.
Jogiyanto, 2004. Metodologi Penelitian Bisnis, BPFE, Yogyakarta.
Lachmann, Maik, Arnt Wohrmann, and
Andreas Wompener. Aquisition and
Integration of Fair Value Information on Liabilities into Investors Judgment.
Review of Accounting and Finance 10.4 (2011): 385-410
Lestari, Y.
O. 2011. "Konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS)
dan Manajemen Laba di Indonesia". El Muhasaba ISSN 2086-1249 Vol 2 NO 2.
Hal 1-22
Indonesian Stock Exchange, website:
http://www.idx.co.id . Annual Report –
Financial Statement, periode 2012-2015.
Kieso, Donald E, Weygandt, Jerry J,
dan Warfield, Terry D, 2007. Intermediate
Accounting, Edisi dua belas. Jilid
satu. Jakarta. Erlangga.
Sakirman, 2016. Pengaruh Net Income, Daya
Informasi,Pendapatan Komprehensif Lain Terhadap Return Saham Dengan Kualitas
Audit Sebagai Variabel Pemoderasi, Tesis, Universitas Pancasila, Jakarta.
Sugiyono, 2002. Metode Penelitian
Bisnis. Cetakan ke 9. Bandung: Alfabeta
Majalah Kontan Online, website:
http://www.kontan.co.id. 2016
Werner, Edward M. The
Value Relevance of Pension Accounting Information: evidence from Fortune 200
firms. Review of Accounting and Finance 10.4 (2011): 427-458
Velashani,Ali Saeedi, 1999. Examining the Superiority of Comprehensive Income to Net Income as a Measure
of Firm Performance. Europan Journal of Economic. Financial and Administrative
Sciences.
Demikianlah Artikel Penyajian Pendapatan Komprehensif Lain Dan Komponennya Pada Industri Barang Konsumsi
Sekianlah artikel
Penyajian Pendapatan Komprehensif Lain Dan Komponennya Pada Industri Barang Konsumsi
kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Penyajian Pendapatan Komprehensif Lain Dan Komponennya Pada Industri Barang Konsumsi dengan alamat link https://magisterakutansi.blogspot.com/2016/10/penyajian-pendapatan-komprehensif-lain.html
0 Response to " Penyajian Pendapatan Komprehensif Lain Dan Komponennya Pada Industri Barang Konsumsi "
Posting Komentar